Basis Dukungan Khofifah Meluas
Upaya Khofifah merebut kursi gubernur Jawa Timur di kontestasi yang untuk ketiga kalinya diikuti akhirnya membuahkan hasil. Semakin meluasnya wilayah penguasaan dukungan menjadi kunci keunggulan Khofifah.
Keunggulan Khofifah Indar Parawansa setidaknya terbaca dari hasil hitung cepat Litbang Kompas yang mencatat elektabilitas pasangan Khofifah-Emil 53,36 persen dibandingkan dengan pasangan lawannya, Saifullah-Puti, 46,64 persen. Potensi keunggulan Khofifah-Emil dihitung cepat ini sebenarnya sudah terbaca dari dua survei Litbang Kompas sebelum pilkada. Tren kenaikan elektabilitas pasangan ini dari dua survei tersebut cenderung semakin menguat dibandingkan dengan tren kenaikan keterpilihan pasangan Saifullah-Puti.
Di survei Februari 2018, elektabilitas Khofifah-Emil berada di angka 44,5 persen, berbeda tipis dengan tingkat keterpilihan pasangan Saifullah-Puti yang mencapai 44,0 persen. Hal yang sama juga terjadi di survei kedua pada Mei 2018. Kedua pasangan sama-sama mengalami kenaikan angka keterpilihan. Khofifah-Emil mendulang 48,6 persen, sedangkan Saifullah-Puti mencapai 45,6 persen.
Dari data dua survei sebelum pilkada di atas, bisa dilihat tren perubahan elektabilitas pasangan Khofifah-Emil mengalami peningkatan lebih tinggi 4,1 persen dibandingkan dengan pasangan Saifullah-Puti yang hanya naik 1,6 persen. Selain itu, keunggulan Khofifah-Emil dalam hitung cepat Litbang Kompas gejalanya juga terekam dari tren menguatnya loyalitas para pemilihnya.
Sebulan sebelum pemungutan suara, 79,9 persen responden pemilih Khofifah-Emil mengaku akan tetap memilih pasangan ini pada hari pencoblosan. Tren inilah yang diduga kuat tetap terjadi sampai hari pemungutan suara pada 27 Juni kemarin.
Nahdliyin
Tren yang sama juga terlihat dari perbandingan hasil survei sebelumnya dengan survei setelah pilkada atau saat pemungutan suara. Salah satunya soal distribusi suara pemilih dari warga Nahdliyin. Pada survei sebelum pilkada, suara pemilih dari kalangan Islam tradisional ini relatif terbagi rata pada kedua pasangan calon. Hal yang sama juga terekam dari hasil survei setelah pemilih menggunakan hak pilihnya kemarin. Hanya saja, dari kalangan pemilih Nahdliyin sedikit lebih banyak tersebar ke pasangan Khofifah-Emil, yakni 56,9 persen. Sisanya, 43,1 persen, memilih pasangan Saifullah-Puti.
Kecenderungan meratanya pemilih dari kalangan Nahdliyin ini tak lepas dari kedua sosok calon gubernur yang berlatar belakang NU. Keduanya mendapatkan dukungan dari sejumlah kiai yang selama ini cukup mengakar di kalangan masyarakat santri di Jawa Timur.
Apalagi, keduanya juga dikenal aktif di organisasi keagamaan tersebut. Kecenderungan lebih tingginya suara pemilih Nahdliyin kepada pasangan Khofifah-Emil, yang tertangkap dalam survei setelah pilkada, tak lepas dari menguatnya dukungan Khofifah di kalangan ibu-ibu jaringan di Muslimat NU. Konsolidasi jaringan Muslimat NU, di mana Khofifah menjadi pimpinan, sedikit banyak memberikan insentif elektoral kepada pasangan Khofifah-Emil.
Jaringan partai
Hal lainnya yang tertangkap dari hasil survei setelah pemungutan suara adalah adanya gejala menguatnya kinerja jaringan infrastruktur partai politik dalam mengampanyekan pasangan calon yang diusungnya. Hal ini dikuatkan dengan adanya relasi yang kuat antara pilihan pemilih kepada pasangan calon gubernur dan pilihan parpol mereka.
