JAKARTA, KOMPAS — Raja catur buta, Grand Master Timur Gareyev, memberi pelajaran dan pengalaman penting bagi 15 pecatur remaja nasional dalam pertandingan simultan, Minggu (8/7/2018) di Kafe Hours, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Gareyev yang memainkan catur buta mengalahkan semua pecatur remaja itu.
Dari ke-15 pecatur remaja itu, dua pecatur juga bermain catur buta tetapi boleh memegang notasi langkah. Keduanya adalah Aditya Bagus Arfan dan Theodora Walukou. Aditya menempati posisi kelima pada Kejuaraan Catur Remaja Asia 2018 dan Theodora adalah juara dunia pelajar 2015.
Sementara ke-13 pecatur remaja lainnya adalah Cecilia Liu, Aulia Rahman, Clementia Adeline, Darrel Priyanto, Ancelo D Janzen, Jocelyn Lousia, Neyla Felicia, Morado Simanjuntak, Andreas Tio Parulian, Jefferson Wijaya, Gerv, Kevin, dan Darren.
Gareyev bermain catur menggunakan penutup mata sambil mengayuh sepeda statis. Gareyev memainkan buah catur putih agar dapat mengambil inisiatif permainan dan lawannya diberi waktu memikirkan langkah sambil Gareyev bermain melawan pecatur lainnya.
Untuk menghadapi setiap pecatur remaja, Gareyev mempunyai pembukaan dan strategi yang berbeda. Strategi berbeda justru memudahkan Gareyev untuk mengingat setiap langkah dan formasi catur yang digunakan untuk menghadapi setiap lawan.
Pecatur asal Amerika Serikat itu selalu berinisiatif merebut keunggulan dalam posisi dan beberapa kali mengorbankan keunggulan kualitas buah catur. Keunggulan posisi itu membuat Gareyev unggul juga secara tempo.
Hal itu memaksa lawan-lawannya hanya dapat menangkis serangan dan bermain bertahan. Kondisi itu memudahkan Gareyev mengalahkan lawan-lawannya.
”Saya senang datang dan bertanding di Indonesia. Minat dan antusiasme untuk bermain catur sangat besar. Para pecatur muda harus terus belajar agar kemampuan mereka terus meningkat dan dapat mewujudkan cita-cita menjadi seorang grand master,” kata Gereyev.
Gareyev mengatakan, ia berlatih keras sejak usia 16 tahun untuk mempunyai ingatan grafis yang baik agar dapat bermain catur buta melawan banyak orang. Gareyev mengaku dapat memilah ingatan atas permainan catur dari setiap lawan pada laga catur buta simultan.
”Pertandingan catur buta simultan dan dwi tarung Gareyev melawan GM Utut Adianto yang digelar sehari sebelumnya diselenggarakan demi menyemarakkan lagi permainan catur di Indonesia. Para pecatur remaja diberi kesempatan menjalani laga melawan pecatur papan atas internasional agar termotivasi untuk terus belajar dan meningkatkan kualitas permainan,” kata Eka Putra Wirya, penyelenggara lomba dan sekaligus Dewan Pembina Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi).
Menurut Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Percasi Kristianus Liem, Gareyev ditandingkan melawan para pecatur remaja yang berprestasi di tingkat nasional dan internasional. Hal itu memacu para pecatur muda lainnya agar semakin berprestasi agar memiliki kesempatan ditandingkan melawan grand master catur yang datang ke Indonesia.