Kazan Arena, Kazan, Rusia, bak stadion angker bagi tim-tim raksasa pada Piala Dunia 2018. Stadion itu menjadi kuburan untuk tim-tim juara Piala Dunia: Jerman, Argentina, dan terakhir Brasil pada Sabtu (7/7/2018) dini hari WIB. Algojo sang ”pembunuh” raksasa kali ini adalah Kevin de Bruyne (27).
Gelandang andalan Belgia itu mencetak gol kedua pada menit ke-31 lewat sebuah tendangan jarak jauh. Bek sayap Brasil, Marcelo, yang berada di depan De Bruyne gagal menutup ruang tembaknya sehingga gelandang Manchester City itu leluasa menyarangkan bola ke gawang kiper Alisson Becker.
Jebolnya gawang untuk kedua kalinya itu meruntuhkan moral Brasil. Sebelumnya, pada menit ke-13, Belgia telah unggul lewat gol bunuh diri gelandang Fernandinho. Brasil kemudian hanya bisa membalas satu gol lewat sundulan gelandang Renato Augusto pada menit ke-76 hingga wasit meniup peluit akhir.
Dengan bekal kemenangan atas tim favorit juara tersebut, logis jika De Bruyne mencuatkan asa untuk mewujudkan mimpi generasi emas tim berjuluk ”Setan Merah” itu untuk memeluk trofi Piala Dunia pada 15 Juli nanti. De Bruyne jelas adalah salah satu kilau dari generasi emas tersebut.
Pencapaian terbaik Belgia di turnamen sepak bola terbesar sejagat itu ialah juara keempat pada tahun 1986. Belgia kini menapak lebih dekat menuju final di jalan yang dirintis De Bruyne. Pemain yang terkenal dengan umpan-umpan akurat dan kreativitas tinggi itu memikul harapan untuk merealisasikan tradisi munculnya juara anyar setiap 20 tahun sejak Piala Dunia 1958.
De Bruyne memiliki modal untuk melanjutkan siklus tersebut dengan kemampuan membaca jalannya laga yang mumpuni. Pemain yang sudah menjalani 65 pertandingan internasional dengan 14 gol itu juga pakar dalam menyesuaikan diri terhadap tempo permainan yang berganti-ganti.
Dengan kemahirannya, tak mengherankan pula jika De Bruyne terpilih menjadi pemain terbaik pada laga melawan Brasil. De Bruyne mengubah taktik untuk membingungkan lawan. ”Pada babak pertama, kami bermain sangat baik dengan menciptakan banyak peluang,” ucapnya.
Brasil yang melakukan strategi serupa pada babak kedua nyaris mengungguli Belgia, tapi tim ”Samba” bukan tandingan bagi lawannya. ”Ujian sebenarnya berlangsung 15 menit sebelum laga berakhir. Kami berhasil melewati ujian itu untuk memenangi pertandingan,” lanjutnya.
Belgia akan menghadapi Perancis pada semifinal di Stadion Saint Petersburg, Saint Petersburg, pada 11 Juli dini hari WIB. ”Jika sudah mencapai semifinal, lawan yang dihadapi pasti bukan tim lemah. Kami adalah lawan imbang yang akan melakukan apa pun untuk menang,” ujarnya. (AFP/FIFA.COM)