Perlahan tetapi pasti, tim nasional Brasil mulai menunjukkan kapasitasnya sebagai favorit juara pada Piala Dunia Rusia setelah melibas Serbia, 2-0, di Stadion Spartak, Moskwa. Tim ”Kenari Kuning” akan terbang semakin tinggi di Rusia seperti dijanjikan oleh pelatihnya, Tite.MOSKWA, KOMPAS Sebelum laga kontra Serbia dimulai, suporter Brasil sempat dibayangi ketakutan tim pujaan mereka akan bernasib serupa Jerman, juara bertahan yang tersingkir dini di Piala Dunia setelah takluk dari Korea Selatan pada laga terakhir grup. Namun, keraguan itu dijawab oleh Neymar dan kawan-kawan dengan penampilan dominan plus teknik olah bola menawan ala ”joga bonito” yang populer pada era 1950-an.
Mladen Krstajic, pelatih Serbia yang necis dengan setelan jas gelapnya, geleng-geleng kepala pada pertengahan babak kedua laga di Stadion Spartak, Moskwa, Kamis (28/6/2018) dini hari WIB itu. Ia lalu mengayunkan kaki kanannya ke belakang, seolah ingin menirukan adegan ciamik, yaitu kontrol bola menggunakan tumit, dari Philippe Coutinho, bintang Brasil. Ribuan penonton di Stadion Spartak tidak kalah takjubnya. Mereka menahan napas untuk sekian detik. ”Wuoooww,” bunyi gemuruh di Spartak.
Tim ”Samba” hampir saja menambah gol berkat kontrol bola menawan dari Coutinho itu. Sayang, bola yang bergulir secepat kilat mulai dari belakang hingga kotak penalti Serbia itu gagal dioptimalkan Neymar, penyerang Brasil. Tembakkannya melenceng ke samping mistar gawang Serbia.
Itu hanyalah salah satu adegan menawan yang dipertontonkan skuad Samba pada laga itu. Pada babak pertama, Coutinho lagi-lagi pamer kepiawaian dengan mengirim operan melengkung jarak jauh yang seolah tidak terlihat di ”radar” pertahanan Serbia, tim yang dikenal memiliki pertahanan militan. Operan Coutinho itu diselesaikan dengan cungkilan indah Paulinho yang melewati kepala kiper Serbia, Vladimir Stojkovic.
”Brasil adalah salah satu favorit juara. Bukan hanya terlihat saat ini, melainkan jauh sebelum Piala Dunia ini digelar,” ujar Krstajic yang kehabisan kata untuk memuji lawannya pada jumpa pers seusai laga itu.
Pujian Krstajic ada benarnya. Namun, tim Samba tidak benar-benar memperlihatkan kapasitasnya sebagai favorit juara sebelum laga di Spartak itu. Mereka tampil kikuk ketika ditahan Swiss, 1-1, dan sempat frustrasi sebelum datangnya dua gol pada menit injury time laga kontra Kosta Rika, pekan lalu. Namun, seiring waktu berjalan di Rusia, barisan pemain Brasil mulai padu dan percaya diri.
”Tim ini terus bertumbuh seiring berjalannya tiga laga. Masih ada ruang bagi kami untuk berevolusi, berkembang. Mulai saat ini, yang ada hanya akan maju (lebih baik),” tutur Tite, Pelatih Brasil, penuh percaya diri pada jumpa pers di Spartak.
Performa dominan Brasil atas Serbia, yang sekaligus mengukuhkan posisi mereka di puncak Grup E, tidak terlepas dari kekeras-kepalaan Tite untuk mempertahankan susunan pemain inti dan skema permainan Brasil. Susunan pemain utama yang diturunkan Tite pada laga kontra Serbia sama persis dengan daftar pemain saat mengalahkan Kosta Rika, 2-0. Dari total 11 pemain inti di Spartak, 10 di antaranya juga tampil sejak menit pertama saat ditahan Swiss pada laga pembuka grup E.
Langkah ini berbeda dengan yang dilakukan dua favorit juara lainnya, Argentina dan Jerman. Pelatih Jerman Joachim Loew, misalnya, rutin menggonta-ganti susunan pemain di tiga laga yang telah dijalani sebelum akhirnya ”pulang kampung” menyusul kekalahan 0-2 dari Korea Selatan. Adapun Jorge Sampaoli, Pelatih Argentina, selalu menyisakan misteri terkait formasi dan skema permainan yang akan diturunkan selama di Rusia.
Skuad mewah
Tite percaya kepada 11 pemain utama pilihannya. Dia tidak tergoda oleh ”kemewahan” skuad Brasil yang sangat memungkinkan rotasi pemain. Di bangku cadangan mereka terdapat barisan nama besar, seperti Roberto Firmino, striker yang bersinar di klub Liverpool; gelandang Fernandinho yang menjadi andalan Manchester City; dan bek Filipe Luis, ”buldoser” tangguh dari Atletico Madrid.
Namun, Tite terus mempertahankan dua pemain yang sempat dikritik habis- habisan media Brasil, yaitu Willian dan Paulinho, yang sempat tampil di bawah standar pada dua laga sebelumnya. ”Saya sering kali tidak bisa tidur dengan situasi ini (melimpahnya pemain berkualitas). Namun, menjadi tugas saya untuk tetap menjaga harmoni dan keseimbangan di tim,” ujarnya.
Melimpahnya pilihan pemain itu bakal menjadi keunggulan Brasil ketika menghadapi Meksiko pada babak 16 besar, Senin (2/7/2018), di Samara. Absennya bek kiri Marcelo akibat cedera otot punggung pada laga kontra Serbia, misalnya, dapat ditutupi dengan kehadiran Filipe Luis. ”Saat ini, saya ingin menikmati segelas caipirinha (minuman khas Brasil) dulu. Saya sangat rileks sebab tim ini terus bertumbuh mentalitasnya,” ujar Tite.