Lebih Satu Abad, Waduk Prijetan Airi Ribuan Hektar
Oleh
Adi Sucipto
·3 menit baca
LAMONGAN, KOMPAS – Empat dari 224 waduk (bendungan) di Indonesia sudah beroperasi lebih dari 100 tahun. Diantara waduk yang sudah mencapai satu abad itu, Waduk Prijetan dan Waduk Sentir di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur serta Waduk Kedung Uling di Wonogiri, Jawa Tengah.
Sekretaris Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) M Arsadi, Rabu (4/7/2018), menjelaskan Waduk Prijetan, di Desa Mlati, Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Luas Waduk Prijetan mencapai 23,67 hektar, mampu menampung 7,299 juta meter kubik air dan mengairi 4.513 hektar sawah.
“Waduk tersebut dibangun pada tahun 1910-1916 dan mulai beroperasi pada 1917,” kata Arsadi saat menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Kerajaan Belanda Stephanus Abraham Blok di Waduk Prijetan.
Waduk Prijetan termasuk istimewa, selain bernilai sejarah, salah satu insinyur yang turut andil membangunnya adalah Meyr JF A Dligor. Itu merupakan kakek dari Menlu Belanda. Stephapus Abraham Blok pun menyempatkan berziarah ke makam kakek buyutnya di kompleks Waduk Prijetan.
Pria yang akrab disapa Step Blok itu menyampaikan pemerintah Kerajaan Belanda akan menyediakan beasiswa bagi masyarakat Indonesia untuk belajar di Belanda, khususnya terkait sumber daya air. Kakek buyutnya dulu bekerja sebagai insinyur pembangunan waduk Prijetan.
Hal itu menunjukkan hubungan erat antara keluarga dan masyarakat Belanda dan dengan keluarga dan masyarakat Indonesia, serta antara pemerintah Belanda dan Indonesia. “Ini juga menunjukkan, bahwa masa lalu dan masa sekarang bisa bersatu untuk bersama-sama mewujudkan masa depan yang cerah,“ kata Step Blok.
Step Blok merasa senang bisa berkunjung ke Indonesia, terlebih ke makam dan bangunan bersejarah yang juga ada andil leluhurnya. Ia melihat dalam perjalanan menuju Prijetan ada pembangunan saluran air dan lainnya. “Saya harap ini bukan kunjungan pertama saya. Semoga nanti ada kunjungan berikutnya dan saya ingin lebih banyak melihat pembangunan di Indonesia,” tuturnya.
Sedimentasi
Bupati Lamongan, Fadeli, menyebutkan kapasitas awal Waduk Prijetan mencapai 12 juta meter kubik. Namun, akibat sedimentasi kapasitas menurun menjadi 9,7 juta meter kubik. Bahkan berdasarkan Direktorat Sumber Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo per 2014 kapasitas tampungan waduk tinggal 7,299 juta meter kubik.
Fadeli menambahkan waduk itu menjadi salah satu andalan irigasi di Lamongan karena mengairi 4.513 hektar sawah di 33 dea yang tersebar di Kecamatan Kedungpring, Sugio dan Modo. Waduk itu didukung saluran primer sepanjang 5.176 meter dan saluran sekunder 21.594 meter.
Pada 2017, anggaran normalisasi jaringan irigasi yang disiapkan mencapai Rp 22 miliar. Pada 2019 direncanakan anggaran Rp 112 miliar untuk studi penanganan sedimentasi waduk, yang akan dilanjutkan pengerukan sedimen dan konservasi daerah aliran sungai. “Kami juga ingin berkunjung ke Belanda untuk belajar pengelolaan sumber daya air,” kata Fadeli.