TANGERANG, KOMPAS — Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian mengatakan, bom yang meledak di rumah kontrakan di Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (5/7/2018), disiapkan diledakkan saat pilkada serentak, tetapi urung dilakukan.
”Kami masih dalami kasus ini, sekaligus mengejar jaringannya,” kata Tito seusai pembukaan Rapat Kerja Nasional Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) di Tangerang, Banten, Jumat (6/7/2018). Publik diimbau tetap tenang.
Dari sisi ledakan, bom terserbut tergolong jenis bom dengan daya ledak rendah. Namun, kewaspadaan tetap tinggi.
Seperti diberitakan, bom panci meledak di rumah yang dikontrak Abdullah (50) bersama istrinya, Dina (40), dan anak bungsu mereka, Umar, yang terluka terkena ledakan. Abdullah masih diburu, Dina diperiksa polisi, sedangkan Umar masih dirawat di rumah sakit.
Pengungkapan kasus itu terus berlanjut. ”Satu teman Abdullah sudah tertangkap. Saya tidak sebutkan dulu,” ujar Tito.
Terkait perburuan Abdullah, Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, bersama Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya meningkatkan pemeriksaan terhadap warga. Hal itu dilakukan untuk mempersempit ruang gerak buronan.
Jumat, Tim Respati Polrestabes Surabaya juga menyisir Stasiun Pasar Turi. Polisi bersenjata mengecek sejumlah ruang stasiun, antara lain ruang tunggu penumpang dan gerbong kereta. Barang-barang bawaan penumpang juga diperiksa satu per satu. Tas pun digeledah.
”Kami ingin mempersempit ruang gerak buronan,” ujar Kepala Polrestabes Surabaya Komisaris Besar Rudi Setiawan.
Jejak buronan
Kamis malam, jejak Abdullah terendus di sekitar Stasiun Bangil. Ia ditengarai menitipkan sepeda motor di tempat parkir stasiun. ”Tukang parkir meyakini itu Abdullah. Ia datang ke stasiun dengan berganti sepeda,” kata Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Inspektur Jenderal Machfud Arifin.
Adapun rumah kontrakan itu, menurut Machfud, bukanlah target peledakan. Yang terjadi adalah kesalahan manusia sehingga bom meledak tidak disengaja ketika masih dirakit di rumah. Ledakan pertama itu melukai Umar, anak Abdullah. Ledakan susulan terjadi ketika warga masuk ke rumah kontrakan itu.
Total terjadi empat ledakan bom rakitan. Yang terakhir diledakkan Abdullah saat melarikan diri, yang diarahkan kepada polisi. Namun, tidak ada yang terluka.
Di Surabaya, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, pihaknya akan meningkatkan operasi yustisi agar bisa memantau identitas warga yang tinggal di Surabaya. Langkah ini merupakan antisipasi agar buronan tak bisa bersembunyi di Surabaya, sekitar 40 kilometer dari lokasi ledakan yang bisa ditempuh satu jam berkendara.
”Jika ada warga yang mencurigakan, segera laporkan melalui aplikasi Sistem informasi Pantauan Penduduk. Nanti kepolisian yang akan memeriksa,” ucapnya.
Sehari setelah ledakan bom, lokasi peledakan masih diberi tanda batas polisi. Namun, tidak sedikit masyarakat yang berkerumun di sana.
Menurut warga, pasangan pengontrak itu tertutup. Namun, sering terdengar cekcok di antara pasangan itu, yang diiringi nada tinggi Abdullah. (LAS/DIA/SYA/EDN)