PADANG, KOMPAS — Berbagai cara dilakukan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara untuk menarik perhatian calon pemilih agar dapat ke tempat pemungutan suara. Di Kota Padang, Sumatera Barat, salah satu tempat pemungutan suara di Kelurahan Andalas, Kecamatan Pandang Timur, menghadirkan suasana Piala Dunia 2018.
Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) 19 Deny Chandra mengatakan, konsep Piala Dunia dipakai karena pelaksanaan Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Padang bertepatan dengan Piala Dunia di Rusia.
”Konsep itu juga kami pakai mengingat tahun-tahun sebelumnya partisipasi masyarakat agak rendah. Kami ingin, dengan konsep yang berbeda, masyarakat antusias datang ke TPS untuk memberikan hak pilih,” kata Deny, Rabu (27/6/2018).
Menurut Deny, meski membawa konsep Piala Dunia ke TPS, mereka tetap mengikuti aturan Komisi Pemilihan Umum. Suasana Piala Dunia itu hanya dari sisi kostum dan aksesori.
”Alhamdulillah, antusias masyarakat tinggi. Kalau tahun sebelumnya partisipasi kurang dari 50 persen, sekarang sudah lebih dari 50 persen dari total 242 daftar pemilih tetap,” ujar Deny.
Dari pantauan Kompas, suasana Piala Dunia di TPS 19 Kelurahan Andalas mulai terlihat dari nomor TPS yang dipasang di pinggir jalan. Begitu masuk, pemilih disambut pintu gerbang yang oleh KPPS mereka sebut ”Gerbang Piala Dunia”. Pada gerbang itu, tertulis kalimat ”Demam Bola, Demam Pilkada. Tentukan Pilihan Anda!!. Selamat Datang di TPS 19 Kelurahan Andalas”.
Sejak pagi, masyarakat juga terlihat antusias datang ke TPS tersebut. Padahal, sejak pagi, Padang dilanda gerimis. Selain yang membawa formulir C6 dan terdaftar dalam DPT, masyarakat yang hanya memiliki kartu tanda penduduk (KTP) setempat juga datang. Mereka kemudian diminta untuk kembali pukul 12.00.
Selain itu, Ketua KPPS beserta anggota juga menggunakan pakaian bola dan olahraga. Aksesori seperti topi kerucut hingga papan nama dilengkapi dengan tulisan ”Piala Dunia” dan gambar maskot Piala Dunia, yakni boneka Zabivaka. Sementara untuk petugas keamanan, mereka tidak menggunakan pakaian bola, tetapi berjaga sambil membawa bendara wasit.
”Sebenarnya kami ingin memasang gawang. Tetapi karena waktu terbatas untuk mempersiapkan yang lain, jadi tidak bisa dikerjakan,” ujar Deny.