IPB Gandeng Universitas di Belanda untuk Kembangkan Konsep Pertanian Cerdas
Oleh
Ester Lince Napitupulu
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Institut Pertanian Bogor menggandeng sejumlah perguruan tinggi di Belanda untuk mengembangkan pertanian cerdas atau smart farming dan inovasi dalam cuaca. Kerja sama dengan Belanda dinilai penting karena negara tersebut sudah lama mengembangkan pertanian cerdas.
Untuk itu, Indonesia perlu belajar dari Belanda dalam pengembangan pertanian cerdas agar petani Tanah Air adaptif terhadap tren baru era disrupsi digital.
Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria yang dihubungi dari Jakarta, Rabu (4/7/2018), mengatakan, kerja sama dilakukan dengan Wageningen University and Research (WUR) dan Maastricht School of Management (MSM) untuk mengembangkan smart farming dan inovasi iklim.
Rektor IPB berkunjung ke Belanda bersama Ketua Majelis Wali Amanat IPB MA Chozin dan Direktur Program Internasional IPB Iskandar Z Siregar.
”Kerja sama dengan Belanda sangat penting karena mereka sudah lama mengembangkan smart farming. Kita perlu belajar dari Belanda dalam smart farming ini agar pertanian Indonesia adaptif terhadap tren baru era disrupsi ini,” ujar Arif.
Iskandar menjelaskan, di pengujung Juni lalu, Rektor IPB dan rombongan bertemu dengan Rektor WUR Arthur Mol di Belanda. Salah satu agenda penting yang dibahas dalam pertemuan selama 1,5 jam tersebut adalah untuk pengembangan pertanian cerdas di daerah tropis.
Kunjungan IPB ke Kampus WUR merupakan bagian dari rangkaian kunjungan kerja rektor ke sejumlah universitas di Eropa, seperti Perancis, Belanda, Jerman, Slowakia, dan Swiss.
Arif mengatakan, pertemuan dengan Rektor WUR akan ditindaklanjuti segera dengan kunjungan tim WUR ke IPB pada 4 Juli 2018 di Bogor. Pertemuan tersebut nantinya untuk mempersiapkan proposal yang akan disampaikan akhir tahun ke donor dalam konteks inisiatif interdisciplinary research and education fund.
Pada tahun 2018, WUR berusia 100 tahun dan menempati peringkat nomor 1 QS World University Ranking dalam kategori perguruan tinggi dengan subyek agrikultur dan kehutanan. Sementara IPB pada tahun ini masuk top 100 QS World University ranking pada kategori yang sama.
Kerja sama dengan IPB telah berlangsung sangat lama, baik dalam bidang penelitian dan pendidikan, seperti ABF, INDOSOL, ALIN, dan TVET. Direncanakan perpanjangan nota kesepahaman (MOU) kedua perguruan tinggi tersebut akan dilakukan pada 2019.
Selanjutnya, Rektor IPB beserta rombongan juga melakukan pertemuan dengan Dekan MSM Wim Naude di Kampus Maastricht. Kerja sama ini untuk mengantisipasi fenomena disrupsi pada model bisnis pertanian yang ada saat ini dalam konteks climate innovation serta kurikulum pendidikan pertanian ke depan.
Dalam pertemuan tersebut, dibahas tentang urgensi mengantisipasi disrupsi seiring dengan berkembangnya kecerdasan buatan, teknologi robotik, bioteknologi, finansial teknologi, dan energi baru terbarukan.
”Juga disepakati penguatan kerja sama kedua belah pihak untuk pengembangan pendidikan bisnis dan manajemen dengan muatan baru yang antisipatif terhadap disrupsi,” ujar Arif.
Ia menjelaskan, pertanian cerdas adalah konsep pertanian baru berbasis teknologi digital yang relevan dengan era disrupsi ini. Pengembangan smart farming tidak saja bersifat teknis, tetapi juga aspek sosial budaya karena berkaitan juga dengan tingkat adaptasi masyarakat pertanian terhadap teknologi digital.
”IPB siap mengawal transformasi pertanian 4.0 di Indonesia agar bisa menyesuaikan diri dengan era Revolusi Industri 4.0, dengan penguatan teknologi internet of things, teknologi robot, drone, artificial intelligence, dan big data,” papar Arif.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.