Memutar Roda Gigi
Andaikan dalam sepak bola ada keadilan, hari ini Iran-lah yang menang. Begitu kata Pelatih Iran Carlos Queiroz seusai pertandingan Iran melawan Portugal yang berakhir seri, 1-1. Namun, bola memang tidak pernah bisa memastikan keadilan di lapangan.
Menit ke-94 di Stadion Saransk, Rusia. Saat paling sedih bagi fans Iran. Bola datang di kaki kiri Mehdi Taremi, hanya beberapa meter di depan gawang Portugal. Kiper Rui Patricio bergerak, memperkecil sudut gawang. Taremi menembakkan bola, tetapi meleset di kanan gawang. Taremi sedih dan menutupi mukanya.
Melesetnya bola Taremi itu adalah puncak dari ketidakberuntungan Iran melawan Portugal dalam akhir fase Grup B tersebut. Andaikan keberuntungan menyertainya, Iran bisa menambah wakil Asia masuk ke 16 besar bersama Jepang. Artinya juga, Iran bisa mengusir Portugal pulang.
Iran sebenarnya bermain lebih cemerlang daripada Portugal. Pelatih Portugal Fernando Santos mengakui hal tersebut. Ia sempat mengucapkan selamat kepada Queiroz yang berhasil membuat skuad Iran bermain menakjubkan. Sementara permainan Portugal tak terhitung gemilang.
”Yang terpenting, kita masih bisa terus berjalan. Itulah tujuan kami,” kata Santos. Bagi Portugal, bagus tidaknya permainan bukan tujuan. Waktu melawan Maroko, Santos mengakui tak puas dengan permainan anak-anaknya. Namun, ia lega Portugal bisa menambah poin. ”Kebenarannya, kami telah meraih empat poin,” kata bek Ruben Dias menggarisbawahi pendapat pelatihnya.
Tidak kalah, itulah pegangan Portugal di bawah Santos. Dan, Portugal telah membuktikan kebenaran pegangan itu. Mereka tidak kalah walau permainannya biasa-biasa saja dalam Piala Eropa dan Piala Dunia.
Di Piala Eropa 2016, Portugal melewati fase grup tanpa kemenangan. Tiga kali berturut-turut memetik hasil seri melawan Eslandia, Austria, dan Hongaria. Di babak berikutnya, hanya menang 1-0 atas Kroasia. Itu pun terjadi pada menit ke-117 ketika Ricardo Quaresma bisa memanfaatkan bola muntah yang ditepis Danijel Subasic, kiper Kroasia.
Di perempat final, Portugal menang lewat adu penalti melawan Polandia. Baru pada semifinal mereka berhasil menaklukan Wales, 2-0. Dan, pada partai final juga menang tipis, 1-0, atas tuan rumah Perancis.
Dalam Piala Dunia 2018 ini, mereka juga belum menunjukkan prestasi permainannya kecuali bahwa mereka tidak kalah. Portugal di bawah Santos boleh terseok-seok, tetapi kebenarannya adalah ”mereka tidak mati”. ”Apa gunanya indah kalau mati,” begitulah pembenaran Santos atas kebenaran permainan Portugal selama ini.
Santos, 63 tahun, adalah analis jitu. Dia bisa memberikan analisis akurat tentang permainan jenis apa saja kecuali permainan yang indah. Tampaknya permainan indah memang bukan kamus bolanya.
Menurut reporter Tilo Wagner, dalam suatu wawancara Santos pernah mengatakan bahwa dalam membentuk skuad Portugal ia berusaha memadukan permainan ofensif dan vitalitas emosi para pemainnya. Di bawah komandonya, Portugal harus bermain lugas dan efisien serta tak perlu memikirkan permainan indah.
