NIZHNY NOVGOROD, JUMAT – Perancis melaju ke semifinal Piala Dunia 2018 dengan kemenangan 2-0 atas Uruguay, Jumat (6/7/2018) malam WIB, di Stadion Nizhny Novgorod, Nizhny Novgorod, Rusia. Dendam akibat kekalahan 1-2 di Piala Dunia Inggris 1966 atau selama 52 tahun terbalas tuntas.
Gol kemenangan Perancis dicetak oleh bek Raphael Varane pada menit ke-41 dan gelandang serang Antoine Griezmann pada menit ke-61. Bagi Varane, itu gol ketiga dari 47 penampilannya bersama "Les Bleus. Adapun pundi-pundi gol Griezmann bagi timnas berlogo ayam jantan itu menjadi 23 gol dari 53 pertandingan.
Gol pertama tercipta dari situasi bola mati. Griezmann mengeksekusi tendangan bebas dari sektor kiri pertahanan Uruguay. Varane berlari menyambut dan menyundul bola yang kemudian mendarat dengan deras di tepi kanan gawang yang gagal dijangkau oleh kiper Fernando Muslera. Gol kedua lewat sepakan keras kaki kiri Griezmann. Bola sempat ditahan oleh tangan Muslera tetapi memantul ke atas lalu ke belakang dan malah meluncur ke gawang. Muslera kaget, lalu hanya bisa meratapi kegagalannya menahan tendangan indah Griezmann itu. Skor 2-0 bertahan sampai wasit Nestor Pitana asal Argentina meniup peluit penutup laga.
Kemenangan di hadapan 44.000 penonton yang memadati stadion itu mendekatkan ambisi Perancis untuk menyamai prestasi dua dekade silam, menjuarai Piala Dunia 1998 dengan status tuan rumah. Di semi final, Perancis akan menghadapi pemenang laga antara Brasil dan Belgia yang bertarung dini hari tadi di Kazan Arena, Kazan. Jika mampu lolos ke final, Perancis akan menghadapi Rusia, Kroasia, Swedia, atau Inggris.
Laga antara Perancis dan Uruguay merupakan pertarungan antarsobat di tingkat klub. Griezmann dan bek Lucas Hernandez terpaksa berduel dengan duet bek Diego Godin dan Jose Jimenez. Padahal, keempatnya bahu membahu di Atletico Madrid (Spanyol). Penyerang Luis Suarez menghadapi bek Perancis Samuel Umtiti meski mereka setim di Barcelona. Penyerang Perancis Ousmane Dembele juga merupakan pemain Barcelona yang di laga perempat final itu tak diturunkan.
Melawan Uruguay, pelatih "Les Bleus" Didier Deschamps yang turut memenangi Piala Dunia 1998 hanya membuat satu perubahan. Sayap serang Blaise Matuidi yang absen karena akumulasi kartu kuning digantikan oleh Corentin Tolisso. Formasi yang dipakai 4-2-3-1 merupakan model yang dipertahankan dalam tiga laga terakhir dengan kemenangan 1-0 atas Peru dan seri 0-0 atas Denmark di penyisihan Grup C. Formasi serupa juga dipakai saat menang 4-3 atas Argentina di perdelapan final.
Adapun Uruguay tampil tanpa penyerang Edinson Cavani yang cedera otot betis seusai mengantar La Celeste menang 2-1 atas Portugal di perdelapan final. Tanpa Cavani, Suarez kehilangan ‘teman sehati’ di lini depan. Di Rusia, keduanya menyumbang 5 gol dari 7 gol Uruguay di lima laga sampai perempat final. Cavani digantikan olehCristhian Stuani yang pada laga itu kembali gagal mengeluarkan kemampuan terbaiknya.
Pelatih timnas Uruguay Oscar Tabarez kembali memainkan formasi kesukaannya 4-4-2. Model itu mengantar Uruguay memukul Mesir 1-0, Arab Saudi 1-0, dan tuan rumah Rusia 3-0 di penyisihan grup. Di perdelapan final, mereka mengalahkan Portugal, juara Piala Eropa Perancis 2016.
Namun, absennya Cavani amat memengaruhi penampilan Uruguay. Lini depan La Celeste kehilangan aura pembunuh. Kekalahan dari Perancis hanya setingkat lebih baik dari Piala Dunia Brasil 2014 dengan terhenti di perdelapan final. Di Piala Dunia Afrika Selatan 2010, Uruguay menembus semifinal dan berakhir sebagai urutan keempat. Capaian di tiga turnamen terakbar itu tak layak dibandingkan dengan kejayaan mereka sebagai juara Piala Dunia 1930 sebagai tuan rumah dan Piala Dunia Brasil 1950.
Tabarez yang memimpin Uruguay sejak 2006 sebenarnya amat diharapkan untuk meningkatkan performa timnas. Peningkatan terjadi ketika mereka menjuarai Copa America 2011. Sayangnya, di level yang lebih tinggi, Uruguay senasib dengan tetangganya di Amerika Latin yang gagal bersaing dengan tim-tim Eropa.
Terakhir kali tim Amerika Latin mengangkat trofi ialah Brasil pada Piala Dunia Korea Selatan-Jepang 2002 setelah mengalahkan Jerman. Kemudian tim-tim Eropa yang berjaya. Empat tahun kemudian menjadi kejayaan Italia yang mengalahkan Perancis. Empat tahun lalu menjadi kemenangan Jerman atas Argentina.
Kini, skuad Perancis perlu membangkitkan memori indah mereka di final 1998. Dua dekade lalu itu, Perancis secara mengejutkan menang 3-0 atas Brasil yang menjadi kandidat terkuat mempertahankan trofi turnamen dengan keberadaan Rivaldo dan Ronaldo ketika itu. Namun, permainan kolektif yang dibangun antara lain oleh Deschamps, Zinedine Zidane, dan Emmanuel Petit, mampu meredam permainan menawan para pemain Brasil waktu itu. (AFP/REUTERS/BRO)