Ketika berkunjung ke Kota Roma, Italia, banyak orang langsung tertuju kepada satu tujuan khasnya, yaitu Vatikan yang menjadi tempat tinggal Paus, pemimpin tertinggi umat Katolik dengan ribuan situs bersejarah dan tempat ibadah Gereja Katolik di dalamnya. Namun, selain Vatikan, di Kota Roma juga terdapat satu tempat ibadah unik yang bisa dikunjungi, yaitu Masjid Agung Roma yang juga merupakan masjid terbesar di Eropa.
Masjid Agung Roma menjadi sangat unik karena masjid berdaya tampung 12.000 hingga 30.000an jemaah ini didirikan di Kota Roma, tempat di mana pusat agama Katolik berada. Hanya butuh waktu sekitar 40 menit untuk menuju ke masjid ini dari Vatikan.
Masjid ini berada di luar pusat keramaian Kota Roma. Begitu sampai di pelatarannya, suasana tenang menyelimuti rumah ibadah ini.
Dari sisi luar, Masjid Agung Roma tampak megah dengan kubah besar di bagian kiri dan bangunan pendukung di sisi kanannya. Kedua gedung itu dihubungkan dua selasar dengan tiang-tiang berbentuk seperti tangan sebagai penyangga.
Ide pendirian Masjid Agung Roma berawal dari enam orang muslim yang tinggal di Roma sekitar tahun 1966. “Pada awalnya, mereka beribadah di sebuah apartemen kecil. Tapi karena kurang nyaman untuk berdoa, mereka kemudian bertanya kepada Pemerintah Kota Roma apakah diperbolehkan mendirikan sebuah masjid,” papar Abdellah Redouane, Pemimpin Masjid Agung Roma sekaligus Direktur Pusat Kebudayaan Islam Italia, Selasa (3/7/2018) di Roma, Italia.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Pemerintah Kota Roma akhirnya pada 1974 menghibahkan tanah seluas 30.000 meter persegi di Parioli, bagian utara Kota Roma untuk bagi umat muslim di Roma untuk mendirikan masjid. Namun, karena membutuhkan biaya besar, maka peletakan batu pertama proyek pembangunan konstruksi masjid baru bisa dimulai sekitar tahun 1984.
Indonesia Turut Menyumbang
Proses pembangunan masjid ini membutuhkan waktu sekitar 10 tahun. Sebanyak 23 negara Islam turut menyumbangkan dana untuk merealisasikan pembangunan Masjid Agung Roma. Dari 23 negara tersebut, dalam prasasti yang terpasang di bagian depan masjid tertulis, Indonesia adalah negara kesembilan yang turut menyokong pembangunan Masjid Agung Roma.
Selain negara-negara Islam, menurut Abdellah ada pula orang-orang Kristiani yang turut menyumbangkan dana bagi pembangunan masjid ini. Setelah melalui proses yang lama, pada tanggal 21 Juni 1995, Masjid Agung Roma akhirnya diresmikan.
Satu hal lagi yang menarik adalah, Masjid Agung Roma didesain oleh seorang arsitek Italia Bergama Kristiani bernama Paolo Portoghesi. Masjid ini mengambil inspirasi dari Masjid Biru di Istanbul, Turki terutama pada bagian kubahnya.
Adapun, dekorasi di dalam Masjid Agung Roma didesain oleh para seniman Maroko. Ada empat dekorasi yang khas, yaitu mozaik, ukiran batu kapur, kayu, dan lampu-lampu berbingkai bulat yang menerangi bagian dalam masjid.
Seluruh pilar masjid ini berbentuk seperti tangan yang dalam posisi berdoa. Ventilasi yang banyak di sekeliling kubah menjadikan masjid ini sejuk dan terang.
Berbeda dengan masjid-masjid di Indonesia yang memisahkan tempat ibadah jamaah laki-laki dan perempuan, di Masjid Agung Roma baik laki-laki maupun perempuan bisa sholat di lantai yang sama, wanita di sisi kanan dan laki-laki di sisi kiri tanpa pemisah kain atau sekat.
“Setiap hari Rabu dan Sabtu, kami membuka masjid ini untuk para pengunjung dari agama manapun. Khusus hari Jumat kami memanfaatkannya untuk sholat Jumat,” papar Abdellah.
Di Italia, relasi hubungan antar umat beragama mulai diperkenalkan sejak Sekolah Dasar dan masuk dalam kurikulum pendidikan. Karena itulah, setiap hari, pihak pengelola Masjid Agung Roma selalu mempersilahkan kepada sekolah-sekolah di Roma yang hendak berkunjung.
Pada Selasa (3/7/2018) kemarin, sebanyak 47 peserta “Dialog Antar Agama Masyarakat Indonesia di Eropa” yang sebagian besar merupakan masyarakat diaspora Indonesia di 23 negara Eropa berkesempatan berkunjung ke masjid ini. Duta Besar Republik Indonesia untuk Takhta Suci Vatikan, Agus Sriyono turut mengantar para peserta berkunjung ke Masjid Agung Roma.
Sebelumnya, para peserta juga diajak berkeliling ke Basilika Santo Petrus di Vatikan. Pastor Markus Solo SVD yang berkarya di Dewan Kepausan Roma mengajak seluruh peserta berkeliling ke Basilika sambil menceritakan seputar sejarah gereja terbesar umat Katolik tersebut.
Menurut Wakil Presiden Komunitas Agama Islam Italia, Imam Yahya Sergio Yahe Pallavicini, penduduk muslim di seluruh Italia kurang lebih mencapai 2 juta jiwa. Artinya, jumlah umat muslim di Italia hanya sekitar 3,33 persen dari total penduduk Italia yang mencapai 60 juta jiwa. Meski tergolong minoritas, pemerintah setempat tetap mengakui eksistensi umat muslim, bahkan memberikan tanah khusus untuk pendirian Masjid Agung Roma.