Bagi Santos, yang pernah belajar sebagai insinyur elektro, pemain-pemain bola itu bagaikan roda-roda bergigi dalam sebuah mesin. Mesin akan berjalan dengan baik jika roda-roda gigi itu bekerja dengan baik pula. Maka, sebagai roda gigi, masing-masing mempunyai tugas taktis dan spesifik bagi mesin kesebelasan agar mesin ini bisa berjalan dengan efektif.
Dalam pengertian Santos, bahkan seorang Ronaldo pun hanyalah sebuah roda gigi walau dia adalah roda gigi berlapis emas. Namun, ia mengakui bahwa sebuah kesebelasan mesti membentuk strateginya dengan memperhitungkan pemain terbaik yang mereka miliki. Di sinilah Ronaldo menjadi roda gigi yang spesial bagi kesebelasan Portugal.
Jika harus mengatakan tentang pemain terbaik dunia, Santos tak pernah menyebut Lionel Messi. Bagi dia, Ronaldo-lah pemain terbaik itu. Maka, di skuad Portugal di Piala Dunia ini, ia juga yakin bahwa Ronaldo akan menjadi ”roda gigi spesial” yang menggerakkan mesin kesebelasan Portugal.
Bisakah roda gigi itu berputar lancar di fase gugur ini? Santos jelas maklum, Uruguay bukanlah kesebelasan yang mudah ditaklukkan. Betapapun dianggap berada di Grup A yang lemah, Uruguay adalah tim yang meraih hasil paling sempurna sampai sekarang ini. Tiga kali bermain, 3 kali menang, 9 poin, 5 gol, dan gawangnya tak kebobolan di fase grup.
Di bawah didikan Oscar Washington Tabarez, Uruguay menunjukkan dirinya sebagai kesebelasan yang terorganisasi dan sangat berdisiplin. Tabarez adalah el maestro, guru tua yang penuh pengalaman. Sebagai seorang pendidik, wajar jika ia mempunyai obsesi berlebihan tentang kedisiplinan bagi anak-anak didiknya. Sejak dipercaya menjadi ”guru bola” bagi kesebelasan Uruguay, 12 tahun lamanya Tabarez terus menggodok anak-anak didiknya dengan disiplin. Baginya, disiplin adalah kunci kesuksesan sebuah kesebelasan.
Kecuali Luis Suarez dan Edinson Cavani, Uruguay tidak mempunyai banyak pemain top, seperti yang dimiliki tetangganya, Brasil atau Argentina. Namun, berkat kedisiplinan yang ditanamkan, Tabarez membuat Uruguay menorehkan prestasi yang tak bisa dipandang sebelah mata oleh lawan-lawannya.
Dengan disiplin, mereka berhasil membuat pertahanan yang sangat solid. Sekonyong-konyong pemain belakang ikut merangsek ke depan, membombardir pertahanan lawan. Bersama Suarez dan Cavani, Uruguay teruji dalam ketepatan umpan- umpannya serta kompak menjaga mekanisme pemain.
Selain terhadap Suarez, Portugal mesti memberikan perhatian yang serius kepada Cavani. ”El Matador”, begitu julukannya, bertubuh kuat dan besar. Ototnya yang keras dan kuat seakan adalah ekspresi kehendaknya yang pantang menyerah. Ia sanggup menularkan ketahanan mentalnya kepada teman-temannya dalam situasi kritis apa pun. Suarez adalah seorang geni. Apabila berada dalam tekanan besar, ia bisa membuat tindakan yang absurd, misalnya menggigit lawan. Namun, kini ia adalah pemain yang telah matang dan kehebatannya tak perlu diragukan.
Dengan prestasinya, kali ini Uruguay siap meruntuhkan keyakinan lawannya, siapa pun. Dan, dengan organisasi permainan yang sangat berdisiplin, mereka bisa merampas kegembiraan dan antusiasme bermain dari lawannya. Jelas, Ronaldo dan kawan-kawannya membutuhkan ”oli atau minyak pelumas tingkat tinggi” untuk bisa memutar roda gigi mesin kesebelasan mereka jika mereka mau menggagalkan optimisme Uruguay.