Matahari di ufuk timur sedang hangat-hangatnya memendarkan sinar tatkala sejumlah anak-anak saling bercengkerama di lapangan olahraga RW 03, Kelurahan Depok Jaya, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat, Selasa (26/6/2018). Di lapangan berlandaskan betonan semen, yang kadang dipergunakan untuk bermain voli dan futsal itu, berdiri lima bilik dengan warna-warni cerah.
Merah, kuning, biru, dan hijau melabur bagian dindingnya. Sedangkan kerangkanya dipoles cat warna putih. Kelimanya ditempatkan secara simetris. Dua bilik di sisi kiri. Dua lainnya di sebelah kanan. Sebuah bilik lagi berada di tengah, menghadap bagian gerbang lapangan yang berimpitan dengan kantor pengurus RW 03.
Bilik-bilik tersebut merupakan bagian dari lima TPS (Tempat Pemungutan Suara) ajang Pilkada Jawa Barat 2018, yang akan digunakan Rabu (27/6/2018). Para pemilik hak suara di lima TPS terebut merupakan warga yang tersebar di 11 RT dalam wilayah RW 03.
Di bagian luar lapangan, yang menjadi bagian Jalan Nanas, payung beraneka warna digantung dengan ketinggian hanya sedikit saja di bawah batas atap rumah. Umbu-umbul, juga dalam rupa-rupa warna, melengkapi suasana.
Keseluruhan konsep, yang bakal dilengkapi dengan bazar dan hiburan bagi warga itu, dirangkum dalam tajuk Kampung “Karnaval” Pilkada. Adapun tema pelengkap dipilih : “Mewujudkan Pilkada Jabar 2018 yang kondusif dan keren.”
Botol-botol bekas air mineral, sebagian di antaranya diiisi cairan aneka warna, diletakkan di bagian bawah lapangan. Kelak, botol-botol itu akan disusun sebagai Monumen Nanas, yang oleh sebagian warga diakronimkan menjadi Monas. Susunan itu seolah juga menjadi perlambang simpul-simpul jalan dalam kawasan tersebut. Nanas, Pepaya, Belimbing, dan Durian.
Selasa pagi itu, kawasan lapangan tersebut rupanya bukan hanya milik kaum bocah. Sejumlah pemuda dan laki-laki dewasa berkumpul di pos, pada bagian pojok lapangan. Siaran televisi di pos serupa gazebo itu cenderung tidak mereka pedulikan. Pagi itu, salah satu topik yang mengemuka adalah hajatan Piala Dunia. Misalnya, tentang anggapan mereka ihwal pembinaan pesepak bola di Jerman bagi orang muda.
Ketua Panitia Kampung “Karnaval” Pilkada, Syafril “Aping” dan sejumlah tokoh warga juga tengah duduk-duduk dalam kawasan lapangan basket yang berdekatan dengan jalur terapi refleksi injak batu. Pagi itu Aping baru teringat tentang bagian atas meja lipat yang disiapkannya untuk perhelatan tersebut, tertinggal di kawasan Serpong, Tangerang Selatan, Banten.
Koko (40), salah seorang warga, yang baru terjaga setelah hingga larut malam sebelumnya menyiapkan aneka kelengkapan, langsung menawarkan diri untuk mengambilnya. Kediaman Koko, yang berada persis di muka lapangan itu, membuatnya menjadi salah seorang warga yang aktif berpartisipasi. Ia pun senang dengan hal itu.
“(Sesama) Warga (jadi) ada kebersamaan. Ini momen yang ditunggu,” kata Koko penuh energi sekalipun keletihan membekas di kantung-kantung matanya.
Bukan hanya Koko. Tidak berapa lama, giliran dua remaja putri anggota karang taruna datang menemui Ketua RW 03 Nuryadin Rahman yang juga sedang duduk-duduk, perihal arahan teknis yang bisa mereka kerjakan untuk ajang tersebut.
Nuansa pesta rakyat, dimana seluruh elemen masyarakat merasa memiliki dan turut bertanggung jawab, kental terasa bahkan sehari sebelum hajatannya benar-benar dimulai. Bagi warga, kesempatan ini termasuk yang paling ditunggu.
Fitri Mulyani (37), yang merupakan istri Koko, mengartikan TPS-TPS yang disatukan itu sebagai ajang silaturahim akbar antar sesama warga RW 03. Jika sebelumnya jarang berjumpa, atau bahkan belum mengenal satu sama lain, pertemuan di satu lokasi untuk kepentingan menunaikan hak pilih menjadi momen ideal untuk menjalin kebersamaan.
“Buat saya, itu (pilkada dengan TPS-TPS yang digabung) juga (bentuk) kreativitas warga,” kata Fitri.
Ia menyaksikan nyaris sepanjang waktu, energi warga dari berbagai latar belakang dan lapisan usia, datang untuk menyumbangkan ide, tenaga, biaya, waktu, dan apa saja yang dipunya. Anak-anak, kata Fitri, juga berkesempatan untuk belajar langsung makna demokrasi dan langsung berinteraksi dengan sejumlah pihak dan tokoh yang berkunjung ke lokasi tersebut.
Pelaksanaan pilkada dengan lima TPS yang digabung jadi satu tersebut, sudah kedua kalinya dihelat. Momen pertama terjadi pada Desember 2015 silam, tatkala pemiihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Depok diselenggarakan.
Tentang ide menggabungkan TPS-TPS menjadi satu, Firmansyah, mantan Ketua RW 03 yang baru saja meletakkan jabatannya pada Februari 2018, sebagai inisiatornya, mengutarakan, ia menginginkan kebersamaan di tengah interaksi masyarakat yang majemuk.