Kementerian Pertahanan tengah membangun sejumlah kapal pendarat tank untuk TNI AL. Kapal-kapal tersebut dibangun industri pertahanan nasional.
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS- Indonesia membangun armada kapal perang Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut yang terdiri atas 12 kapal pendarat tank untuk mengangkut tank. Industri pertahanan dalam negeri, termasuk swasta, diharapkan bisa berkontribusi untuk pembangunan 12 kapal ini.
”Kita akan bangun 12 kapal, ini yang keempat dari yang direncanakan,” kata Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu saat meluncurkan KRI Teluk Lada dengan nomor lambung 521 di galangan kapal PT Daya Radar Utama (DRU), Kota Bandar Lampung, Lampung, Kamis (28/6/2018). Ryamizard mengatakan, pembangunan kapal pendarat tank (landing ship tank/LST) keempat ini didukung oleh pinjaman dalam negeri tahun anggaran 2015 dengan biaya Rp 180 miliar per kapal.
Ia menyambut baik peran DRU sebagai industri pertahanan swasta dalam pembangunan alat utama sistem persenjataan (alutsista). Sebelumnya, DRU memproduksi KRI Teluk Bintuni yang dapat mengangkut tank Leopard. ”Industri pertahanan swasta harus dilibatkan sejajar dengan BUMN,” kata Ryamizard. Ia menggarisbawahi pembangunan kekuatan pertahanan militer yang harus memenuhi kebutuhan pokok minimum dengan menggunakan industri dalam negeri seoptimal mungkin. ”Komponen yang dibuat sebisa mungkin dari kita sendiri, kecuali yang tidak bisa, ya, (suplai) dari luar,” kata Menhan.
Kepala Staf TNI AL Laksamana Siwi Sukma Adji mengatakan, selama ini tidak ada masalah operasi terkait dengan kapal-kapal produksi dalam negeri. Integrasi kapal-kapal ini dilakukan oleh sistem manajemen tempur yang di antaranya juga sudah dibangun PT Len, badan usaha milik negara produsen sistem teknologi yang berbasis di Bandung, Jawa Barat.
Direktur Utama DRU Amir Gunawan mengatakan, pembangunan kapal baru dan perawatan kapal dikerjakan anak bangsa tanpa tenaga kerja asing. Ia mengatakan, DRU sangat mendukung rencana pemerintah mewujudkan industri strategis nasional di Provinsi Lampung.
Dari total kebutuhan 12 kapal LST, sembilan kapal sedang dibangun. Kepala Pusat Pengadaan Kementerian Pertahanan Marsekal Pertama Budi Prasetyono mengatakan, selain KRI Teluk Bintuni yang sudah beroperasi, ada juga KRI Teluk Lada yang baru diluncurkan. KRI Teluk Bintuni mampu mengangkut tank tempur utama Leopard milik TNI Angkatan Darat, sementara KRI Teluk Lada untuk mengangkut tank Amfibi BMP-3F milik Marinir.
Didanai pinjaman
Kemhan membangun enam kapal tersebut di DRU, PT
Bandar Abadi, dan PT Kodja Bahari yang didanai pinjaman dalam negeri. Sementara itu, TNI AL membangun tiga kapal lain. ”PT Kodja Bahari sedang membuat dua kapal lainnya,” kata Budi.
Acara pemberian nama KRI Teluk Lada ditandai pemberian pernyataan dan pengguntingan tali pengikat kendi dalam seremoni sederhana oleh Ketua Umum Jalasenastri Manik Siwi Sukma Adji sebagai bentuk simbolis pemberian nama kapal perang LST keempat TNI AL.
Kapal itu diberi nama KRI Teluk Lada yang diambil dari salah satu teluk di Provinsi Banten yang menghadap ke Gunung Krakatau di Selat Sunda. Kapal sepanjang 117 meter dengan lebar 16,4 meter itu memiliki kecepatan maksimal hingga 16 knot, kecepatan jelajah 13 knot, dan mampu berlayar sejauh 6.240 mil laut (setara 11.544 kilometer).