Wabah Polio Terjadi di Papua Niugini akibat Cakupan Pemberian Vaksin Rendah
Oleh
Elok Dyah Messwati
·2 menit baca
Pada pekan ini, kabar mengejutkan datang dari Papua Niugini. Negara yang sudah dinyatakan bebas polio itu ternyata harus kembali dilanda wabah penyakit yang sama gara-gara cakupan pemberian vaksin yang rendah.
Hal tersebut diumumkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pemerintah Papua Niugini (PNG), Selasa (26/6/2018). Menurut mereka, wabah polio telah terkonfirmasi terjadi di negara itu. Virus polio terdeteksi pada seorang remaja 18 tahun setelah Papua Niugini sebelumnya dinyatakan bebas dari penyakit polio.
WHO mengatakan, ada satu kasus polio yang sudah terkonfirmasi, yakni pada anak laki-laki berusia 6 tahun dari Provinsi Morobe. Ia menderita di bagian bawah tubuhnya. Penyakit polio itu terdeteksi pada akhir April lalu, dan kelumpuhan terkait dengan virus tersebut dikonfirmasi pada bulan Mei.
Menurut WHO, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat telah mengumumkan bahwa virus yang sama juga diisolasi dari spesimen tinja dua anak yang sehat di komunitas yang sama. ”Kami sangat prihatin dengan kasus polio di Papua Niugini ini dan fakta bahwa virus itu beredar,” kata Menteri Kesehatan PNG Pascoe Kase dalam pernyataan awal pekan ini. ”Prioritas utama kami adalah untuk mencegah lebih banyak anak terinfeksi.”
Langkah-langkah yang diambil untuk menghentikan penyebaran penyakit polio yang sangat menular dan melumpuhkan ini termasuk melakukan kampanye imunisasi berskala besar. Diperlukan pula perkuatan sistem pengawasan yang membantu untuk mendeteksinya lebih awal.
PNG belum memiliki kasus penyakit polio sejak tahun 1996. Negara ini disertifikasi sebagai negara bebas polio pada tahun 2000 bersama dengan sisa wilayah WHO di Pasifik Barat.
Cakupan rendah
Wabah polio merebak karena cakupan vaksin polio terbilang rendah di Provinsi Morobe, di wilayah pantai utara PNG. Menurut WHO, hanya 61 persen anak-anak yang menerima vaksin sebanyak tiga dosis sesuai yang direkomendasikan.
WHO menjelaskan, kondisi sanitasi dan kebersihan yang tidak memadai juga merupakan masalah di daerah tersebut. WHO mengatakan, isolasi wilayah dan kegiatan imunisasi yang direncanakan akan membuat risiko penyebaran virus ke negara lain menjadi rendah.
Hanya 61 persen anak-anak yang menerima vaksin sebanyak tiga dosis sesuai yang direkomendasikan.
Yang terancam virus polio adalah anak-anak di bawah usia 5 tahun. Polio tidak dapat disembuhkan dan hanya dapat dicegah dengan memberi anak-anak dosis vaksin ganda. Virus polio ini dapat menyebabkan kelumpuhan atau lumpuh layuh.
Menurut WHO, jumlah kasus polio di seluruh dunia telah turun lebih dari 99 persen sejak 1988, dari sekitar 350.000 kasus, kemudian menjadi 22 kasus yang dilaporkan pada tahun 2017.
Menurut WHO, pada Maret lalu, hanya tiga negara, yakni Afghanistan, Nigeria, dan Pakistan, yang masih endemik virus polio. (AFP)