JAKARTA, KOMPAS - Satu lagi anggota kelompok jambret kejam Tenda Oranye, ditembak mati jajaran Polres Metro Jakarta Barat. Dengan demikian, sudah tiga pelaku ditembak mati sejak Dirjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR RI Syarief Burhanudin dijambret di kawasan Kota Tua, Minggu (24/7/2018), oleh anggota kelompok ini.
"Satu lagi kami tembak mati hari ini. Tidak ada ampun buat kelompok ini. Kehadiran mereka sudah sangat meresahkan warga Jakarta. Kelompok ini terbukti menjadi pembuka jalan kejahatan jalanan makin kejam. Harus dihentikan," tandas Kapolres Metro Jakarta Barat Komisaris Besar Hengki Haryadi, Rabu (4/7/2018).
Kasat Reskrim Polsek Tanjung Duren Ajun Komisaris Besar Edi Suranta Sitepu mengatakan, pelaku yang ditembak mati adalah MS alias Cepi (33). Dia ditangkap di sekitar kawasan Teluk Gong, Jakarta Utara, Selasa malam.
"Saat dia kami minta menunjukkan lokasi teman-temannya, dia melawan. Terpaksa kami tembak. Dia meninggal dalam perjalanan ke RS," ujar Edi.
Pekan lalu, polisi juga menembak mati dua penjambretdalam kasus Syarief yakni FS dan RB. Tiga tersangka lainnya, yakni MRT (29), AS (35), DT (32), dan A dibekuk pekan lalu. Kini polisi masih memburu tiga tersangka lainnya.
Polisi juga menangkap DN (31), isteri AS. DN ditangkap karena tas milik korban ada padanya. "Dia tahu pekerjaan suaminya menjambret. Dia juga tahu tas yang diserahkan suami kepadanya adalah barang hasil menjambret," ujarnya.
Edi menjelaskan, sehari sebelum Syarief dijambret, Cepi bersama HO (20), MW (30), dan ED (30) menjambret penumpang bajaj, Lina (51), di Jalan Latumenten, Jakarta Barat.
Saat itu, korban yang berprofesi sebagai pedagang lumpia dalam perjalanan dari rumahnya di Jelambar menuju Pluit.
Para pelaku memepet sisi kanan-kiri bajaj dengan dua sepeda motor. "Pelaku yang menjambret tas korban adalah pelaku yang naik sepeda motor di sisi kiri bajaj. Cepi ditangkap setelah polisi menangkap AS yang terkait kasus Syarief. Cepi dan AS ini satu kelompok anggota jambret tenda oranye," ucap Edi.
Hengki membantah teori yang mengatakan, kelompok ini memanfaatkan polisi yang lengah karena kesibukan Pilkada serentak. Dia juga membantah bahwa mereka menjambret karena kehabisan uang sehabis Lebaran.
"DKI tidak mengadakan Pilkada. Kapolda Metro hanya memerintahkan jajarannya yang berdinas di Jakarta, siaga jika personelnya ditarik ke wilayah yang ricuh. Itupun sebagai tenaga cadangan saja," tuturnya.
Hengki mengatakan bahwa sebagian penjambret kelompok ini, residivis. "Jadi, punya atau nggak punya uang, mereka tetap saja menjambret. Mereka ini nggak pada kerja. Kerjanya ya menjambret. Tak pandang musim."
Daerah rawan
Sementara, kawasan wisata Kota Tua dan Jalan Pintu Besar Selatan memang rawan terjadi penjambretan dan pencopetan.
Sekuriti Buana Independen, Yasser Khalik Ali (45) mengatakan, daerah yang tergolong rawan ada di sepanjang Jalan Pintu Besar Selatan, arah Kota Tua, arah WTC Mangga Dua, sepanjang Jalan Kali Besar Barat di Roa Malaka. Setelah menjambret, mereka lari ke gang-gang di Jalan Pintu Besar Selatan, seperti Gang Labu dan Gang Terong.
"Selain kasus penjambretan, biasa ada maling spion juga," katanya, kemarin.
Atang Afandi (58), tukang ojek yang sering mangkal di Kota Tua, mengatakan, copet dan jambret umumnya beraksi di akhir pekan saat Kota Tua ramai didatangi wisatawan. Ia mengaku pernah melihat pengunjung yang tasnya disilet. "Saya nggak berani teriak, saya kena gebuk nanti," katanya.
Atang mengatakan, komplotan ini biasanya bergerombol masuk ke kerumunan orang ramai dari situ mereka beraksi.
Djamjam (67), penjual koran dan majalah di perempatan Jalan Asemka, mengatakan, dari seberang tempatnya berjualan, ia sering mendengar pengunjung berteriak karena kecopetan. "Kebanyakan dompet dan HP (ponsel) yang dicopet," katanya.
Sasar pesepeda motor
Di Jakarta Utara, Polsek Metro Penjaringan membekuk dua penjambret di Jalan Pluit Raya. Penjambret ini menyerang dua perempuan yang sedang mengendarai sepeda motor, Selasa (19/6/2018) sekitar pukul 22.00.
Dua hari setelah mendapat laporan dari korban, polisi meringkus UTA (21) dan MY (22) di Muara Baru Penjaringan. Barang bukti yang diamankan meliputi satu telepon genggam, uang Rp 250.000, dan satu sepeda motor.
Kepala Polsek Metro Penjaringan Ajun Komisaris Besar Rahmat Sumekar mengatakan, tersangka merencanakan aksinya. Saat melintas di Jalan Pluit Raya, mereka menyasar ponsel yang digunakan korban yang dibonceng.