BEIJING, RABU Publik global menantikan penerapan tarif impor antara Amerika Serikat dan China yang dinyatakan bakal dimulai pada Jumat (6/7/2018). Pemerintah China menyatakan tidak berada di posisi sebagai inisiator pelaksana penerapan tarif dan hanya akan menunggu sekaligus membalas sekiranya tarif itu benar-benar diterapkan Washington.
”Posisi Pemerintah China telah dinyatakan berkali-kali. Kami benar-benar tidak akan ’menembakkan tembakan pertama’ dan tidak akan menerapkan langkah-langkah tarif sebelum Amerika Serikat melakukannya,” demikian pernyataan Kementerian Perdagangan China, Rabu (4/7).
Washington mengatakan akan menerapkan tarif atas produk ekspor China senilai 34 miliar dollar AS per 6 Juli. Beijing merespons hal itu dengan menyatakan siap membalas pada hari yang sama.
Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Lu Kang mengatakan, China siap bertindak meski ia tidak mengonfirmasi tanggal dimulainya penerapan tarif produk-produk ekspor AS ke China itu.
”Cina sudah membuat persiapan tentang hal itu,” kata Lu. ”Selama AS mengeluarkan daftar tarif yang disebut, China akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk secara tegas melindungi kepentingan sahnya.”
Mata uang yuan naik tajam terhadap dollar AS pada perdagangan hari Rabu. Hal itu terjadi sehari setelah bank sentral China meyakinkan pasar akan menjaga mata uang agar stabil di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang gesekan perdagangan. Meski nilai tukar naik, pasar saham di China masih berguguran.
Media Pemerintah China pada saat bersamaan mengkritik otoritas AS. Harian China Daily, misalnya, menyatakan AS sengaja berusaha menghambat China agar tidak berkembang dan tidak menantang peran yang dimiliki AS dalam tatanan ekonomi global. Hal itu berlangsung di tengah meningkatnya perekonomian China dalam menyaingi AS.
”AS telah mempertahankan hegemoni di bidang militer dan keuangan selama beberapa dekade. Sekarang ini, saatnya mengejar posisi hegemoni ekonomi,” demikian editorial China Daily.
”(AS) ini telah sering melancarkan perang terhadap negara-negara berdaulat lain dan memanfaatkan pengaruh dominan dollar AS di pasar internasional untuk mengambil keuntungan dari negara-negara lain. Sekarang ini (mereka) mencoba untuk melakukan perdagangan habis-habisan dan perang ekonomi untuk menahan pembangunan yang sebenarnya normal di China.”
Pandangan senada juga disampaikan tabloid yang memiliki basis pembaca luas, Global Times. Tabloid terbitan Partai Komunis yang berkuasa di China itu mengatakan, perang dagang yang semakin mungkin terjadi dinilai bakal mengacaukan dunia.
”Aksi pembalasan adalah reaksi pertama atas perang dagang Washington,” tulis Global Times dalam editorialnya. ”Sulit untuk memprediksi gerakan ini akan membawa dunia ke mana, tetapi Washington tidak terhindarkan akan membayar harga mahal karena upayanya untuk mengubah seluruh dunia menjadi pengekornya semata.”
Kecaman Jerman
Secara terpisah, di Berlin, Kanselir Jerman Angela Merkel memperingatkan Presiden AS Donald Trump untuk mengendurkan tensi perang dagang. Merkel juga mengecam Trump atas ancamannya memberlakukan tarif atas mobil dari Uni Eropa ke pasar AS.
Dalam pidato di parlemen federal (Bundestag), Merkel mengatakan kedua pihak secara efektif terkunci dalam ”konflik perdagangan” sejak muncul keputusan Trump untuk memberlakukan tarif atas impor baja dan aluminium. ”Penting sifatnya untuk mencegah konflik ini menjadi perang sungguhan,” katanya.
Merkel menambahkan bahwa upaya mencegah perang dagang itu ”akan membutuhkan kedua pihak” untuk mengambil sejumlah langkah dan strategi. Sebelumnya, Trump menuduh Eropa mungkin sama buruknya dengan China dalam perdagangan.
Ia mempertimbangkan untuk menerapkan pajak impor 20 persen atas mobil-mobil dari Uni Eropa. (AP/AFP/REUTERS/BEN)