SELAYAR, KOMPAS — Tiga hari setelah kandasnya Kapal Motor Lestari Maju di perairan Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, belum ada pihak yang bertanggung jawab. Belum ada pihak yang menjadi tersangka atas kasus yang menewaskan lebih dari 30 orang itu.
”Kami pasti usut tuntas ini. Sudah ada tujuh awak kapal yang diperiksa sebagai saksi. Satu pekan ini ditargetkan sudah ada tersangka jika cukup bukti,” ujar Kepala Kepolisian Resor Selayar Ajun Komisaris Besar Syamsu Ridwan, Kamis (5/7/2018) sore.
Ketujuh saksi itu adalah nakhoda kapal berinisial AS; tiga mualim, yakni GY, RA, dan MIN; serta GDJ dan SIN yang bertugas sebagai masinis. Seorang lagi adalah GN, kepala kamar mesin. Mereka dimintai keterangan terkait kandasnya KM Lestari Maju di Pa’badilang, sekitar 300 meter dari bibir pantai. Kapal itu bertolak dari Pelabuhan Bira, Bulukumba, menuju Pelabuhan Pamatata, Selayar, Selasa (3/7/2018) siang.
Syamsu mengatakan, pihaknya akan memanggil otoritas terkait, seperti syahbandar dan dinas perhubungan setempat sebagai saksi, dalam rangka penyelidikan. ”Kami akan cek benarkah ada unsur kelalaian, kesengajaan, atau kesalahan prosedur dalam pengoperasian kapal. Kami juga berkoordinasi dengan Komite Nasional Kecelakaan Transportasi,” ujarnya.
Manifes yang dilaporkan tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Manifes mencatat 139 penumpang dan 48 kendaraan. Namun, hingga Kamis petang, Polres Selayar mencatat korban meninggal 36 orang, yang salah satunya belum teridentifikasi. Adapun korban selamat ada 166 orang. Artinya, ada 202 penumpang. Data lainnya dari kamar jenazah Rumah Sakit Hayyun, Selayar, mencatat 35 korban meninggal.
Ikram (17), salah satu korban selamat, menuturkan, salah satu mesin kapal mati tidak jauh dari perairan Pa’badilang. Saat itu, angin kencang dan hujan deras mendera. Tidak lama kemudian, ombak yang tinggi menghantam lambung kapal sehingga bocor.
”Kapal oleng ke kiri. Semua panik berebut sekoci dan pelampung. Banyak yang terjun ke laut. Saya dapat pelampung dan ditolong kakak,” ujar Ikram.
Usia dan asal kapal
Syahbandar Pelabuhan Bira Kuat Maryanto mengatakan, sebelum kapal berlayar, kondisi cuaca baik. ”Kapal juga sudah punya alat keselamatan, seperti 260 jaket keselamatan dan 8 pelampung bundar,” ujarnya.
Terkait manifes yang tak sesuai jumlah penumpang, Kuat mengatakan, ”Itu tidak ada hubungannya dengan kami. Yang mengurus dinas perhubungan tingkat 1 (Sulsel). Pengadaan kapal juga urusan Pemerintah Kabupaten Selayar. Kami hanya memastikan kapal bisa berangkat.”
Wakil Bupati Selayar Zainuddin mengatakan, KM Lestari Maju sudah berusia 30 tahun, tetapi baru beroperasi di Selayar tahun 2016. Kapal itu didatangkan dari Kalimantan. ”Saya tidak perlu bicara tentang kapalnya. Lihat saja dari usianya. Kami juga tidak tahu proses kapal itu ada di sini,” katanya.
Selama ini terdapat tiga kapal yang melayani rute Bira-Selayar. Selain KM Lestari Maju, ada KM Bontoharu dan KM Tunu Pratama.
KM Lestari Maju merupakan kapal paling besar karena mampu menampung hingga lebih dari 40 kendaraan roda empat, termasuk truk. Adapun dua kapal lainnya hanya sekitar 20 mobil. Saat ini, hanya KM Bontoharu yang beroperasi karena KM Tunu Pratama dalam perbaikan. Penyeberangan pun terlambat lebih dari dua jam.