Kambing Pertama Kali Dijinakkan Tahun 8000 Sebelum Masehi di Asia Barat Daya
Oleh
Subur Tjahjono
·2 menit baca
Sebuah tim ilmuwan internasional mengungkapkan hasil penelitian terbaru bahwa kambing peliharaan saat ini merupakan hasil domestikasi atau penjinakan di wilayah Bulan Sabit Subur di Asia Barat Daya tahun 8000 sebelum Masehi. Para peternak kala itu melakukan seleksi di antara kambing liar dan kambing ternak.
Penelitian berjudul ”Genom Kambing Kuno Mengungkapkan Domestikasi Mosaik di Wilayah Bulan Sabit Subur” itu dimuat di jurnal Science yang juga disiarkan sciencedaily.com. Penelitian antara lain dilakukan Kevin Daly dan Daniel G Bradley dari Kolese Trinitas Irlandia.
Wilayah Bulan Sabit Subur dalam peta modern meliputi wilayah berbentuk bulan sabit di Asia Barat Daya, yaitu Irak, Suriah, Lebanon, Siprus, Jordania, Israel, Palestina, Mesir, serta pinggiran tenggara Turki, dan pinggiran barat Iran.
Peneliti mengkaji data genom dari 83 kambing purba dari zaman Paleolitik hingga Abad Pertengahan di seluruh wilayah Timur Dekat. Hasil kajiannya, peneliti mendeteksi seleksi awal untuk kebutuhan pigmentasi, perawakan, reproduksi, kemampuan pemerahan susu, dan respons terhadap perubahan pola makan. Dari satu kambing yang didomestikasi dan menjadi sumber daging, susu, dan kulit, kambing sekarang jumlahnya hampir 1 miliar ekor di seluruh dunia.
Bukti paling awal untuk kambing domestik terjadi di wilayah Bulan Sabit Subur di Asia Barat Daya, tempat pertanian tanaman dan penggembalaan hewan dimulai. Sebelum menggiring, pemburu lokal menargetkan kambing liar bezoar dijinakkan. Praktik lokal ini akhirnya menjadi dasar pengelolaan kambing dan pemeliharaan ternak.
”Sama seperti manusia, nenek moyang kambing modern adalah jaring kusut dari untaian leluhur yang berbeda,” kata Daniel Bradley, Guru Besar Populasi Genetika.
Dengan menggunakan sampel kuno, peneliti mampu menganalisis keragaman genetik populasi kambing yang berbeda pada masa lalu dan merekonstruksi sejarah domestikasi awal. Peternak menjadikan ternak menjadi ratusan jenis yang berbeda. Tampaknya, seperti peternak modern, petani kuno tertarik pada penampilan hewan.
”Kami menemukan bukti bahwa setidaknya sejauh 8.000 tahun yang lalu penggembala tertarik atau menghargai warna bulu binatang mereka,” kata Kevin Daly.
Ada juga indikasi bahwa hewan purba ini telah dipilih untuk dijinakkan karena mengandung enzim hati yang memberikan toleransi yang lebih baik terhadap racun baru. Racun baru itu mungkin berasal dari jamur yang tumbuh pada pakan ternak.
Di Indonesia, kambing juga menjadi hewan ternak yang populer untuk diambil daging dan jerohannya, susunya, dan kulitnya. Kambing yang banyak dipelihara di Indonesia adalah jenis kambing peranakan etawah atau kambing kacang.