JAKARTA, KOMPAS – Penyelidikan terkait penembakan mobil karyawan di Jakarta International Container Terminal, Jakarta Utara, terkendala tiadanya rekaman kamera pengawas atau CCTV di area parkir mobil khusus karyawan. Empat petugas keamanan yang diperiksa pun mengaku tidak mengetahui penembakan itu.
Penembakan mobil milik Sugianto (46), karyawan JICT, terjadi pada Rabu (27/6/2018).
“Di seputar gedung JICT ada CCTV, tetapi lokasi kejadian tidak di-cover CCTV,” ucap Kasat Reserse Kriminal Polres Pelabuhan Tanjung Priok Ajun Komisaris M Faruk Rozi, Kamis. Polisi bakal mempelajari rekaman unit perangkat CCTV yang ada guna mencari kemungkinan bisa mendapatkan petunjuk dari CCTV di lokasi lain.
Sementara ini, polisi menduga pelaku merusak mobil menggunakan airsoft gun. Buktinya, terdapat peluru gotri di atas jok mobil. “Jarak tembak dan jenis airsoft gun baru bisa diketahui kalau sudah mengungkap pelaku dan menemukan senjata yang digunakan,” ujar dia.
Kejadian saat Sugianto akan menghidupkan mesin mobil Chevrolet-nya untuk pulang, Rabu pukul 23.00. Staf operasional di pelabuhan bongkar-muat peti kemas itu baru selesai giliran tugas yang dimulai pukul 15.00.
Sugianto menceritakan, saat akan mengenakan sandal yang disimpan di mobilnya, ia melihat pecahan kaca di atas sandal. Saat lampu kabin mobil menyala, ia baru melihat kaca pintu depan kiri mobil sudah berlubang. Ia pun melapor pada petugas keamanan dan dilanjutkan ke Polres Pelabuhan.
“Pada saat saya melapor dan saya tanya (ke petugas keamanan), mereka tidak ada yang mendengar suara tembakan atau bunyi apa pun,” katanya. Padahal, jarak pos petugas keamanan dari mobilnya hanya sekitar 20 meter. Ia tidak tahu pemicu teror tersebut karena selama ini ia merasa tidak memiliki masalah dengan orang lain.
Faruk menambahkan, selain kepada Sugianto, kepolisian sudah meminta keterangan pada empat saksi lain yang semuanya merupakan petugas keamanan JICT. Keempat petugas keamanan itu mengaku tidak mengetahui, tidak melihat, atau tidak mendengar penembakan tersebut.
Dari olah tempat kejadian perkara, polisi menyimpulkan terjadi dua kali tembakan. Pertama, tembakan yang menyebabkan kaca jendela berlubang dan retak. Kedua, tembakan yang menimbulkan lekukan di pintu depan kiri.
Menurut Faruk, kompleks JICT merupakan kawasan terbatas khusus karyawan dan petugas keamanan pelabuhan tersebut. Akses masuk bagi orang luar hanya pintu depan dan pasti melalui pos keamanan. Namun, ada-tidaknya kemungkinan keterlibatan orang dalam terhadap penembakan masih dalam penyelidikan.
Ketua Serikat Pekerja JICT Hazris Malsyah menuntut direksi JICT meningkatkan perlindungan pada seluruh karyawan. “Ini merupakan “pekerjaan rumah” serius jajaran direksi, khususnya Direktur HRD (sumber daya manusia) yang membawahi manajer security JICT serta vendor keamanan,” ucap dia.
Apalagi, lanjut Hazris, perusakan mobil karyawan JICT bukan pertama kali terjadi. Sebelumnya, dugaan perusakan mobil dengan cara memecahkan kaca jendela menimpa dua karyawan lain, yaitu Hubertus Sirait dan mantan Ketua SP JICT Nova Sofyan Hakim. Namun, kejadian-kejadian tersebut dianggap perbuatan iseng belaka atau bermotif pencurian barang.
Untuk kejadian ketiga yang menimpa Sugianto, serikat memandangnya sebagai teror karena untuk pertama kalinya menggunakan senjata, meski bukan senjata api. Menurut Hazris, tidak ada pembenahan keamanan pelabuhan sejak perusakan mobil pertama hingga kedua.