Paus: Triumfalisme adalah Kehampaan Cinta
VATIKAN, KOMPAS-Paus Fransiskus mengajak seluruh umat Katolik dunia untuk tidak terjebak pada bentuk-bentuk triumfalisme atau sikap yang menganggap agama sendiri sebagai kebenaran dan menilai agama lain sebagai musuh. Ia ingin gereja terbebas dari khayalan-khayalan besar yang gagal menancapkan akarnya pada kehidupan masyarakat.
Pernyataan tersebut disampaikan Paus dalam khotbah perayaan ekaristi peringatan Santo Petrus dan Paulus, pelindung Kota Roma di halaman Basilika Santo Petrus, Vatikan, Roma, Jumat (29/6/2018). Ribuan peziarah dari berbagai negara, rohaniwan/rohaniwati, dan para utusan diplomat negara mengikuti prosesi ini.
“Kasih yang penuh kerahiman menuntut agar kita juga pergi ke luar, ke setiap sudut kehidupan, untuk menjangkau semua orang, meskipun hal ini mungkin merugikan kita, kenyamanan kita, status kita,” kata Paus.
Bertolak dari pengalaman Santo Petrus, menurut Paus, gereja mesti belajar untuk bisa membedakan dan mengenali dalih-dalih yang bersifat pribadi dan golongan. Sebab, kepentingan-kepentingan pribadi dan golongan justru akan menjauhkan gereja dari hubungan nyatanya dengan sesama umat manusia.
Di hadapan ribuan peziarah dari penjuru dunia, Paus menyerukan agar gereja terbebas dari berbagai bentuk triumfalisme yang merupakan kehampaan cinta, pelayanan, dan belas kasih. Gereja mesti menancapkan akarnya pada kehidupan nyata umat manusia sehari-hari dan tidak terbuai dalam khayalan-khayalan besar.
Setelah perayaan ekaristi, Paus berkeliling di atas mobil terbuka menyapa dan memberikan berkat kepada umat dan peziarah. Pada beberapa titik, Paus berhenti, mendatangi dan menyalami secara langsung beberapa umat. Mobil terbuka yang dikendarai pimpinan tertinggi Gereja Katolik Roma sedunia itu bahkan sampai berputar dua kali di sekeliling halaman Basilika Santo Petrus sebelum akhirnya masuk ke Palazzo Apostolico yang berada di samping kiri Basilika.
Melayani dengan Hati
Tepat pukul 12.00, Paus kembali muncul di pintu jendela sebuah kamar di gedung Palazzo Apostolico yang menghadap ke halaman Basilika Santo Petrus, Vatikan. Dahulu, kamar ini merupakan kamar kerja sekaligus tempat tinggal Para Paus sebelum Paus Fransiskus.
Sebelum memimpin doa Malaikat Tuhan, dalam bahasa Italia Paus menyapa seluruh umat dengan akrab: “Saudara-saudari terkasih, selamat pagi”. Para peziarah yang masih menyemut di lapangan langsung menyambutnya dengan tepuk tangan.
“Pagi ini, di sini di Lapangan Santo Petrus, saya merayakan Ekaristi dengan para kardinal yang baru diangkat dalam konsistori kemarin dan saya telah memberkati Pallium dari para uskup agung metropolitan dari berbagai negara yang diangkat tahun lalu. Semoga mereka selalu menjalankan pelayanan mereka bagi Injil dan Gereja dengan antusiasme dan kemurahan hati,” ucapnya.
Seusai memberikan wejangan, Paus menyampaikan sambutan hangat kepada seluruh keluarga, kelompok, paroki, lembaga-lembaga, dan seluruh umat yang datang ke Roma dari Italia dan berbagai belahan dunia.
Angkat 14 Kardinal
Sebelumnya, pada Kamis (28/6/2018), di tempat yang sama, Paus mengangkat 14 kardinal baru dari sejumlah negara. Dalam konsistori pengangkatan kardinal yang berlangsung sekitar 75 menit mulai pukul16.00 - 17.15 itu, Paus menyampaikan pesan menarik kepada para kardinal terpilih, yaitu Paus mengharapkan para kardinal agar mau menyatu dan hidup merakyat dengan seluruh umat.
“Paus Fransiskus selalu menekankan pentingnya gereja tetap dekat dan menyapa seluruh umatnya. Gereja yang tidak berjarak dengan umatnya,” papar Duta Besar Indonesia untuk Tahta Suci Vatikan, Agus Sriyono yang turut hadir dalam acara tersebut.
Konsistori adalah sebuah pertemuan para kardinal bersama Paus untuk membahas persoalan-persoalan penting gereja, meliputi penentuan tanggal beatifikasi, kanosasi, atau pengangkatan kardinal baru. Dalam konteks Gereja Katolik Roma, kardinal merupakan penasihat dan pendamping terdekat Paus. Pada momen-momen penting suksesi atau pergantian jabatan Paus, para kardinal inilah yang memiliki hak suara untuk memilih Paus baru.
Sebanyak 14 kardinal baru yang diangkat berasal dari sejumlah negara, meliputi Irak, Italia, Spanyol, Pakistan, Portugal, Peru, Madagaskar, Jepang, Meksiko, dan Bolivia. Para kardinal terpilih itu, meliputi Patriarkat Gereja Ortodok Timur Babilonia, Irak, Louis Raphaël I Sako; Uskup Agung Luis Ladaria, kepala Kongregasi untuk Doktrin dan Iman di Spanyol; Uskup Agung Angelo De Donatis, Vikaris Jenderal Roma, Italia; Giovanni Angelo Becciu, pengganti Sekretaris Negara Vatikan dan Delegasi Khusus untuk Malta di Italia; Uskup Agung Konrad Krajewski dari Kantor Amal Kepausan di Polandia; Uskup Agung Karachi, Pakistan, Joseph Coutts; Uskup Leiria-Fátima, Portugal, António dos Santos Marto; Uskup Agung Huancayo, Peru, Pedro Barreto; Uskup Agung Toamasina, Madagaskar, Desiré Tsarahazana; Uskup Agung L’Aquila, Italia, Giuseppe Petrocchi; Uskup Agung Osaka, Jepang, Thomas Aquinas Manyo, Uskup Agung Emeritus Xalapa, Meksiko, Sergio Obeso Rivera; Uskup Emeritus Prelatur Corocoro, Bolivia, Toribio Ticona Porco; dan Pastur Aquilino Bocos Merino dari Klaretian, Spanyol.
Dari 14 kardinal baru tersebut, Louis Raphaël I Sako merupakan satu-satunya patriarkat atau pimpinan gereja Ortodok Timur. Seperti gereja-gereja katolik lainnya di seluruh dunia, gereja Ortodoks Timur tetap mengakui Paus sebagai pimpinan tertinggi Gereja Katolik, hanya saja mereka menggunakan ritus dan doa tertentu menggunakan bahasa Yunani kuno.
Khusus di Jepang, Thomas Aquinas Manyo merupakan kardinal pertama asal Jepang yang diangkat Paus Fransiskus tahun 2018 ini. Untuk wilayah Indonesia, sampai saat ini jabatan kardinal masih berada di tampuk pimpinan Kardinal Julius Darmaatmadja SJ yang juga Uskup Agung Emeritus Jakarta. Kardinal Julius Darmaatmadja SJ dipilih sebagai kardinal 26 November 1994 silam oleh Santo Paus Yohanes Paulus II.