PBB Peringatkan Dunia Akan Kekurangan Sumber Daya Laut
Oleh
Elok Dyah Messwati
·2 menit baca
ROMA, SENIN — Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam laporan yang dirilis pada Senin (9/7/2018) memperingatkan bahwa sepertiga isi lautan di dunia telah ditangkap secara berlebihan atau overfishing. Konsumsi ikan yang sangat tinggi menimbulkan kekhawatiran atas keberlanjutan sumber utama protein bagi jutaan orang di seluruh dunia.
Laporan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) menyebutkan bahwa overfishing sangat buruk di beberapa negara berkembang, tempat banyak orang berupaya untuk mendapatkan makanan bergizi yang cukup.
”Ada banyak tekanan pada sumber daya laut dan kami membutuhkan komitmen dari pemerintah untuk memperbaiki perikanan mereka,” kata Manuel Barange, Direktur Departemen Budidaya dan Perikanan FAO.
”Kami memperkirakan, Afrika harus mengimpor ikan di masa depan,” ujar Barange. Ia menambahkan bahwa kekurangan ikan dapat menyebabkan harga yang lebih tinggi dan tidak proporsional. Hal tersebut akan sangat berdampak pada warga miskin.
Menurut Barange, Afrika memiliki potensi besar untuk budidaya ikan, tetapi membutuhkan dukungan dalam hal keuangan, pakan, dan pasokan ikan. Menurut laporan PBB tersebut, budidaya ikan atau akuakultur merupakan sektor peternakan ikan tumbuh paling cepat selama 40 tahun terakhir. Lewat budidaya ini, ikan untuk dikonsumsi bisa disediakan.
Peternakan ikan
Ketika tangkapan dari laut lepas terus berkurang, maka lebih banyak negara beralih ke peternakan ikan. Di Aljazair, pemerintah mendorong para petani di Gurun Sahara untuk beternak ikan guna meningkatkan pendapatan mereka dan meningkatkan produksi ikan.
Para pengkritik mengatakan bahwa peternakan ikan itu dapat merusak lingkungan. Namun, Barange mengatakan bahwa solusi dari persoalan tersebut adalah dengan memberlakukan ”peraturan yang tepat, undang-undang, pemantauan, dan pengawasan”.
Pemerintah mendorong para petani di Gurun Sahara untuk beternak ikan guna meningkatkan pendapatan mereka dan meningkatkan produksi ikan.
Negara-negara dengan nelayan tradisional juga mempromosikan potensi perikanan untuk meningkatkan gizi dan mengakhiri kelaparan. Secara global, persentase stok ikan yang tidak berkelanjutan meningkat menjadi 33,1 persen pada tahun 2015, dari 31,4 persen pada tahun 2013, dan 10 persen pada tahun 1974.
Menurut laporan tersebut, konsumsi ikan mencapai level tertinggi sepanjang masa, yakni 20,2 kilogram per orang dari 9 kg pada tahun 1961. Diperkirakan tingkat konsumsi ikan akan terus naik karena konsumen makin sadar akan kesehatan dan beralih mengonsumsi ikan. Saat ini, 3,2 miliar warga dunia mengonsumsi ikan hampir 20 persen dari asupan protein hewani mereka.
Saat ini, 3,2 miliar warga dunia mengonsumsi ikan hampir 20 persen dari asupan protein hewani mereka.
Pemimpin program penelitian di WorldFish, organisasi nirlaba internasional, Shakuntala Thilsted, mengatakan bahwa untuk mengurangi kerugian dan limbah, serta agar dunia perikanan tetap berkelanjutan, maka 35 persen hasil tangkapan ikan dibuang.
”Kepala ikan dan tulang ikan adalah bagian yang paling bergizi. Mengapa kita tidak menggunakan solusi inovatif untuk mengubahnya menjadi makanan bergizi yang lezat?” kata Thilsted.