MOSKWA, SELASA Stadion Spartak di Moskwa, Rusia, akan kembali menjadi panggung emosional bagi Neymar Jr dan tim nasional Brasil, Kamis (28/6/2018) dini hari WIB. Duel melawan Serbia di laga pamungkas penyisihan Grup E Piala Dunia Rusia 2018 ini ibarat partai hidup atau mati bagi tim ”Samba” yang belum menunjukkan performa mantap sejauh ini.
Brasil kini memuncaki Grup E dengan koleksi empat poin dari dua laga. Namun, jika kalah di Stadion Spartak, tim Samba masih mungkin terdepak dari Piala Dunia 2018. Tersingkir di babak penyisihan grup akan menjadi bencana bertubi-tubi bagi Brasil di Piala Dunia seusai digilas Jerman 1-7 pada babak semifinal empat tahun silam di rumah mereka sendiri.
”Apa kami dalam tekanan? Ya, karena ini laga yang menentukan. Namun, kami telah tahu caranya menghadapi tekanan ini. Kami punya pemain-pemain hebat. Jika menang besok, kami akan berada di puncak (Grup E),” ujar Joao Miranda, kapten timnas Brasil, berusaha mengusir grogi dalam jumpa pers di Stadion Spartak, Selasa (26/6) malam.
Miranda ada benarnya. Berbeda dengan laga semifinal Piala Dunia 2014, kali ini mereka bisa dibela sejumlah bintang terangnya, seperti Philippe Coutinho dan Neymar. Kedua pemain yang bersinar di klub Barcelona dan Paris Saint-Germain itu akan memberikan yang terbaik bagi negaranya untuk mengobati luka di Brasil. Untuk itu, mereka akan mati-matian berjuang membawa Brasil finis sejauh mungkin di Rusia.
Tingginya beban dan ekspektasi membawa tim ”Kenari Kuning” terbang setinggi mungkin di Rusia terlihat dari tangisan Neymar seusai laga kontra Kosta Rika, pekan lalu. Saat itu, tim Samba lagi-lagi hampir menuai hasil imbang, seperti laga sebelumnya kontra Swiss. Namun, Brasil memecahkan kebuntuan lewat sepasang gol dari Coutinho dan Neymar di injury time babak kedua.
Perasaan frustrasi dan lega bercampur dalam air mata Neymar saat itu. Brasil tidak mampu menahan luapan emosinya. Pelatih Brasil Tite dalam konferensi pers, kemarin, mengatakan, emosi Neymar itu bukan berarti cengeng. ”Bukan hanya Neymar, saya juga menangis ketika menelepon istri saya. Sebelum momen gol itu, banyak sekali tekanan. Tekanan itu hilang seiring kemenangan,” ujarnya.
Ia berkata, tangis dan emosi yang diperlihatkan timnya bukanlah hal yang negatif. ”Hal itu menunjukkan adanya tanggung jawab yang besar pada diri kami. Namun, emosi dan aspek lainnya, seperti teknik, harus seimbang. Jadi, apa saya takut aspek emosional ini mengganggu persiapan (jelang lawan Serbia)? Jawabannya tidak. Kami punya kepemimpinan yang bagus,” tutur Tite kemudian.
Brasil sebetulnya cukup menahan imbang Serbia untuk lolos dari penyisihan grup. Hasil itu juga bisa menguntungkan mereka, yaitu terhindar dari kemungkinan bertemu sang ”nemesis”, Jerman, di babak 16 besar. Juara Grup E akan bertemu runner-up Grup F pada babak 16 besar yang dimulai pada 30 Juni. Saat ini, Jerman masih bercokol di peringkat kedua Grup F.
Namun, Miranda berkata, timnya tidak bisa memilih-milih calon lawan. ”Kami ingin selalu terdepan. Kami telah terbiasa dengan mentalitas ini. Untuk itu, kami akan mengejar kemenangan di laga besok. Kami telah bekerja keras untuk ini,” ujarnya kemudian.
Hal serupa disampaikan Tite. Dalam bahasa Portugis yang diterjemahkan ke bahasa Inggris, ia berkata, ”Saat ini, saya tidak bisa memikirkan itu (reuni dengan Jerman). Saya bisa jamin itu. Tim ini dibangun untuk menjadi lebih kuat dari laga ke laga. Selain itu, ekspektasi saya juga tinggi. Jadi, besok, kami akan mengejar hasil terbaik.”
Sama kuat
Diakui Tite, Serbia adalah tim yang berbahaya. Selain memiliki pemain yang rata-rata berpostur tinggi, lebih tinggi 10 sentimeter daripada tinggi rata-rata pemain Brasil, Serbia juga memiliki individu dengan kualitas teknik mumpuni, seperti duo gelandang Nemanja Matic dan Sergej Milinkovic-Savic. Kekuatan tersebut diperlihatkan tim itu saat mengalahkan Kosta Rika 1-0 dan nyaris menahan imbang Swiss.
”Mereka tim yang sama kuatnya, baik saat menyerang maupun bertahan. Mereka juga berbahaya dalam bola-bola mati. Namun, kami sudah mengantisipasi ini,” ujar Tite.
Sebaliknya, Serbia juga berupaya mati-matian meraih tiga poin dari Brasil. Kemenangan akan membuat mereka lolos, bahkan berpeluang menjadi juara grup. Saat ini, mereka mengemas tiga poin dari dua laga. Menurut Savic, timnya bisa menciptakan keajaiban di Spartak dengan menyingkirkan Brasil. ”Kami adalah orang Serbia. Bagi kami, tidak ada hal mustahil. Dengan sedikit keberuntungan, kami bisa membuat keajaiban,” ujarnya.
Pada laga lain di Grup E, Swiss akan bertemu Kosta Rika. Swiss menghadapi laga ini dengan kepercayaan diri dan motivasi tinggi. Mereka akan mengejar kemenangan besar atas Kosta Rika, tim yang sudah pasti tersingkir, untuk merebut posisi puncak Grup E dan menghindari kemungkinan duel melawan Jerman pada babak 16 besar.