TOKYO, SABTU Mengantisipasi jatuhnya lebih banyak korban, Pemerintah Jepang meminta sedikitnya 1,9 juta penduduk di sejumlah wilayah di Jepang untuk mengungsi. Namun, kantor berita Jepang, NHK, mengatakan, jumlah warga yang akan dievakuasi 3,2 juta orang.
Sebagaimana diberitakan, sejumlah wilayah di Jepang, seperti Hiroshima, Ehime, Okayama, dan Kyoto, dilanda bencana tanah longsor serta banjir bandang akibat hujan lebat sejak 3 Juli lalu.
Akibat bencana itu, hingga Sabtu (7/7/2018), tercatat 49 orang tewas dan 48 orang lainnya hilang. ”Jumlah korban pasti bertambah karena belum semua informasi dari daerah-daerah terkumpul,” kata Yoshinobu Katsuura dari Badan Pengelolaan Bencana Prefektur Ehime.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe meminta jajarannya mengerahkan segala daya dan upaya untuk menyelamatkan korban karena bencana yang terjadi ini sangat serius.
Badan Meteorologi Jepang mengimbau warga untuk mewaspadai hujan lebat, ancaman tanah longsor, kenaikan permukaan air sungai, dan angin kencang yang masih akan terjadi beberapa hari ke depan.
Di Motoyama, kota di Pulau Shikoku, dilaporkan intensitas hujan 583 milimeter antara Jumat dan Sabtu pagi. Masih ada kemungkinan risiko hujan lebat karena ada arus udara hangat.
Sistem peringatan bencana juga sudah dinaikkan sampai level tertinggi, khusus untuk sejumlah daerah yang dikhawatirkan akan dilanda hujan dengan intensitas tinggi. Namun, saat bersamaan, peringatan bencana untuk sebagian besar daerah di Jepang barat sudah dicabut, seperti di Fukuoka, Nagasaki, Saga, Tottori, Hiroshima, Okayama, dan Hyogo.
”Hujan lebat masih akan turun sampai Minggu di wilayah Jepang timur dan barat,” kata salah seorang pejabat Badan Meteorologi Jepang, Minako Sakurai.
Peringatan khusus diberikan hanya ketika akan terjadi situasi ekstrem akibat bencana besar yang hanya terjadi sekali atau dua kali dalam 50 tahun. Peringatan khusus itu mengimbau masyarakat supaya tetap siaga dan segera mengungsi jika perlu. Meski peringatan khusus itu sudah dikeluarkan, masih banyak warga— termasuk di wilayah pegunungan—tetap bertahan dalam rumah. Akibatnya, banyak korban tewas karena tanah longsor.
Salah satu korban tewas adalah seorang kakek di Takashima. Ia tewas karena terbawa arus kanal ketika sedang membersihkan lumpur di dalam rumahnya. Selain itu, empat warga di Prefektur Hiroshima, Ehime, dan Yamaguchi dalam kondisi kritis karena tanah longsor.
Dari video yang beredar di stasiun-stasiun televisi, terlihat arus banjir yang kuat menerjang mobil, rumah, dan bangunan. Warga terlihat menyelamatkan diri dengan naik ke atap untuk menghindari terjangan air sungai dan lumpur pekat. Tim penyelamat mencari korban dengan menggali lumpur tebal di rumah-rumah yang hancur akibat tanah longsor.
Kekuatan penuh
Di Okayama, tim penyelamat menyisir atap rumah dan mengangkut korban yang ada di atap dengan helikopter. Korban yang terjebak di atap mengirim pesan meminta bantuan melalui media sosial, seperti Twitter. ”Air sudah tinggi, naik sampai ke lantai dua. Anak-anak tidak bisa naik ke atap. Tolong bantu kami segera,” kata warga Kurashiki, Okayama.
Badan Pengelolaan Bencana dan Kebakaran Jepang menyebutkan, selain 1,6 juta warga yang sudah pindah ke lokasi lebih aman, masih ada sekitar 3,1 juta warga yang akan dievakuasi.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga mengatakan, sedikitnya 48.000 polisi, anggota pemadam kebakaran, dan anggota Pasukan Bela Diri Jepang segera turun membantu tim penyelamatan.
Menteri Pertahanan Jepang Itsunori Onodera menambahkan, akan ada tambahan 21.000 tentara. ”Saya sudah meminta mereka menjalankan operasi penyelamatan dengan memakai seluruh kekuatan darat, laut, dan udara,” ujarnya.
Bencana alam ini tidak hanya menerjang rumah warga, tetapi juga menghentikan produksi sejumlah industri, seperti pabrik mobil. Seluruh produksi di pabrik mobil dihentikan karena hujan lebat dan banjir menghambat rantai distribusi suplai. Keselamatan pekerja juga terancam.
Kantor berita Kyodo menyebutkan, salah satu produsen mobil di Jepang, Mitsubishi Motors Corp, menghentikan salah satu pabrik karena tidak mendapatkan pasokan suku cadang. Selain itu, Mazda Motor Corp juga melakukan hal yang sama di dua pabriknya agar pekerja tidak perlu masuk kerja di tengah cuaca buruk.