Rencana tim SAR gabungan untuk mengamati benda yang diduga bangkai KM Sinar Bangun pada Senin (25/6/2018) tidak berjalan optimal. Faktor cuaca menjadi kendala utama.
SAMOSIR, KOMPAS Tim SAR gabungan belum bisa lebih jauh mengamati benda diduga Kapal Motor Sinar Bangun yang ditemukan di kedalaman 490 meter di Danau Toba, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, melalui pencitraan bawah air. Angin kencang dan gelombang tinggi membuat alat pendeteksi benda di bawah air, multibeam echosounder, sulit dioperasikan.
Sesuai dengan pantauan, tim gabungan berangkat dari Pelabuhan Simanindo, Samosir, Senin sekitar pukul 10.30. Agar tidak bertabrakan, jarak antarkapal dibuat sekitar 25 meter. Jangkar dengan tali sepanjang 600 meter pun diturunkan setiba di titik perkiraan lokasi. Kapal lalu melaju untuk menarik jangkar.
Namun, sekitar pukul 14.00, cuaca memburuk, angin berembus kencang, dan ombak meninggi. Sekitar pukul 14.30, kapal-kapal pun bersandar. Hingga Senin petang, belum ada lagi penemuan korban atau indikasi bangkai kapal.
Marco Nainggolan (30), awak KM Romauli yang juga relawan, mengatakan, buruknya cuaca membuat laju kapal harus disesuaikan. ”Penarikan jangkar juga belum optimal, salah satunya karena kurangnya pemberat. Namun, kami akan terus berupaya optimal,” ucapnya.
Merancang jangkar
Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya Muhammad
Syaugi mengatakan, fokus pencarian pada hari kedelapan yakni mengamati benda yang diduga KM Sinar Bangun dengan lebih cermat. Citra benda itu terdeteksi multibeam echosounder, Minggu, sekitar 500 meter dari titik awal tenggelamnya kapal. Petugas baru mendapatkan data awal, yakni benda berbentuk melengkung mirip lambung kapal terbalik dengan panjang 20-25 meter, lebar 5 meter, dan tinggi 5 meter.
Jika petugas dapat memastikan benda itu bangkai KM Sinar Bangun, langkah selanjutnya adalah mengangkat bangkai kapal mengingat mayoritas jenazah korban diduga terjebak di kapal. ”Namun, belum ditemukan cara bagaimana mengangkat bangkai kapal,” kata Syaugi.
Syaugi mengatakan, dirinya sudah menghubungi sejumlah lembaga SAR di luar negeri. Namun, belum ada alat yang bisa mengangkat bangkai kapal di kedalaman 490 meter. ”Yang ada hanya alat yang mampu mengangkat kapal maksimal di kedalaman 100 meter. Itu pun badan kapal harus dipecah-pecah dulu,” kata Syaugi.
Ia menambahkan, mereka sedang merancang jangkar yang bisa diturunkan hingga ke dasar danau dan mencoba mengaitkan jangkar ke kapal lalu mengangkatnya dengan derek. Namun, belum ada perhitungan pasti apakah alat itu cukup kuat guna mengangkat kapal. Di Danau Toba juga tidak ada derek yang cukup kuat.
Kepala Kantor SAR Medan Budiawan mengatakan, operasi perahu karet dan helikopter dihentikan pukul 15.00 karena cuaca buruk. Namun, tim darat tetap bekerja dengan menyisir tepi danau dari arah Tigaras ke arah selatan atau Parapat.
Budiawan mengatakan, mereka bersama instansi terkait juga terus melakukan verifikasi data korban. Korban hilang hingga kini berjumlah 164 orang, korban selamat 21 orang, dan korban tewas 3 orang. Berkurangnya korban hilang yang sebelumnya 184 orang terjadi karena ada laporan ganda, yakni korban selamat atau tewas dilaporkan hilang dan ada yang ternyata tidak ikut KM Sinar Bangun. Korban selamat juga bertambah dari 19 orang menjadi 21 orang karena dua anak buah kapal sebelumnya tidak melapor.