Akhir Tragis “Samurai Biru”
ROSTOV-ON-DON, SELASA – Jepang tampil mengejutkan dengan mampu mengimbangi permainan tim unggulan Belgia pada laga perdelapan final Piala Dunia 2018 di Rostov Arena, Rostov-on-Don, Rusia, Selasa (3/7/2018) dini hari WIB. Skuad “Samurai Biru” pun nyaris menebas habis pasukan “Setan Merah” sebelum berakhir tragis dengan kekalahan 2-3.
Belgia, yang di atas kertas dinilai akan mudah melewati hadangan Jepang, harus berjuang mati-matian hingga menit terakhir untuk melaju ke perempat final. Jepang bertarung keras dan spartan sehingga mampu unggul dua gol lebih dulu pada awal babak kedua melalui Genki Haraguchi (menit ke-48) dan Takashi Inui (menit ke-52).
Gelombang serangan yang disusun Belgia untuk memenangkan laga selalu terbentur kedisiplinan pertahanan dan penampilan gemilang kiper Eiji Kawashima. Beberapa kali gempuran Belgia, terutama dari Romelu Lukaku, pencetak gol terbanyak mereka di Rusia, frustrasi karena gagal menyarangkan bola.
Namun, perubahan skema yang diambil Pelatih Belgia Roberto Martinez dengan memasukkan Marouane Fellaini dan Nacer Chadli berbuah manis. Defisit dua gol itu perlahan bisa disusul melalui Jan Vertonghen (menit ke-69) dan Fellaini (menit ke-74).
Jepang tak berhenti menekan dan mampu menciptakan beberapa peluang emas untuk mengembalikan keunggulan. Akan tetapi, sejumlah upaya melalui Inui dan Keisuke Honda selalu gagal menemui sasaran atau ditampik kiper Belgia Thibaut Courtois.
Hingga menit ke-94, atau beberapa detik jelang habisnya masa injury time, kedudukan masih imbang 2-2. Saat laga tampaknya akan berlanjut ke perpanjangan waktu 2 x 15 menit, petaka bagi Jepang dan berkah bagi Belgia terjadi.
Bermula dari gagalnya sepak pojok “Samurai Biru”, Courtois yang menangkap bola langsung melempar ke Kevin de Bruyne. Gelandang Manchester City itu pun menggiring bola dengan cepat hingga memasuki sepertiga paruh Jepang. Lima pemain Belgia, termasuk De Bruyne, tinggal berhadapan dengan tiga pemain Jepang.
De Bruyne lalu mengirimkan umpan terobosan ke sisi kanan yang dijemput Thomas Meunier. Dia pun segera mengoper bola menyusur tanah ke arah Lukaku yang sudah berada di kotak penalti Jepang. Sadar dia ditempel ketat oleh Makoto Hasebe, Lukaku “melewatkan” umpan itu kepada Chadli yang berdiri bebas di belakangnya.
Melalui sepakan kaki kiri, Chadli menceploskan bola dengan mudah ke gawang tanpa bisa dicegah Kawashima. Skor pun berubah 3-2 untuk kemenangan Belgia. Para pemain Jepang lalu tergeletak lesu di lapangan.
Usai laga, Pelatih Belgia Roberto Martinez mengatakan, saat Jepang mencetak dua gol pertama, Belgia terus mencari solusi. "Anda harus bereaksi. Tapi, faktor yang Anda butuhkan dari apa pun, yaitu kemauan dan kebersamaan tim untuk meraih kemenangan," katanya.
Menurut Martinez, kemenangan Belgia sangat tergantung mental para pemain yang terus fokus untuk melancarkan serangan, tidak menyerah, dan mencetak gol. “Dalam 90 menit, saat lawan sudah unggul 2-0 dan suatu tim bisa membalikkan keadaaan, itu adalah peristiwa yang jarang terjadi,” ucapnya.
