Tujuh Perusahaan Rintisan Dikembangkan melalui Program Akselerasi
JAKARTA, KOMPAS — Tujuh perusahaan rintisan atau start up dikembangkan melalui program GnB Accelerator. Mereka akan dikembangkan menjadi perusahaan rintisan yang berkualitas.
GnB Accelerator merupakan program akselerasi kerja sama antara perusahaan teknologi informasi dari Jepang, Infocom Corporation, dan Fenox Venture Capital dari Silicon Valley, Amerika Serikat. Program ini berlangsung sejak 2016.
Ketujuh perusahaan rintisan yang mendapatkan kesempatan mengikuti program GnB Accelerator adalah Infra Digital, Matakota, Populix, Bookslife, Playable Kids, Homade, dan Ikigai.
Program Manager GnB Accelerator Kentaro Hasimoto mengatakan, Indonesia mengalami kemajuan ekosistem start up. Melalui program ini, pengembang start up diberikan wadah akselerasi, mentoring, dan pendanaan.
”Program ini dirancang secara konsisten dengan dukungan dan pelatihan oleh ahli dari dalam dan luar negeri yang telah berpengalaman di bidangnya,” ujar Kentaro. Ia menambahkan, peserta GnB Accelerator juga akan mendapatkan koneksi bisnis dari Jepang dan Amerika Serikat.
Operation Chief GnB Accelerator Elsye Yolanda menjelaskan, program ini berlangsung selama tiga bulan. Mereka mendapatkan pendampingan dari mentor dan diberikan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman di perusahaan rintisan yang sudah besar. Peserta juga diberikan fasilitas co-working space (tempat kerja berprinsip economy sharing) secara gratis.
Setiap perusahaan rintisan diberikan modal sebesar 50.000 dollar AS atau sekitar Rp 710 juta. Namun, mereka tetap diberikan target sebagai bentuk pertanggungjawaban.
SEA Regional Manager Fenox Venture Capital Retno Dewati menambahkan, modal tersebut digunakan untuk pengembangan perusahaan rintisan. Setiap pemilik start up diberikan kebebasan untuk mengelola uang tersebut sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Fenox Venture Capital telah mengembangkan 30 start up di Asia Tenggara dan 25 start up melalui program GnB Accelerator. Beberapa start up dapat berkembang setelah mengikuti program yang diadakan Fenox Venture Capital. ”Ada yang tumbuh sendiri dan ada juga yang mendapatkan beasiswa dari start up besar, seperti Alibaba,” kata Retno.
Pengembangan ekonomi
Ketujuh start up tersebut memiliki keunggulan masing-masing, salah satunya untuk pengembangan ekonomi masyarakat. Homade, misalnya, mereka mampu membuka lapangan kerja untuk ibu rumah tangga tanpa harus terikat dengan waktu.
Pendiri Homade, Munsi Liano, menjelaskan, Homade bergerak di industri makanan jadi (katering). Mereka memberdayakan ibu rumah tangga agar mendapatkan penghasilan tambahan. Pekerjaan tersebut dilakukan di rumah.
Homade menyediakan bahan makanan instan, seperti nasi, ikan, daging, tempe, tahu, ayam, dan sayuran. ”Ibu rumah tangga yang menjadi mitra hanya merebus masakan instan yang sudah kami sediakan,” ucap Munsi.
Munsi sengaja menggunakan makanan instan agar setiap makanan yang dihidangkan kepada konsumen memiliki standar kesehatan, rasa, dan kualitas yang sama. Setiap kotak dijual Rp 20.000. Adapun pembagian keuntungannya adalah 60 persen untuk Homade dan 40 persen untuk mitra.
Proses distribusi makanan yang disediakan oleh Homade adalah setiap mitra dapat mengambil di tempat penyimpanan makanan terdekat yang telah bekerja sama dengan Homade. Mereka telah memiliki tiga tempat penyimpanan, yaitu di Kuningan (Jakarta Selatan), Bekasi (Jawa Barat), dan Pekalongan (Jawa Tengah).
Sejak berdiri pada 2017 hingga sekarang, Homade telah memiliki sekitar 30.000 pemesan. Pemesan dapat memesan melalui aplikasi Homade ataupun dapat menelepon langsung.
Penerbitan digital
Salah satu peserta GnB Accelerator, Bookslife, memiliki fokus pada penerbitan digital. Chief Executive Officer Bookslife Ardianto Agung mengatakan, Bookslife berusaha memberikan solusi bagi penulis untuk menerbitkan karyanya secara digital.
”Setiap orang dapat mengirimkan karyanya kepada Bookslife dan akan diseleksi serta diedit oleh editor Bookslife,” ujar Ardianto. Penerbitan buku secara digital akan menghemat biaya cetak dan menjadi ruang kepada penulis baru untuk menerbitkan karyanya.
Bookslife tidak hanya menerbitkan karya penulis baru yang belum dikenal masyarakat, tetapi juga mampu menggandeng penulis terkenal, seperti Dewi Lestari. Saat ini, Bookslife telah memiliki 7.000 akun aktif yang terdiri dari pembaca dan penulis.
Buku yang dijual di Bookslife dibagi menjadi beberapa bagian. Setiap bagian memiliki jumlah halaman antara 30 dan 50 halaman. Setiap bagian dijual dengan harga Rp 5.000. Namun, pembaca juga dapat membeli versi lengkap secara langsung.
Bookslife menyediakan buku fiksi, buku pendidikan, hingga buku untuk anak-anak. Mereka telah memiliki 250 judul buku yang terdiri atas 900 bagian. Adapun sistem pembagian hasil penjualan buku adalah 40 persen untuk penulis dan 60 persen untuk Bookslife.
Untuk menjaga hak cipta penulis, mereka membatasi buku digital tersebut hanya dapat dibaca maksimal pada dua gawai. Bookslife bekerja dengan sistem keamanan digital.