Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan makin sering disebut berpeluang diajukan sebagai calon presiden di Pemilu 2019. Sementara itu, Partai Gerindra menegaskan tetap mengusung Prabowo sebagai capres.
JAKARTA, KOMPAS - Kurang dari satu bulan dibukanya pendaftaran Pemilu Presiden 2019, 4-10 Agustus mendatang, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan secara tersirat membuka peluang untuk ikut dalam kontestasi tersebut dengan menjadi pesaing Presiden Joko Widodo. Sementara itu, Partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Amanat Nasional terus berkomunikasi untuk menentukan pasangan calon presiden-calon wakil presiden yang akan diusung.
Anies melakukan pertemuan empat mata dengan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Zulkifli Hasan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (5/7/2018). Seusai pertemuan, Zulkifli mengatakan, dia dan Anies hanya membahas kebijakan penghentian proyek reklamasi.
Namun, Anies mengatakan, dalam setiap pertemuan dengan tokoh nasional, dirinya selalu mendengar petuah dan pesan, termasuk dari Zulkifli. ”Pak Zul memberikan petuah dan pesan tentang pentingnya memperhatikan dinamika politik,” katanya.
Ketika ditanya mengenai kesediaannya maju dalam Pemilu Presiden 2019, Anies menekankan, urusan pencalonan sebagai presiden merupakan kewenangan pimpinan partai politik. Oleh karena itu, ia sepenuhnya menyerahkan persoalan itu kepada Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman, serta Zulkifli yang juga Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN).
Sementara itu, terkait kesanggupannya sebagai calon presiden, (capres), ia menjawab, ”Jangan shalat sebelum azan mulai. Sekarang belum azan, kok.”
Anies menambahkan, ia masih akan fokus untuk mengemban amanah sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Makin menguat
Secara terpisah, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengatakan, di internal partainya, nama Anies dan mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan semakin menguat untuk menjadi calon presiden dan wakil presiden yang diusung partai itu. Selain itu, pasangan Prabowo dengan Ahmad juga menguat, terutama di wilayah Jawa Barat.
Namun, untuk memajukan pasangan capres-cawapres, kata Mardani, pihaknya masih akan melakukan mekanisme internal, yaitu melakukan survei untuk menentukan salah satu figur yang paling menjanjikan. Kemudian, keputusan akan diambil oleh pimpinan partai bersama Majelis Syuro PKS.
”Filosofi kita bukan ingin maju, tetapi mau menang. Untuk menang di pilpres bisa dikatakan 50 persen tergantung dari figur (capres),” kata Mardani.
Saat ini, PKS juga masih berkomunikasi dengan sejumlah parpol untuk menyusun strategi melawan Presiden Jokowi. Ia mengungkapkan, di dalam koalisi nanti, PKS tidak hanya akan membicarakan dua posisi, yakni capres dan cawapres, tetapi juga akan membahas langsung pembagian posisi parpol untuk 10 kursi menteri utama.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menuturkan, pihaknya dengan PKS dan PAN tetap akan mengusung Prabowo sebagai capres di Pemilu 2019. Ia mengatakan, kemunculan sejumlah nama sebagai capres hanya sebuah wacana yang menjadi bagian usulan dari komunikasi ketiga parpol.
”Persoalan capres sudah tidak ada masalah. Kami hanya belum menemukan formula terkait cawapres untuk Pak Prabowo,” kata Fadli.
Ia memastikan, pimpinan ketiga parpol akan segera bertemu untuk menemukan kesamaan dan kemufakatan terkait sosok cawapres pendamping Prabowo.