Kematian Penyelam Samarn Membuat Tim Penyelamat Kian Khawatir
Mengenakan kemeja polo abu-abu dan kacamata berwarna biru, Samarn Kunan (38) mengambil video sebelum naik pesawat pada 1 Juli 2018 untuk bergabung dengan tim penyelamat dari SEAL Angkatan Laut Thailand dan tim internasional di Chiang Rai, Thailand utara. Mereka memiliki tugas menyelamatkan 12 anak anggota tim sepak bola dan pelatih mereka yang terperangkap di Goa Tham Luang sejak 23 Juni 2018.
”Sampai jumpa malam ini di Tham Luang,” kata Samarn Kunan dalam video penuh semangat sebelum ia mengakhiri video dan berangkat ke Provinsi Chiang Rai yang berbatasan dengan Myanmar.
Kurang dari seminggu kemudian, Jumat (6/7/2018) pagi, Samarn yang merupakan mantan anggota unit SEAL Angkatan Laut Thailand meninggal di Goa Tham Luang. Samarn adalah korban pertama dalam operasi penyelamatan multinasional tersebut.
Samarn meninggal pada Jumat pagi setelah ia dan seorang sukarelawan dalam perjalanan kembali dari menempatkan tangki oksigen jauh ke dalam goa. Dia jatuh pingsan dan rekannya berupaya menyadarkan dirinya, tetapi sia-sia.
Dalam klip video, Samarn tampak tertarik membantu unit SEAL Angkatan Laut Thailand untuk menemukan 12 anak anggota tim sepak bola dan pelatihnya tersebut. ”Kami mendukung tim katak, kami memiliki tim medis, dan penyelam dari Angkatan Laut bersama kami,” ujar Samarn mengacu pada penyelam militer Thailand.
Beri penghargaan
Unit SEAL Angkatan Laut Thailand pun memberikan penghargaan kepada Samarn. ”Dia adalah seorang atlet. Dia mencintai olahraga petualangan, tidak peduli aktivitas tim katak, Samarn pasti ikut ambil bagian sampai akhir hidupnya,” demikian pernyataan unit SEAL Angkatan Laut Thailand.
Seorang juru bicara Angkatan Laut, Laksamana Muda Chetta Jaipiem, mengatakan, Angkatan Laut akan memberikan gelar kenaikan pangkat anumerta bagi Samarn yang merupakan perwira pertama ketika dia meninggalkan unit SEAL Angkatan Laut Thailand.
Samarn meninggalkan unit tersebut pada tahun 2006 untuk bekerja di Bandara Suvarnabhumi, Bangkok, sebagai petugas penyelamat darurat. Di akun Instagram-nya, Samarn tampak rajin berolahraga dan mengunggah beberapa foto dirinya sedang bersepeda gunung.
Dalam sebuah unggahan pada Rabu (4/7/2018), Samarn mengunggah foto dirinya dalam aksi dengan tim penyelamat, baik di luar maupun di dalam Goa Tham Luang.
Di akun Instagram-nya, Samarn tampak rajin berolahraga dan mengunggah beberapa foto dirinya sedang bersepeda gunung.
Wakil Gubernur Chiang Rai Passakorn Boonyaluck menyampaikan ”berita sedih” tentang kematian Samarn tersebut kepada wartawan yang berkumpul di pintu masuk kompleks goa. Namun, Komandan SEAL Angkatan Laut Thailand Apakorn Yookongkaew bertekad akan melanjutkan upaya penyelamatan. ”Kami kehilangan satu orang, tetapi kami masih memiliki keyakinan untuk melaksanakan pekerjaan kami,” ujarnya.
Sangat terbatas
Kematian Samarn membuat para pejabat Thailand menyadari bahwa kesempatan untuk membebaskan ke-12 anak-anak dan pelatih sepak bola mereka itu sangat ”terbatas”. Kematian Samarn menimbulkan keraguan serius atas keamanan upaya untuk membawa 12 anak laki-laki dan pelatihnya keluar melalui lorong-lorong sempit yang tergenang air di Goa Tham Luang.
Namun, Apakorn Yookongkaew menyatakan, tim penyelamat mungkin tidak punya banyak pilihan selain mencoba melakukan evakuasi yang rumit untuk membawa keluar anak-anak itu. Akhirnya keluar pernyataan resmi pertama bahwa mereka tidak dapat menunggu musim hujan reda hingga empat bulan mendatang.
”Pada awalnya, kami pikir anak-anak bisa tinggal untuk waktu yang lama, tetapi sekarang banyak hal telah berubah. Kami memiliki waktu yang terbatas,” kata Apakorn Yookongkaew kepada wartawan.
Apakorn Yookongkaew menuturkan, tingkat oksigen di tempat anak-anak itu telah menurun sehingga tim harus berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan mereka. Namun, ia mengatakan, ada seorang dokter bersama tim yang memonitor kesehatan mereka.
Ditanya wartawan bagaimana anak-anak itu bisa selamat dengan aman jika penyelam yang berpengalaman seperti Samarn ternyata tidak selamat, Apakorn Yookongkaew menyebutkan, mereka akan lebih berhati-hati dengan anak-anak tersebut.
Tingkat oksigen di tempat anak-anak itu telah menurun sehingga tim harus berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan mereka.
Bahkan, bagi pakar penyelam, perjalanan pergi pulang atau masuk keluar goa selama 11 jam merupakan upaya yang melelahkan. ”Upaya menyelam ini sangat berisiko. Pikirkanlah, SEAL Angkatan Laut baru saja meninggal, jadi bagaimana dengan bocah 12 tahun,” kata Rafael Aroush, sukarelawan Israel yang membantu upaya penyelamatan.
Para pejabat Thailand berjanji untuk menyelidiki penyebab kematian Samarn dan telah mengirim jenazah Samarn ke rumah sakit untuk dilakukan otopsi. Kecelakaan itu merupakan kemunduran besar pertama bagi upaya penyelamatan besar-besaran yang dimulai hampir dua minggu lalu setelah tim ”Wild Boars” tersebut terjebak di dalam goa seusai latihan sepak bola.
Pesan dukungan untuk ”Wild Boars” berdatangan dari seluruh dunia, termasuk dari bintang sepak bola di Rusia yang menyemarakkan Piala Dunia. Bahkan, FIFA telah mengirim surat kepada Presiden Asosiasi Sepak Bola Thailand untuk menyampaikan simpati dan dukungan kepada keluarga pemain bola muda serta pelatih yang masih terperangkap di dalam goa.
Surat yang ditandatangani Presiden FIFA Gianni Infantino itu menyatakan bahwa FIFA mengundang 12 pemain bola muda Thailand bersama pelatih mereka itu untuk turut menghadiri pertandingan final Piala Dunia di Rusia, tentunya jika mereka berhasil diselamatkan dan cukup sehat terbang ke Rusia. (AFP/AP/REUTERS)