Kita lihat dari pemilih parpol yang mendukung Khofifah-Emil. Dari pemilih Partai Demokrat, misalnya, 75,2 persen pemilih partai ini memberikan suaranya untuk pasangan Khofifah-Emil. Turun langsungnya Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono ke Jawa Timur untuk berkampanye sedikit banyak memberikan efek elektoral kepada pasangan ini. Apalagi, Jawa Timur adalah palagan bagi SBY dan Partai Demokrat. Kecenderungan yang sama juga tertangkap dari pemilih Partai Golkar, Nasdem, PAN, PPP, dan Hanura yang merupakan koalisi pengusung pasangan Khofifah-Emil.
Sementara itu, gejala yang sama juga terjadi di kalangan pemilih Saifullah-Puti. Pemilih dari partai-partai politik pendukung pasangan ini juga memiliki kecenderungan lebih banyak memilih pasangan Saifullah-Puti. Sebut saja di kalangan pemilih PDI-P Sebanyak 56,4 persen pemilihnya mengaku mencoblos pasangan Saifullah-Puti. Tentu saja angka ini tak terlalu besar jika dibandingkan kuatnya sokongan partai ini kepada Saifullah-Puti mengingat dukungan ini ditunjukkan dengan turunnya Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, termasuk Guntur Soekarnoputra, ayah dari Puti, ke Jawa Timur untuk memberikan dukungan kepada pasangan ini. Hal yang sama juga terjadi di kalangan pemilih Gerindra yang sebagian besar memilih Saifullah-Puti.
Menariknya, tidak semua parpol pendukung Saifullah-Puti memiliki loyalitas pemilih yang sama. Lihat saja PKB yang menjadi penyokong utama selain PDI-P kepada pasangan ini justru tak berpengaruh besar untuk memengaruhi pemilihnya mencoblos pasangan Saifullah-Puti. Sebaliknya, di kalangan pemilih PKB justru sosok Khofifah yang lebih diasosiasikan sebagai representasi partai. Hal ini terbukti dari 54,5 persen pemilih PKB justru memilih Khofifah-Emil. Di kalangan pemilih PKS pun demikian. Hanya separuh pemilih mengaku mencoblos Saifullah-Puti.
Tentu munculnya kecenderungan asosiasi pemilih terhadap pilihan parpol dengan dukungan partai ke pasangan calon di pilkada semakin menguatkan sinyalemen masih kuatnya jaringan parpol di daerah.
Infrastruktur partai dan kerja-kerja kepartaian dalam mendukung pasangan calon yang diusungnya sedikit banyak memberikan dampak elektoral di kalangan pemilih mereka. Hal ini jadi bukti pilkada tahun ini menjadi ajang pemanasan mesin parpol untuk kepentingan agenda politik nasional tahun depan.
Penguasaan wilayah
Survei setelah pemungutan suara kemarin berhasil menangkap perluasan wilayah dukungan oleh pasangan Khofifah-Emil menjadi kunci yang menyumbang keunggulannya dari pasangan Saifullah-Puti. Jika dibandingkan dengan survei Litbang Kompas sebelum pilkada, hasil survei kemarin menunjukkan bahwa pasangan Khofifah-Emil mampu mempertahankan basis pemilihnya di satu sisi dan mampu merebut wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasai Saifullah-Puti.
Khofifah-Emil berhasil merebut wilayah Arek dan Pandalungan yang sebelumnya dikuasai Saifullah-Puti. Wilayah arek tercatat sebagai ceruk pemilih terbesar di Jawa Timur. Sekitar 29 persen pemilih di provinsi ini adalah di wilayah Arek.
Perluasan penguasan wilayah inilah yang boleh jadi merupakan kunci keberhasilan Khofifah-Emil unggul dari hasil hitung cepat Litbang Kompas. Selain itu, pasangan ini juga sukses menguasai wilayah Mataraman yang merupakan ceruk pemilih terbesar kedua di Jawa Timur. Tentu ini sedikit kejutan mengingat wilayah ini merupakan basis pemilih PDI-P yang selama ini jadi pendukung utama Saifullah-Puti.