Dalam hitungan hari, perhelatan Asian Games 2018 Ke-18 digelar di Indonesia. Dalam hitungan hari pula pemerintah harus mencari solusi soal waktu tempuh kontingen dari wisma atlet ke arena pertandingan kurang dari 34 menit. Target ini bukan hal mudah untuk ukuran Jakarta.
Pada kurun 2006-2008, Jakarta bersama Beijing, Dhaka, Hanoi, dan New Delhi merupakan ibu kota negara dengan udara paling tercemar. Salah satu pemicu utama polusi udara berasal dari gas buang kendaraan bermotor.
Belajar dari Beijing yang pada 2008 menjadi tuan rumah Olimpiade, Jakarta coba menerapkan pembatasan kendaraan di jalan tol dan jalan arteri. Pembatasan dilakukan berdasarkan nomor terakhir dari pelat nomor, yaitu ganjil dan genap.
Harapannya lewat kebijakan ini target waktu tempuh yang ditetapkan Dewan Olimpiade Asia (OCA) dari wisma atlet di Kemayoran, Jakarta Pusat, ke arena pertandingan dapat terpenuhi. Tujuan lain adalah untuk meningkatkan kualitas udara Ibu Kota dari polusi sehingga berpengaruh positif pada kebugaran atlet.
Di Jakarta, ada delapan rute pembatasan kendaraan yang disusun Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek. Uji coba pembatasan dengan sistem nomor ganjil-genap ini dimulai April lalu dan terus bertahap hingga Juli ini.
Persiapan dua tahun di Beijing
Beijing, dengan udara kota yang sangat polutif, melaksanakan gerakan ”langit biru” dua tahun sebelum Olimpiade. Gerakan itu bertujuan mengurangi polusi udara sehingga memberikan kenyamanan bagi 10.500 atlet yang bertanding.
Dalam laman resmi Olimpiade Beijing disebutkan, gerakan dimulai dengan penggantian bahan bakar angkutan umum bus ke bahan bakar gas. Pemerintah setempat juga mengurangi emisi di lebih dari 60.000 cerobong asap pabrik pengolahan batubara.
Hasilnya, pada 2006 Beijing menikmati langit biru selama 241 hari. Satu tahun kemudian, Beijing menikmati langit biru 245 hari. Dengan industrialisasi di China yang pesat, dampak buruk bagi lingkungan muncul.
Pada 2006 tercatat 70 persen sungai dan saluran air serta udara tercemar. Kondisi itu menjadikan kota-kota besar di China tercemar berat dan salah satu yang terburuk di dunia.
Untuk mengurangi dampak buruk itu, China mencanangkan pengurangan kadar dua polutan utama, yakni sulfur dioksida untuk udara dan kandungan bahan kimia dalam air masing-masing 10 persen per tahun mulai 2006 hingga 2010.
Kebijakan pengelolaan lingkungan itu diikuti pula dengan penerapan kebijakan pengaturan lalu lintas ganjil-genap bagi ratusan ribu kendaraan yang setiap hari memadati jalanan utama kota Beijing. Aturan itu diterapkan selama tiga bulan dari sebelum Olimpiade hingga Olimpiade Para Games selesai.
Aturan itu dipilih untuk mengurangi kepadatan kendaraan hingga separuh serta mengurangi polusi udara. Panitia Olimpiade Beijing sangat serius menyiapkan Beijing sehingga dengan aturan itu, seluruh jalanan kota Beijing didedikasikan bagi perjalanan atlet.
Dengan penerapan itu, pemerintah kota Beijing mendorong warga untuk tidak hanya memahami, tetapi juga mengerti karena kota mereka akan kedatangan puluhan ribu tamu istimewa. Supaya warga bisa menerima aturan itu, pemerintah kota Beijing memberikan kompensasi bagi pemilik kendaraan untuk tidak membayar pajak jalan ataupun pajak kendaraan selama Olimpiade dan Olimpiade Para Games.
Kompensasi lain yang juga menjadi persiapan pemerintah Beijing ialah penambahan subway. Untuk memudahkan pergerakan tamu-tamu dan warga kota, pemerintah kota Beijing membangun empat jalur baru sehingga saat pembukaan Olimpiade Beijing punya delapan subway.
Langkah serupa dilakukan Korea Selatan saat menggelar Asian Games Incheon 2014. Pemerintah Korsel menambah satu subway menuju kompleks stadion yang menjadi arena pertandingan sejumlah cabang olahraga.
Kembali ke Asian Games di Jakarta-Palembang, pembatasan kendaraan dengan sistem ganjil-genap diharapkan berpengaruh positif seperti yang terjadi di Beijing. Dengan program itu, kepadatan kendaraan di Beijing berkurang, kualitas udara meningkat, dan atlet merasa lebih nyaman.
Bagaimana dengan Jakarta? Keberhasilan program serupa di kota yang berusia 491 tahun ini ditunggu banyak pihak. (AFP/REUTERS/XINHUA)