Wimbledon 2018 mencatat rekor terburuk sejak era Terbuka dengan tersingkirnya para petenis unggulan pada babak-babak awal. Empat belas petenis, sembilan putri dan lima putra, tersingkir dini. Persaingan pun kian ketat.
Turnamen tenis Grand Slam Wimbledon 2018 baru melewati babak ketiga pada pekan pertama, namun dari 16 petenis putri yang melaju ke babak keempat, hanya tersisa satu petenis unggulan 10 besar. Di putra, tersisa lima petenis 10 besar pada grand slam di lapangan rumput itu.
Ini menjadi rekor terburuk, khususnya pada tunggal putri, sejak tenis era Terbuka pada 1968. Sebelum ini, setidaknya empat dari 10 unggulan teratas selalu tampil pada babak keempat. Total, 14 dari 32 unggulan teratas tunggal putri telah tersingkir dari babak pertama hingga ketiga.
Pada tunggal putra, ada 16 petenis unggulan yang telah mengakhiri perjalanannya di All England Club. Ini menjadi yang terburuk setelah 15 unggulan tersisa pada babak keempat di 2003. Wimbledon menetapkan 32 petenis unggulan, menggantikan 16 unggulan, sejak 2001.
Tahun ini, hanya unggulan ketujuh, Karolina Pliskova, yang tersisa pada babak keempat tunggal putri. Petenis Ceko ini akan berhadapan dengan Kiki Bertens, Senin (9/7/2018), untuk melaju ke perempat final. Adapun di bagian putra menyisakan Roger Federer (1), Rafael Nadal (2), Juan Martin Del Potro (5), Kevin Anderson (8), dan John Isner (9).
Petenis putri nomor satu dunia yang menjadi unggulan teratas, Simona Halep, menjadi unggulan terakhir yang tersingkir di Wimbledon. Dia ditaklukkan petenis Taiwan, Hsieh Su Wei, pada babak ketiga, Sabtu (8/7) 6-3, 4-6, 5-7. Beberapa jam sebelumnya, pada hari yang sama, unggulan keempat tunggal putra, Alexander Zverev, kalah dari Ernest Gulbis, 6-7 (2-7), 6-4, 7-5, 3-6, 0-6.
BBC mengurai, ada beberapa faktor yang membuat banyak unggulan tersingkir lebih awal, salah satunya “peringkat dunia palsu”. Musim ini, ada sejumlah mantan petenis 10 besar dunia yang turun peringkat setelah absen lama karena cedera. Mereka kembali bermain dan mengalahkan petenis unggulan, seperti mantan petenis nomor tiga dunia, Stan Wawrinka, yang kini peringkat 224, menang atas unggulan keenam, Grigor Dimitrov, pada babak pertama, 1-6, 7-6 (7-3), 7-6 (7-5), 6-4.
"Wawrinka memang pantas memenangi pertandingan itu. Tetapi, menghadapinya pada babak pertama seperti menelan pil pahit bagi saya," katanya.
Faktor lain yang menjadi penyebab kekalahan adalah kelelahan, seperti yang dialami Dominic Thiem. Unggulan ketujuh tunggal putra ini bahkan tak menyelesaikan babak pertama ketika berhadapan dengan Marcos Baghdatis.
Sebelum tampil di Wimbledon, finalis Perancis Terbuka itu tampil pada turnamen lapangan rumput di Halle, Jerman. "Itu kesalahan besar. Nadal mundur dari turnamen di Queen’s Club. Saya seharusnya melakukan hal yang sama. Ini menjadi pelajaran bagi saya,” ujar Thiem.
Nadal, juara Perancis Terbuka, untuk dua musim beruntun tak tampil pada turnamen pemanasan Wimbledon. Dia memilih beristirahat setelah mengikuti turnamen tanah liat dengan jadwal yang padat.
Namun, faktor terpenting dari tersingkirnya para unggulan, termasuk juara bertahan tunggal putri, Garbine Muguruza, adalah pola pikir. Tekad untuk mempertahankan gelar telah menjadi tekanan besar. Muguruza tersingkir pada babak kedua.
Petra Kvitova, unggulan kedelapan tunggal putri mengatakan, perasaan gugup telah merusak permainannya. "Pikiran saya tak jernih. Terlalu banyak yang saya pikirkan. Saya pikir, saya telah menjadi musuh untuk diri sendiri," ujar juara Wimbledon 2011 dan 2014 itu.
Serena Williams, yang melaju ke babak keempat, memiliki pendapat tentang kondisi ini. "Banyak petenis top kalah, tetapi mereka kalah dari pemain-pemain bagus. Bagi saya, ini menjadi pelajaran bahwa saya tak bisa meremehkan siapa pun," ujar unggulan ke-25 tersebut kepada The New York Times.
"Setiap petenis yang tampil melawan saya tampil dengan permainan terbaik. Saya pun harus lebih baik dari mereka," lanjutnya.