BANDUNG, KOMPAS Kondisi laut selatan Jawa Barat, sepekan ke depan, diperkirakan masih dilanda gelombang tinggi. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Bandung meminta masyarakat agar waspada, terutama menyangkut segala aktivitas di kawasan pantai atau pelayaran.
”Tujuh hari ke depan, tinggi gelombang laut maksimum di laut selatan Jawa Barat antara 2,5 meter dan 3,5 meter. Sebaiknya aktivitas di pantai dan laut ikut petunjuk dan arahan pemerintah, pengelola pantai, atau syahbandar,” kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kelas 1 Bandung Tony Agus Wijaya, Sabtu (7/7/2018), di Bandung.
Kondisi ini dipengaruhi badai Maria di utara Filipina yang berdampak pada pola atau kondisi angin yang melewati Jawa Barat relatif kencang dengan kecepatan 36-45 km per jam.
Di utara, akibat cuaca buruk, Jumat (6/7), kapal penarik (tugboat) UJ 007 dan tongkang Yamani II yang bertolak dari Pelabuhan Bojonegara, Serang (Banten), menuju Pelabuhan Batang (Jawa Tengah) hilang kontak di kawasan perairan Balongan, Indramayu. Kapal sembilan awak tersebut bertolak dari Bojonegara pada 30 Juni 2018.
”Pencarian dilakukan dan kami terus berkoordinasi untuk berkomunikasi dengan tugboat ini. Ternyata kapal aman dan semua awak selamat, posisinya di perairan Tanjung, Karawang. Kapal cari tempat berlindung,” kata koordinator Humas Badan SAR Jabar, Joshua Banjarnahor.
Kemarau dan es
Terkait dengan kondisi musim, Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Herizal mengatakan, pada musim kemarau juga mungkin terjadi fenomena unik, seperti embun es. Itu terjadi karena pada musim kemarau, terutama di daerah pegunungan, titik beku permukaan bisa lebih cepat.
Embun di rumput dan daun secara cepat berubah menjadi es. Itu di antaranya terjadi di Dataran Tinggi Dieng. Namun, tidak tertutup kemungkinan terjadi di daerah-daerah lain.
Saat ini, sekitar 70 persen wilayah Indonesia, seperti Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa, dan Bali, sudah memasuki musim kemarau. Melihat kondisi itu, semua petani, terutama yang bertani di lahan non-irigasi, diharapkan tak lagi menanam padi.
”Kami merekomendasikan petani menanam tanaman yang cenderung membutuhkan sedikit air saja dan menunda menanam padi hingga Oktober,” ujarnya.
Di Jawa Tengah, cuaca paling kering terjadi di wilayah pantai utara Jawa dan Jateng bagian timur. Sujadi, Kepala Desa Pakunden, Ngluwar, Magelang, mengatakan, dari sekitar 100 hektar sawah warga, lebih dari 20 hektar mengalami kekeringan dan gagal panen padi. (SEM/TAM/EGI)