Kamera Pengenal Wajah di Mana-Mana, Tak Ada Lagi Tempat Sembunyi
Oleh
Retno Bintarti
·3 menit baca
Keunikan wajah Anda bisa dipakai untuk bermacam keperluan. Dengan menggunakan teknologi pengenal wajah, Anda dengan mudah bisa membuka kunci iPhone baru, mengakses akun bank. Bahkan, ”senyum” Anda bisa digunakan untuk membayar barang atau jasa.
Teknologi yang menggunakan algoritma pemindai wajah memungkinkan pula aparat penegak hukum mencari dan mendapatkan orang di tengah kerumunan. Alat pengenal wajah ini sudah digunakan bulan lalu untuk menangkap tersangka penembakan di Annapolis, Maryland, Amerika Serikat, setelah yang bersangkutan menolak bekerja sama dengan polisi dan tidak bisa segera diidentifikasi menggunakan sidik jari.
Teknologi yang menggunakan algoritma pemindai wajah memungkinkan pula aparat penegak hukum mencari dan mendapatkan orang di tengah kerumunan.
”Kami mungkin akan membutuhkan waktu lebih lama untuk mengindentifikasinya dan tanpa sistem itu, kami tidak bisa melakukan investigasi dengan cepat,” kata Timothy Altomare, kepala polisi di wilayah kecil Anne Arundel.
Peran teknologi pengenal wajah berkembang pesat dalam upaya penegakan hukum, pengamanan perbatasan, dan bidang lainnya di AS dan juga di dunia. Sementara banyak pengamat mengakui manfaat kecanggihan alat biometrik identifikasi ini, para aktivis hak sipil merasa khawatir dengan penggunaannya yang meluas.
”Kekhawatiran nyata adalah polisi dalam melakukan patroli dilengkapi dengan kamera di badan,” kata Matthew Feeney, ahli perkembangan teknologi di Cato Institute. ”Teknologi ini jelas berkembang, tetapi tidak seakurat sebagaimana dalam film-film fiksi.”
Macam-macam penggunaan
Serba mudah, serba cepat. Demikianlah manfaat dari penggunaan teknologi ini. Di AS, menurut studi Georgetown University tahun 2016, satu dari dua orang dewasa sudah terdata dalam basis data pengenal wajah. Padahal, masih sangat sedikit ketentuan tentang bagaimana sistem itu bisa diakses.
Clare Garvie, ketua studi itu, mengatakan, pengenal wajah telah ditempatkan pada lebih banyak tempat, termasuk di perbatasan dan paling tidak di bandara.
Kabar penempatan secara luas perangkat lunak pengenal wajah Rekognition oleh Amazon menuai gelombang protes dari karyawan dan aktivis. Kelompok pembela hak sipil meminta teknologi ini tidak digunakan dalam penegakan hukum.
Kabar penempatan secara luas perangkat lunak pengenal wajah Rekognition oleh Amazon menuai gelombang protes dari karyawan dan aktivis.
Amazon bukan satu-satunya perusahaan yang menggunakan teknologi semacam ini. Microsoft, misalnya, menggunakan pengenal wajah untuk keamanan perbatasan AS. Adapun Negara Bagian Maryland memanfaatkan teknologi Cognitec dari Jerman dan teknologi NEC dari Jepang.
Amazon bersikeras untuk tetap menggunakan Rekognition dengan dalih tidak untuk mengintai atau untuk menyediakan data bagi penegak hukum. Penggunaan alat itu, menurut Amazon, semata-mata untuk membantu mencocokkan wajah dengan yang basis data.
Raksasa perusahaan teknologi itu juga mengklaim bahwa sistem pengenal wajah bisa membantu mempersatukan kembali anak-anak yang hilang atau diculik dengan keluarga mereka. Dalam penanganan penyelundupan manusia, alat itu juga bisa dimanfaatkan.
Potensi keliru
Mereka yang menentang melihat ada risiko kesalahan dan penyalahgunaan. ”Sebagai orang kulit hitam dan direktur eksekutif perusahaan perangkat lunak jasa pengenal wajah, saya mempunyai hubungan secara teknologi, kultural, dan sosial,” ujar Brian Brackeen, pendiri dan pemimpin pengembang perangkat lunak Kairos.
Studi yang dilakukan Georgetown University menyebutkan, bagi warga kulit hitam, algoritma pengenal wajah mempunyai tingkat akurasi hanya 5-10 persen dibandingkan warga kulit putih.
Di tengah suara protes, Microsoft bulan lalu mengumumkan telah membuat kemajuan signifikan menyangkut warna kulit dan jender. Adapun IBM menyatakan telah meluncurkan studi skala besar guna mengembangkan pemahaman yang bias terhadap analisis wajah.
Kendati secara umum pengenal wajah yang lebih akurat disambut baik, pembela hak-hak sipil mengatakan, kebijakan pengamanan khusus harus diutamakan.
Diskursus ini sudah berlangsung panjang. Tahun 2015, sejumlah kelompok pembela konsumen menolak inisiatif swasta untuk mengembangkan standar penggunaan pengenal wajah. Alasan mereka, proses itu tidak memberi perlindungan yang memadai bagi individu.
Matthew Feeney dari Cato Institut menegaskan perlu ”pembersihan basis data terhadap siapa pun yang tidak tersangkut kejahatan”.
Senada dengan hal itu, Jennifer Lynch, pengacara Electronic Frontier Foundation, berpendapat, implikasi pengintaian oleh polisi sangat signifikan. ”Sebuah sistem yang tak akurat akan berimplikasi terhadap orang yang tidak pernah melakukan kejahatan,” tuturnya. (AFP)