SOCHI, MINGGU – Kroasia, yang dijuluki “Lidah Api”, menghanguskan impian tuan rumah Rusia dengan kemenangan lewat adu penalti 4-3 (2-2) pada perempat final Piala Dunia 2018 di Stadion Fisht, Sochi, Rusia, Minggu (8/7/2018) dini hari WIB. Kroasia akan menghadapi Inggris di semifinal.
Sabung tendangan 12 pas ditempuh karena Kroasia dan “Sbornaya”, julukan Rusia, bermain imbang 2-2 sampai babak perpanjangan waktu 2 x 15 menit terlewati. Di laga itu, tuan rumah unggul terlebih dahulu lewat gol tendangan keras gelandang Denis Cheryshev pada menit ke-31. Namun, delapan menit kemudian, Kroasia menyamakan skor lewat sundulan Andrej Kramaric.
Skor 1-1 bertahan sampai laga usai dalam waktu normal 2 x 45 menit sehingga harus dilanjutkan dengan babak perpanjangan waktu. Pada menit ke-101, bek Domagoj Vida membuat Kroasia unggul. Namun, sundulan Mario Fernandes pada menit ke-115 membuat skor kembali imbang menjadi 2-2.
Hasil laga terpaksa ditentukan lewat adu penalti yang berakhir 4-3 untuk kemenangan Kroasia. Kegagalan Rusia akibat eksekusi Fedor Smolov diblok kiper Danijel Subasic dan tendangan Fernandes menyamping ke sisi kanan gawang Kroasia. Sementara, Kroasia hanya mengalami satu kegagalan ketika eksekusi Mateo Kovacic diblok kiper Igor Akinfeev.
Apresiasi patut diberikan kepada Subasic yang mampu memblok tendangan Smolov. Di perdelapan final, Subasic juga berjasa membantu Kroasia lolos setelah mengalahkan Denmark dalam drama adu penalti. Ketika itu, Subasic memblok tiga tendangan penalti pemain Denmark. Dengan demikian, total sudah empat tendangan penalti digagalkan oleh Subasic di dua drama tos-tosan.
Atas kemenangan itu, Kroasia mengulang capaian Piala Dunia Perancis 1998. Dua dekade silam, sebagai debutan negara yang merdeka setelah berpisah dari Yugoslavia, Kroasia kalah dalam perebutan tempat ketiga.
Dalam laga itu, Pelatih Rusia Stanislav Cherchesov dan Pelatih Kroasia Zlatko Dalic benar-benar bermain terbuka dan memasang formasi yang sama, yakni 4-2-3-1. Ujung tombak Artem Dzyuba adu ketajaman dengan Mario Mandzukic, yang ternyata di sepanjang laga tumpul alias tak membuahkan gol.
Sepanjang laga, Rusia dan Kroasia pun saling serang. Pertarungan di lini tengah juga seru melibatkan adu kreativitas gelandang muda Rusia Aleksandr Golovin melawan kapten Kroasia Luka Modric. Namun, secara umum, Kroasia lebih agresif dengan banyak menyerang dan menggedor benteng Rusia yang cukup kukuh dalam koordinasi bek tengah senior Sergei Ignashevich.
Terhenti di perempat final sebenarnya merupakan kemajuan bagi Rusia. Sejak edisi 1994 Amerika Serikat, Rusia selalu gugur di fase grup. Sebagai tuan rumah, mereka perkasa dengan menghajar Arab Saudi 5-0 dan Mesir 3-1, meski kemudian kalah 0-3 dari Uruguay di fase Grup A. Di perdelapan final, Rusia menyingkirkan Spanyol lewat drama adu penalti.
Pencapaian hingga perempat final itu sudah lebih baik daripada sebelumnya meski tak memenuhi target Cherchesov yang berambisi minimal melaju sampai semifinal. Namun, capaian itu setingkat di bawah prestasi yang ditorehkan era Uni Soviet, yakni sebagai urutan keempat di Piala Dunia Inggris 1966.
Kroasia merupakan satu-satunya tim dalam sejarah Piala Dunia yang melaju ke semifinal setelah memenangi dua adu penalti. Di semifinal, Kroasia akan menjajal Inggris, juara edisi 1966, yang sedang dalam kampanye memulangkan sepak bola (Piala Dunia) ke kampung halaman setelah 52 tahun tanpa prestasi.
“Drama lain bagi kami. Di babak pertama kami tak bermain seperti diharapkan tetapi bisa diperbaiki di babak kedua. Sayangnya, kami tidak dapat memenangi pertandingan ini dalam waktu normal,” kata Modric seusai laga dikutip dari laman FIFA.
Di babak tambahan waktu dan adu penalti, Kroasia menunjukkan karakter besar dan juga keberuntungan. Kroasia menikmati laga yang menegangkan sampai akhir. Kini, mereka menatap semifinal pada 12 Juli dini hari WIB di Stadion Luzhniki, Moskwa. “Kami punya cukup waktu untuk beristirahat dan persiapan. Kami ingin terus maju dan menulis sejarah baru,” ujar Modric.
Dalam jumpa pers seusia laga, Cherchesov mengatakan, timnya sudah berusaha keras untuk menang. Laga berjalan menarik meski Rusia tak lebih agresif dari tim tamu. Ia menyayangkan karena gagal memenuhi target mencapai semifinal. “Kroasia adalah tim yang kuat. Saya mohon maaf kepada para penggemar dan rakyat karena kami tak bisa melanjutkan langkah,” katanya.