Lobi-lobi politik terus dilakukan elite politik. Kemarin, Prabowo Subianto menemui Zulkifli Hasan. Sementara Jusuf Kalla bertemu dengan Susilo Bambang Yudhoyono.
JAKARTA, KOMPAS- Sekitar satu bulan sebelum tenggat pendaftaran calon presiden dan wakil presiden Pemilihan Umum 2019, Partai Gerindra terus mencari koalisi partai politik pendukung untuk memenuhi syarat pencalonan Ketua Umum-nya, Prabowo Subianto. Untuk menjajaki koalisi itu, Prabowo bertemu Ketua Umum Partai Amanat Nasional sekaligus Ketua MPR Zulkifli Hasan.
Pertemuan empat mata di rumah dinas Zulkifli di kompleks perumahan pejabat Widya Chandra, Jakarta, Senin (25/6/2018), berlangsung hanya 15 menit. Seusai pertemuan, keduanya memberikan pernyataan pers tanpa tanya-jawab.
Saat ditanya soal kepastian koalisi pendukung dan pasangan cawapresnya di Pemilihan Presiden 2019, Prabowo menjawab singkat sambil tersenyum, ”Masih digodok.”
Zulkifli membenarkan, pertemuannya dengan Prabowo membahas penjajakan koalisi di Pilpres 2019. ”Pembahasan itu tak terhindarkan. Kalau dua ketua umum partai bertemu, urusan itu pasti dibicarakan,” katanya.
Namun, Zulkifli menolak merinci pertemuannya dengan Prabowo dengan alasan berada di rumah dinas MPR. Untuk menjelaskan perkembangan politik menjelang Pemilu 2019 dan pertemuannya dengan Prabowo, Zulkifli menjadwalkan hari ini.
Wakil Sekretaris Jenderal PAN Yandri Susanto menambahkan, mengingat pendaftaran capres-cawapres sudah dekat, penjajakan koalisi semakin intensif. PAN berniat menghadirkan calon alternatif di luar Joko Widodo selaku calon petahana. PAN kemungkinan berkoalisi dengan Gerindra. ”Setelah ini, mungkin PAN bertemu partai lain,” kata Yandri. Terkait capres dan cawapres, PAN sodorkan empat kadernya, yakni Zulkifli, Hatta Rajasa, Sutrisno Bachir, dan Amien Rais.
Sejauh ini, belum ada partai selain Gerindra yang mendeklarasikan dukungan terhadap Prabowo untuk maju di Pilpres 2019. Adapun untuk mencalonkan diri sebagai presiden, butuh syarat dukungan minimal koalisi partai atau gabungan partai dengan jumlah 112 kursi di DPR. Gerindra memiliki 73 kursi di DPR dan butuh 39 kursi untuk memenuhi syarat minimal. PAN sendiri punya 48 kursi DPR.
Sejauh ini, PAN yang merupakan bagian dari koalisi pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla belum menetapkan arah koalisinya. Awalnya, PAN membuka opsi berkoalisi mendukung Jokowi. Namun, belakangan, komunikasi PAN dengan Gerindra justru semakin intensif.
Muncul nama Anies
Sejumlah elite Partai Keadilan Sejahtera (PKS) belakangan memunculkan wacana mencalonkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai presiden. Wakil Ketua Majelis Syura PKS Hidayat Nur Wahid membenarkan munculnya nama Anies sebagai bagian dari dinamika di lapangan. Namun, usulan itu belum dibicarakan secara resmi di internal Majelis Syura PKS.
”Kader Gerindra ada yang suarakan Prabowo-Anies. Kemudian, kader PKS berpendapat, memperjuangkan Pak Anies jadi Gubernur (DKI Jakarta) itu bukan main-main. Kalau begitu, sekalian saja daripada cawapres, kami capreskan,” kata Hidayat.
Namun, kepastian Anies jadi capres baru ditentukan setelah pilkada pada 27 Juni. ”Jawaban akhirnya setelah pilkada. Sebab, setelah pilkada akan terbentuk peta-peta politik yang relatif baru,” ujar Hidayat.
Seusai pertemuan di rumah dinas Ketua MPR, Prabowo menyempatkan pidato politik sekitar 50 menit. Di hadapan pers serta sejumlah elite Partai Gerindra dan PAN, Prabowo menyampaikan sejumlah persoalan bangsa dan kritik kepada Jokowi-Kalla. Selain utang pemerintah, BUMN, dan lembaga pemerintahan yang mencapai hampir Rp 9.000 triliun, Prabowo antara lain menyoroti ketimpangan dan kesenjangan sosial serta tingkat kemiskinan.
Sementara itu, Wapres Jusuf Kalla semalam menemui presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono, di kediaman pribadinya di Mega Kuningan Timur VII, Jakarta Selatan.
Seusai pertemuan, Wapres menyatakan, pertemuannya sebatas meningkatkan silaturahim setelah Idul Fitri 1439 Hijriah. ”Setelah bersilaturahim dengan Ibu Megawati (Megawati Soekarnoputri, presiden ke-5 RI) dan Pak Habibie (BJ Habibie, presiden ke-3 RI) kemarin, baru sekarang bisa bersilaturahim dengan Pak SBY,” ujar Kalla.
Ditanya kemungkinannya ditawari jadi capres Partai Demokrat, Kalla tertawa. ”Kami hanya silaturahim saja,” ujarnya.
Adapun saat memberi kuliah umum di hadapan peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan LVII dan LVIII 2018 di Istana Wapres, Kalla berseloroh sebagai satu-satunya orang Indonesia yang pernah ikut pilpres hingga tiga kali dengan catatan, dua kali menang dan sekali kalah.