Indonesia Butuh Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Satelit Komunikasi
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Percepatan pembangunan infrastruktur satelit komunikasi semakin dibutuhkan di Indonesia. Hal ini terutama untuk memenuhi layanan telekomunikasi yang merata di Indonesia hingga tingkat desa-desa tertinggal, terluar, dan terdepan.
Direktur Telekomunikasi Khusus Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Ismail mengakui, Indonesia masih jauh tertinggal dalam hal sistem satelit komunikasi dengan sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, China, dan Eropa. Namun, pemerintah terus berupaya agar infrastruktur satelit komunikasi bisa semakin berkembang.
“Pemerintah menargetkan akan mengorbitkan satelit multifungsi pada 2022. Proyek ini merupakan kelanjutan dari pembangunan Palapa Ring yang target selesainya pada 2019 ini,” ujar Ismail saat membuka konferensi tingkat Internasional Asia Pacific Satellite Communication System (APSAT) 2018 di Jakarta, Selasa (3/7/2018).
Konferensi ini diselenggarakan untuk ke-17 kalinya oleh Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI). Tujuannya, untuk memberikan informasi terkini kepada Industri di Indonesia dan dalam rangka mendukung program pemerintah khususnya Kemkominfo dalam mengembangkan infrastruktur broadband atau pita lebar dan perusahan rintisan berbasis satelit. Adapun peserta yang hadir adalah para profesional dan anggota ASSI baik dari dalam negeri maupun luar negeri, dunia perbankan, perusahaan perminyakan, perusahaan penerbangan, operator VSAT (very small aperture terminal), pengguna jasa VSAT, pemerintah, dan kalangan akademik (dosen, peneliti, dan mahasiswa).
Ismail mengatakan, keberadaan satelit multifungsi diharapkan dapat menjangkau akses telekomunikasi di wilayah yang belum terjangkau jaringan kabel optik Palapa Ring, terutama di daerah teringgal, terluar, dan terdepan. Satelit ini akan dilengkapi dengan terknologi high troughput sattelitte (HTS) atau teknologi berkecepatan tinggi. HTS adalah satelit komunikasi yang melayani akses data dengan kecepatan hingga 100 gigabyte per detik.
Ismail menambahkan, pemerintah terus berusaha agar percepatan pembangunan infrastruktur satelit komunikasi dapat terwujud. Diharapkan melalui perbaikan kualitas jaringan komunikasi, perekonomian dan pendidikan di suatu daerah bisa lebih maju, terutama di daerah 3T (tertinggal, terluar, dan terdepan).
Saat ini, lima satelit Indonesia yang beroperasi, yaitu Indostar2 (108.2E), Palapa-D (113E), Telkom2 (157E), Telkom3S (118E), dan BRI-Sat (150.5E). Dan tahun 2018, rencananya akan ada dua satelit Indonesia yang diluncurkan, yakni Telkom4 (108E) dan PSN-VI (146E).
Dalam acara yang sama, Ketua Umum Pengurus Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) menyampaikan, seluruh sektor kepentingan di Indonesia perlu terus meningkatkan pengetahuan dan informasi terkait inovasi layanan satelit. Salah satunya dengan bersinergi dan bekerjasama dengan seluruh pihak yang terlibat, baik langsung maupun tidak langsung dalam dunia industri penyedia jasa satelit dan pengguna jasa teknologi satelit.
“Dengan luas demografi seperti Indonesia, infrastruktur satelit memiliki peran penting dalam memberikan akses informasi kepada masyarakat Indonesia sampai ke seluruh pelosok tanah air dengan lebih cepat apabila dibandingkan dengan infrastruktur terestrial, seperti dengan jaringan seluler dan kabel,” katanya.
Manajer Satellite Technology and Service Planning Divisi Service Operation PT Telkom Indonesia, Selamet Joelianto berpendat, meski butuh biaya yang sangat besar, yakni sekitar RP 2-4 triliun, pihak swasta juga bisa turut serta mendorong percepatan infrastruktur dengan menyediakan investasi yang sesuai.
“Selain investasi, faktor yang tidak kalah penting adalah menyiapkan sumber daya manusia, ahli dan operator satelit yang andal. Indonesia masih minim tenaga ahli yang kompeten,” ucapnya.