AS Minta Bantuan Intelijen Damaikan Israel-Palestina
Oleh
Musthafa Abd Rahman dari Kairo, Mesir
·2 menit baca
KAIRO, KOMPAS — Pertemuan rahasia kepala intelijen sejumlah negara Timur Tengah seperti dikutip harian Israel, Maariv, telah digelar pada 17 Juni di Aqaba, Jordania.
Pertemuan rahasia tersebut dihadiri Kepala Intelijen Israel Yossi Cohen, Kepala Intelijen Mesir Abbas Kamel, Kepala Intelijen Jordania Adnan Issam Jundi, Kepala Intelijen Arab Saudi Khaled bin Ali al-Humaidan, dan Kepala Intelijen Palestina Majed Farraj. Pertemuan rahasia berlangsung atas permintaan Penasihat Politik Presiden AS Donald Trump, Jared Kushner, serta Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah Jason Greenblatt.
Pertemuan rahasia di Aqaba dipimpin langsung oleh Kushner dan Greenblatt. Pertemuan itu bertujuan mencari cara menggerakkan proses perdamaian Israel-Palestina dengan berpijak pada konsep perdamaian yang dikenal sebagai proyek ”Abad Ini” hasil godokan pemerintah Presiden Trump.
Pertemuan rahasia di Aqaba dipimpin langsung oleh Kushner dan Greenblatt.
Pertemuan rahasia yang dirancang secara mendadak itu dilatarbelakangi oleh kesulitan AS memasarkan proyek ”Abad Ini” kepada para pemimpin di Timur Tengah setelah Kushner dan Greenblatt mengadakan lawatan ke beberapa negara Timur Tengah, pertengahan Juni lalu. Negara yang dikunjungi Kushner dan Greenblatt adalah Israel, Jordania, Arab Saudi, dan Mesir. Otoritas Palestina menolak untuk menerima Kushner dan Greenblatt karena sejak awal Palestina menolak proyek ”Abad Ini” besutan pemerintah Presiden Trump.
Para pemimpin Arab yang ditemui Kushner dan Greenblatt tetap bersikeras meminta berdirinya negara Palestina di atas tanah 1967 dengan ibu kota Jerusalem Timur. Pemimpin Arab tersebut adalah Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, Raja Abdullah II dari Jordania, dan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Muhammad Bin Salman (MBS).
Para pemimpin Arab hanya bersedia dilakukan perubahan sedikit atas perbatasan tahun 1967 sesuai dengan tuntutan demografi Israel. Namun, secara prinsip negara Palestina tetap harus berdiri di atas tanah 1967, yang juga dikenal dengan solusi dua negara.
Adapun transaksi ”Abad Ini” seperti dilansir banyak media massa hanya menawarkan desa Abu Dis dekat Jerusalem Timur sebagai ibu kota negara Palestina. Beberapa desa Arab di Jerusalem Timur akan disambungkan melalui jembatan layang atau terowongan bawah tanah dengan Abu Dis.
Kushner dan Greenblatt kemudian memilih melakukan konsultasi dengan sejumlah kepala intelijen tersebut tentang formula terbaik terkait konsep perdamaian Israel-Palestina. Menurut Kushner dan Greenblatt, transaksi ”Abad Ini” harus sukses karena akan menjadi cara paling efektif membendung pengaruh Iran di Timur Tengah.*