SIMALUNGUN, KOMPAS — Sejumlah anggota keluarga korban Kapal Motor Sinar Bangun, yang tenggelam di perairan Danau Toba, Sumatera Utara, melepas kepergian keluarga mereka untuk selamanya, Selasa (3/7/2018). Mereka beribadah dan berdoa sesuai agama masing-masing serta melakukan tabur bunga ke Danau Toba.
Berdasarkan pantauan, sejak pukul 08.00, keluarga korban sudah berdatangan ke lokasi peletakan batu pertama monumen, yang berjarak 25 meter dari pelabuhan. Sebagian duduk di kursi, sebagian lagi, yang beragama Islam, duduk di tikar dan membaca Al Quran.
Kemudian, sebagian keluarga menuju bibir pantai untuk menaburkan bunga. Suasana duka begitu terasa. Begitu juga saat masing-masing keluarga diperkenankan menaruh batu atau barang-barang kenangan di lubang galian yang akan dibangun monumen.
Maryanto (37) asal Kecamatan Bandar, Simalungun, yang kehilangan anak perempuannya, Mutiara Oktaviani (17), tak kuasa menahan tangis saat menabur bunga. ”Saya sangat kehilangan. Saya masih berharap jenazahnya ditemukan, tetapi saya ikhlas,” katanya.
Bupati Simalungun JR Saragih mengatakan, monumen dibangun untuk menjawab pertanyaan keluarga korban yang ingin menabur bunga atau ziarah. ”Kami harapkan ini akan menjadi tempat mengenang keluarga kita, 164 orang yang hingga saat ini belum ditemukan,” katanya.
Saragih menambahkan, desain monumen masih dalam tahap perancangan dan diharapkan bisa rampung dalam 2 bulan. Dengan demikian, keluarga yang hendak berziarah atau mengenang keluarga mereka yang menjadi korban insiden KM Sinar Bangun terfasilitasi.
Basarnas memastikan, setelah Selasa, operasi akan tetap dilakukan di Tigaras, tetapi dalam skala lokal, bukan nasional, tetap ada pemantauan di sekitar Danau Toba, di bawah koordinasi Kantor SAR Medan, dengan dibantu personel dari TNI, polisi, dan BPBD.
Menurut Direktur Operasi Basarnas Bambang Suryo Aji, penutupan operasi secara nasional akan dilakukan pada Selasa. Itu karena selama 14 hari pencarian, kerap kali terjadi hambatan. Untuk mendatangkan alat canggih lainnya pun memerlukan waktu 3 minggu.
Namun, pihaknya memastikan, posko dan tenda-tenda di Pelabuhan Tigaras tetap ada. ”Posko tetap di Tigaras sekitar seminggu setelah itu di Pos SAR Parapat. Kami fokus memantau untuk bergerak saat ada tanda-tanda muncul dari danau, terkait KM Sinar Bangun,” katanya.
KM Sinar Bangun tenggelam di Danau Toba dalam perjalanan dari Pelabuhan Simanindo, Kabupaten Samosir, ke Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun, Senin (18/6/2018). Hingga kemarin, korban hilang dilaporkan 164 orang, korban yang ditemukan 24 orang, dan tiga orang di antaranya meninggal.