Pada perempat final nanti, Belgia bersiap bertemu Brasil, yang pada laga sebelumnya mengalahkan Meksiko 2-0. Partai idaman itu akan digelar di Kazan Arena, Kazan, 7 Juli dini hari WIB.
Sementara, Pelatih Jepang Akira Nishino mengatakan, empat tahun lalu di Brasil, Jepang tak bisa mencapai babak 16 besar. “Saat itu, Jepang diingat karena kalah dari Kolombia pada laga ketiga Grup C. Kami kemudian berlatih keras selama empat tahun,” ujarnya.
Jepang pun bisa membalas dendam terhadap Kolombia pada laga pertama Piala Dunia 2018 dengan kemenangan 2-1. Nishino ingin Jepang memiliki mental yang berbeda dibandingkan Piala Dunia sebelumnya. “Saya kira, Jepang berhasil untuk memiliki mental itu. Jepang berharap bisa kembali empat tahun lagi,” ujarnya.
Permainan Jepang kontra Belgia awalnya sangat meyakinkan. Jepang dengan peringkat dunia ke-61 mampu mengimbangi serangan Belgia yang menempati posisi ke-3 dunia. Setidaknya, hingga babak pertama usai, Belgia yang belum terkalahkan pada Piala Dunia 2018, tak bisa mencetak gol.
Baiknya awal bagi Jepang juga tercermin dari pencapaian turnamen kali ini yang bisa menyamai langkah terjauh “Samurai Biru” pada Piala Dunia, yakni perdelapan final. Hal itu mengulangi pencapaian tahun 2002 dan 2010. Namun, impian mencapai perempat final lagi-lagi terhenti.
Gol pertama Jepang diawali blunder bek Belgia Jan Vertonghen yang tak bisa memotong umpan terobosan Jepang dengan baik. Bola yang lepas itu disambut gelandang Jepang Genki Haraguchi yang berlari kencang. Setelah mengontrolnya, dia lantas menendang ke arah kanan gawang Courtois.
Courtois tak mampu menggapai bola meski sudah menjatuhkan badan ke kanan. Empat menit berselang, kegembiraan pada menit ke-48 itu terulang. Gelandang Jepang Takashi Inui menambah histeria para pendukungnya dengan mencetak gol yang mengagumkan dari luar kotak penalti.
Inui menerima operan dari gelandang Jepang Shinji Kagawa yang lantas menendangnya tanpa ragu ke gawang Belgia. Courtois, yang tak menyangka Inui langsung menembak dari jarak jauh, menerkam ke kiri, tapi bola telanjur bersarang di gawangnya.
Namun, Belgia menunjukkan mental pemenang. Mereka tetap bermain tenang dan melancarkan serangan secara stabil. Kemantapan permainan Belgia menunjukkan hasilnya ketika tendangan sudut untuk tim “Setan Merah” mengarah ke dalam kotak penalti Jepang.
Tendangan itu dilanjutkan dengan bola yang berpindah-pindah di antara pemain Jepang dan Belgia. Hingga akhirnya Vertonghen mendapatkan peluang dari bola lambung yang disambutnya dengan sundulan. Bola yang disundul dari jarak sekitar 20 meter itu meluncur masuk ke sudut kiri gawang Jepang pada menit ke-69.
Belgia lalu membalas lagi untuk menyamakan kedudukan dengan gol yang dicetak gelandang Marouane Fellaini. Pemain pengganti itu sungguh-sungguh menjaga kepercayaan pelatih Roberto Martinez yang menurunkannya pada menit ke-65.
Pembuktian Fellaini diawali dengan pemain Belgia Eden Hazard yang melancarkan umpan silang lambung saat dibayangi striker Jepang Yayu Osako. Operan itu disambut Fellaini pada momen dan tempat yang tepat.
Di tengah kerumunan kawan dan lawan, Fellaini menanduk hingga bola masuk ke dalam gawang Jepang yang tak bisa dicegah Kawashima pada menit ke-74. Jepang tak didukung Dewi Fortuna saat gol penentu dari Chadli tercipta pada menit ke-94. (Reuters/fifa.com)