Para pendukung Kroasia langsung terdiam pada awal laga babak 16 besar Piala Dunia 2018. Saat itu, pemain Denmark, Mathias Jorgensen, menggetarkan gawang mereka pada detik ke-58. Sisi tribune di Stadion Nizhny Novgorod yang diisi oleh sebagian besar pendukung Kroasia itu mendadak hening. Pada saat bersamaan, para pendukung Denmark di sisi tribune yang lain bersorak sorai.
Tendangan Jorgensen sebenarnya lemah saja. Namun, banyaknya pemain yang berkerumun di depan gawang membuat kiper Kroasia Danijel Subasic (33) tidak cermat mengantisipasinya. Bola bergulir melewati tangannya dan menembus garis gawang.
Kroasia langsung tertinggal 0-1. Hal itu mengejutkan karena Kroasia tidak pernah tertinggal lebih dulu pada tiga laga di fase grup. Ketidakwaspadaan kiper Subasic lantas dituding menjadi penyebab terjadinya gol itu.
Namun, Subasic tidak mau berkecil hati. Dia kembali bangkit dan terus bekerja keras untuk menjaga gawangnya. Kewaspadaannya kembali diuji pada menit ke-27. Tendangan keras Martin Braithwaite ditepisnya sehingga Denmark gagal menambah gol.
Dengan pergerakannya menutup celah gawang, Subasic membuat para pemain Denmark gagal membidik sasaran yang tepat di gawang Kroasia. Subasic kembali membuat penyelamatan gemilang pada menit ke-72, saat tendangan keras Nicolai Jorgensen di kotak penalti ditangkapnya.
Cerita kepahlawanan Subasic berlanjut sampai ke babak adu penalti. Hasil imbang 1-1 sepanjang 120 menit memaksa kiper harus bekerja keras pada babak penentuan itu.
Subasic langsung membuat mental para pemain Denmark jatuh saat tendangan Christian Eriksen dimentahkannya. Namun, Denmark membuat skor menjadi imbang setelah kiper Kasper Schmeichel menahan tendangan Milan Badelj dari Kroasia.
Harapan Kroasia kembali berkibar setelah Subasic menghentikan bola dari penendang keempat Denmark, Lasse Schone. Namun, Schmeichel kembali menihilkan keunggulan Kroasia setelah menahan tendangan Josip Pivaric.
Subasic akhirnya benar-benar membawa Kroasia unggul dengan menahan lagi bola dari penendang kelima Denmark, Nicolai Jorgensen. Total, tiga penendang Denmark dimentahkan Subasic.
Kemenangan Kroasia akhirnya didapat setelah penendang kelima mereka, Ivan Rakitic, menunaikan tugasnya dengan baik sehingga Kroasia menutup skor menjadi 3-2.
Subasic, yang semula dicemooh, menjadi dielu-elukan karena kepiawaiannya menahan bola. Sangat jarang ada kiper yang mampu menahan tiga dari lima tendangan adu penalti.
Pekerja keras
Subasic meniti kariernya dari tingkat bawah dan berhasil membawa timnya ke puncak. Kiper kelahiran 27 Oktober 1984 itu bergabung dengan klub Zadar di divisi utama Kroasia pada musim 2003-2004, tetapi gagal mendapat posisi utama.
Setahun kemudian, saat timnya mengalami degradasi, barulah Subasic mendapat posisi kiper utama karena kiper utama sebelumnya hengkang ke klub lain. Pada 2009, Subasic kembali ke divisi utama Kroasia bersama klub Hajduk Split.
Kepiawaiannya mengantarkannya menjadi kiper utama di klub itu. Subasic ikut membawa Hajduk mengikuti kualifikasi Liga Europa dan lolos ke babak utama pada 2010-2011. Subasic juga membawa klubnya menjuarai Piala Kroasia pada musim 2009-2010.
Karier Subasic mulai menanjak setelah bergabung dengan AS Monaco, yang saat itu masih berada di Ligue 2 Perancis, pada Januari 2012. Setahun kemudian, Subasic memainkan peran penting untuk membawa Monaco promosi ke Ligue 1 Perancis.
Posisi kiper utama Monaco tetap berada di tangan Subasic saat klub itu pindah ke liga kasta tertinggi Perancis. Subasic pun menjawab kepercayaan itu dengan sering kali menjaga laga tanpa kebobolan.
Subasic kembali memegang peran penting saat Monaco menjuarai Ligue 1 pada musim 2016-2017 dan mencapai semifinal Liga Champions Eropa. Pada musim itu, Subasic juga terpilih sebagai kiper terbaik Ligue 1.
Semua bekal keterampilan, mental baja, dan pengalaman itu dibawanya saat membela Kroasia pada Piala Dunia 2018. Subasic ingin membawa negaranya menuju prestasi tertinggi, melebihi prestasi ”generasi emas” Kroasia pada Piala Dunia 1998 yang berada di peringkat ketiga. (AP/AFP/REUTERS)