Kemiskinan membuat masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan gizinya secara seimbang. Kekurangan gizi kronis pada bayi sejak di dalam kandungan hingga lahir menyebabkan stunting.
LOMBOK TENGAH, KOMPAS — Kemiskinan ditengarai menjadi salah satu penyebab stunting yang dominan. Keterbatasan ekonomi membuat masyarakat tak sanggup memenuhi kebutuhan gizinya yang seimbang. Kerja keras untuk memperoleh penghasilan yang layak pun berujung pada pola asuh yang salah yang bisa berkontribusi pada stunting.
Di Desa Dakung, Kecamatan Praya Tengah, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, misalnya, dari 132 anak baduta (bawah dua tahun), sebanyak 15 anak stunting dan 4 anak berisiko stunting. Menurut Kepala Desa Dakung Mastur Masyur, Jumat (6/7/2018), penyebabnya adalah asupan gizi yang buruk sejak di dalam kandungan dan terbatasnya sumber air bersih. Hal itu semua berawal dari kondisi ekonomi keluarga yang miskin.
Dari 132 anak baduta (bawah dua tahun) di Desa Dakung, sebanyak 15 anak stunting dan 4 anak berisiko stunting.
”Stunting terjadi karena faktor ekonomi. Dari 1.428.000 keluarga di Desa Dakung, sebanyak 735 keluarga termasuk keluarga miskin. Sebagian besar warga bekerja sebagai buruh tani,” ujar Mastur.
Pola pertanian yang ada di Desa Dakung adalah padi-padi-palawija. Terkadang ada juga yang menanam tembakau. Sayangnya, areal pertanian yang seluas 42 hektar di Desa Dakung semuanya tadah hujan. Pada awal Juli ini tanah sawah di Desa Dakung kekeringan hingga retak-retak. Warga yang menanam tembakau terpaksa mencari air di tempat lain dan membawanya dengan mobil untuk menyiram tanamannya.
Karena miskin, orangtua tidak bisa mencukupi kebutuhan gizi bayinya dengan baik. Bahkan, kebutuhan gizi saat si ibu hamil juga tidak terpenuhi. Akibatnya, pertumbuhan dan perkembangan janin hingga bayi terganggu.
Lingkaran kemiskinan
Kekurangan gizi kronis pada bayi sejak di dalam kandungan hingga lahir itulah yang menyebabkan stunting. Selain memengaruhi tinggi badan, yang patut dipahami adalah stunting juga membuat pertumbuhan otak terganggu. Ini menyebabkan defisit kognitif. Ketika bayi itu dewasa, kondisi tersebut akan memengaruhi produktivitasnya. Kondisi ini yang nantinya membuatnya tidak bisa bersaing sehingga tidak bisa keluar dari kemiskinan.
Kekurangan gizi kronis pada bayi sejak di dalam kandungan hingga lahir itulah yang menyebabkan stunting.
Salah seorang kader pembangunan manusia di Desa Dakung, Nuriman (47), menuturkan, karena miskin, pada umumnya masyarakat tidak bisa membeli bahan makanan yang bergizi. ”Kalau makan dengan sayur, ya, sayur saja, tidak ada lauk yang lain. Kebutuhan gizi seimbangnya tidak terpenuhi,” ujarnya.
Karena harus bekerja keras di lahan tadah hujannya, umumnya orangtua meninggalkan anaknya di rumah dengan nenek atau kakeknya. Karena nenek atau kakeknya juga banyak pekerjaan, akhirnya sering kali anak terabaikan. Pola asuh seperti ini turut memengaruhi stunting terjadi.
Selain miskin, tingkat pendidikan mayoritas warga juga terbatas. Kebanyakan warga hanya lulus sekolah dasar (SD). Untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik, sebagian warga menjadi buruh migran di luar negeri.
Sebagai kader, Nuriman mengusulkan kepada Kepala Desa Dakung untuk memberikan makanan tambahan bagi siswa di pendidikan anak usia dini (PAUD) dan anak yang datang ke posyandu. Makanan dibuat dari bahan-bahan lokal serta disajikan menarik dan bervariasi sehingga tidak memerlukan biaya mahal. ”Di sini, kan, ada banyak pisang, labu, yang bisa diolah” ujarnya.
Namun, usulan pemberian makanan tambahan belum akan direalisasikan tahun ini. Kemungkinan usulan ini baru akan diwujudkan setelah pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Perubahan.
Kunci
Menurut Mastur, kunci mencegah stunting di desanya adalah memenuhi kebutuhan air bersih, baik untuk keperluan sehari-hari maupun kebutuhan pertanian. Dengan air bersih yang cukup, warga, termasuk anak-anak, akan terhindar dari penyakit infeksi, sementara air yang cukup untuk pertanian akan membuat mayoritas warga Dakung yang merupakan petani bisa menggarap lahannya sepanjang tahun. Dengan begitu, mereka memperoleh pendapatan dari lahan pertaniannya.
Senior Social Development Specialist Bankd Dunia, Samuel Clark, mengatakan, yang perlu dilakukan untuk mencegah stunting adalah memberdayakan masyarakat di tingkat desa sehingga mereka paham dan sadar akan pentingnya kecukupan gizi untuk bayinya. Di samping itu, masyarakat juga perlu dibantu untuk mengakses semua layanan publik.
Hal yang perlu dilakukan untuk mencegah stunting adalah memberdayakan masyarakat di tingkat desa sehingga mereka paham dan sadar akan pentingnya kecukupan gizi untuk bayinya.
Pada saat yang sama, di tingkat yang lebih tinggi, baik tingkat kabupaten/ kota, provinsi, ataupun nasional, pemerintah diharapkan untuk menyinergikan semua program sehingga bisa diakses dan dirasakan masyarakat.