Mandalika Bakal Dilengkapi Taman Burung Seluas 70 Hektar
Oleh
KHAERUL ANWAR
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Selain tengah membenahi sarana dan prasarana bagi wisatan yang hendak menikmati Mandalika Kute, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Indonesia Tourism Development Coorporation bakal melengkapi kawasan ekonomi khusus pariwisata tersebut dengan taman burung (bird park) di dalam kawasan obyek wisata itu. Pembangunan taman burung tersebut juga akan bekerja sama dengan sejumlah peneliti dari Universitas Mataram.
Menurut Kepala General Affair Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika IG Lanang Bratasuta, Jumat (29/6/2018), di Mataram, Lombok, untuk taman burung itu, ITDC–pengelola kawasan KEK Mandalika–bersama Universitas Mataram sedang melakukan penelitian, mendata jenis dan populasi burung di kawasan itu.
Rencana pembangunan taman burung di kawasan hutan mangrove seluas sekitar 70 hektar di Desa Gerupuk, wilayah timur KEK Mandalika yang memiliki luas 1.175 hektar. KEK Mandalika termasuk 10 destinasi wisata prioritas nasional yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada September 2017.
Di lokasi tersebut menurut rencana bakal dilengkapi jalan akses wisata guna memudahkan pengunjung ke taman burung itu. Pelestarian mangrove dan pembangunan taman burung merupakan upaya dan wujud nyata ITDC mendorong pembangunan wisata ramah lingkungan (green tourism). ”Fasilitas taman burung juga guna menampung migrasi tahunan burung pelikan dari Australia, misalnya,” ujar Bratasuta.
Ivan Juhandra dari Humas Kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam NTB menyambut baik adanya gagasan ITDC membuat Taman Burung sebagai upaya konservasi satwa di alam. Untuk konservasi alami tidak memerlukan izin dari pemerintah, tetapi bila ITDC mendatangkan burung dari luar kemudian dikandangkan perlu dilengkapi izin dari instansi terkait.
Adanya taman burung di KEK Mandalika, kata Ivan, menambah atraksi Pantai Kute yang berpasir putih sebesar merica. Artinya, di taman burung disediakan makanan guna mengundang satwa itu datang bahkan membuat sarang di tempat tersebut.
Model itu sudah diterapkan di Taman Wisata Alam (TWA) Kerandangan, Lombok Barat. Petugas menyediakan makanan (ulat) pada saat tertentu dan di tempat tertentu guna memancing burung itu keluar. Cara ”memanggil” burung itu menjadi atraksi utama di TWA yang berdekatan dengan obyek wisata Senggigi, Lombok Barat.
Contoh lain, kata Ivan, adalah sebuah hotel di Bali. Petugas menyediakan makanan berupa tupai bagi burung-burung di hotel itu. ”Karena rutin, lalu pihak hotel menjadikan atraksi wisata bagi tamunya,” ujarnya.
Investasi
Saat ini, berdasarkan data ITDC, sedikitnya sudah ada 10 investor menanamkan modal di dalam kawasan untuk pembangunan amenitas perhotelan dengan nilai total investasi Rp 20 triliun. Pembangunan hotel sedang dalam progres dan diharapkan target 1.200 kamar tercapai tahun 2020.
Di kawasan itu tersedia infrastruktur pendukung, seperti pembangunan Kuta Beach Park, serta lapak khusus untuk pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah. Di dalam kawasan itu juga dilengkapi sirkuit MotoGP berstandar internasional yang saat progres perencanaan tetap berjalan.
”Berapa hari lalu tim dari Vinci datang untuk membahas dan memantapkan feasibility study dan melengkapi persyaratan lain untuk pembangunan sirkuit itu,” kata Bratasuta.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.