JAKARTA, KOMPAS - Penyebab kebocoran pipa gas bawah laut di pintu masuk Pelabuhan Bojonegara, Cilegon, Banten, Senin (9/7/2018) masih dalam penyelidikan. Semburan air setinggi dua meter yang ditimbulkan pun sudah terhenti dan lokasi dijaga untuk memastikan tidak ada kapal menerabas.
Pengamanan khusus masih dilakukan untuk mencegah kebakaran. "UPP Bojonegara beserta instansi terkait fokus koordinasi dan pengamanan di sekitar perairan melibatkan KNP Trisula dan kapal lain untuk blokade," ujar Kepala Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Bojonegara Kant Dicky, Senin (9/7/2018).
Kebocoran gas terjadi pada pipa gas berdiameter J 20 inchi yang mengalirkan gas dari Pabelokan ke Cilegon, membentang dari sekitar Kepulauan Seribu. Gas milik China National Offshore Oil Corporation (CNOOC), perusahaan China, yang dialirkan melalui pipa bawah laut, sekitar 20 meter dari permukaan.
"Penyebab bocornya pipa gas masih diselidiki," kata Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wisnu Prabawa Taher. Yang jelas, pasokan gas 50 juta standar kaki kubik per hari dihentikan.
Selain berbahaya, kebocoran pipa gas juga menimbulkan kerugian akibat gas yang terbuang.
Sejauh ini, polisi telah memeriksa sejumlah awak kapal. "Kapal yang ada di dekat lokasi,” ujar Direktur Kepolisian Perairan Polda Banten Ajun Komisaris Besar Nunung Syaifuddin.
Menurut kesaksian sejumlah nelayan, mereka melihat semburan air dari permukaan laut. “Semburan itu sudah berhenti sekitar pukul 13.45,” katanya. Semburan gas itu dihentikan dengan menutup tuas di kedua ujung pipa
Tidak ada pemadaman
Direktur Pengadaan PLN Supangkat Iwan Santoso mengatakan, pasokan gas CNOOC itu menyuplai pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) Cilegon. Namun, ia memastikan pasokan listrik tak terganggu karena PLN punya cadangan daya dari sejumlah pembangkit lain.
"Hanya satu unit mesin pembangkit saja (di PLTGU Cilegon) yang dimatikan," kata Iwan.
PLTGU Cilegon berlokasi di Desa Margasari, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang. Pembangkit ini pembangkit interkoneksi sistem kelistrikan Jawa-Bali melalui jaringan transmisi 150 kilovolt. Kapasitas terpasang PLTGU Cilegon adalah 740 megawatt yang terdiri atas tiga unit mesin pembangkit bertenaga gas dan uap.
Untuk menghindari dampak buruk yang mungkin terjadi, pihak Vessel Traffic Services (VTS) Merak telah mengirim Broadcast Securite Messages ke kapal-kapal yang melintas atau berlabuh di area itu agar berhati-hati dan menjaga jarak aman dengan radius 2-3 mil laut dari area pipa gas bocor.
"Untuk memastikan keselamatan pelayaran di wilayah tersebut, VTS Merak terus memantau pergerakan kapal-kapal di wilayah sekitar kebocoran tersebut walaupun telah dilaporkan bahwa sudah tidak terlihat lagi adanya semburan air laut ke permukaan," ujar Kant Dicky.
Dia menambahkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan perusahaan CNOOC untuk segera memperbaiki pipa dan CNOOC telah mengerahkan 3 (tiga) unit kapal miliknya dari Pabelokan Kepulauan Seribu ke lokasi, yaitu kapal SV Swiber Venturer, SV Patra Marine dan CB NMS Acelerite. Perkembangan hingga kemarin siang, UPP Bojonegara telah menerima info dari KNP Trisula yang berada di lokasi bahwa semburan air laut sudah menurun baik volume dan ketinggiannya.
Dampak industri
Atas kejadian itu, kalangan industri pengguna gas meminta adanya penanganan segera kasus tersebut. "Kebocoran pipa gas berpengaruh ke beberapa industri pengguna gas, misal untuk bahan bakar ketel uap," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono.
Ada lebih dari 100 perusahaan petrokimia dan kimia di sekitar Banten dan Jakarta, yang 15 di antaranya anggota Inaplas. “Akibat kebocoran pipa gas itu kami yang sudah memakai mesin dual fuel mengantisipasi dengan beralih ke solar. Namun tentu di sini ada biaya tambahan," ujarnya.
Menurut Fajar, tambahan biaya akibat pengalihan dari gas ke solar bervariasi -antara 40 persen hingga hampir 100 persen- tergantung mesin yang dipakai masing-masing perusahaan. "Kejadian kebocoran pipa gas baru pertama kali ini. Ada beberapa kemungkinan. Kalau bukan kena garuk kapal, kemungkinan penyebab kebocoran pipa juga bisa karena gempa atau korosi," katanya.
Pelaku industri berharap kebocoran pipa gas ini secepatnya ditangani. "Kalau sampai berlarut-larut kerugian bisa bertambah apalagi nilai tukar dollar AS lagi naik," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Elisa Sinaga mengatakan, pengaruh kebocoran pipa gas terhadap industri keramik tergantung lama waktu kebocoran tersebut.
"Kalau kebocoran masih baru belum banyak pengaruh. Pengaruh akan kian terasa kalau kebocoran berlangsung lama," katanya.
Menurut Elisa hingga saat ini pasokan gas untuk industri keramik di Jawa bagian barat masih tercukupi. "Kalau PGN itu kan dia punya jaringan pipa tidak dari satu sisi saja. Apalagi sekarang pemakaian gas di industri keramik tidak dalam posisi optimal," katanya.
Elisa menuturkan penggunaan gas industri keramik di Jawa bagian barat rata-rata 70 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). "Tapi kalau total dengan di luar PGN sekitar 80 MMSCFD. Dulu, antara tahun 2012-2014, penggunaan bisa mencapai 120 MMSCFD lebih," ujarnya.
Elisa mengatakan, kebocoran pipa gas harus segera diatasi. Selain berbahaya, kebocoran pipa gas juga menimbulkan kerugian akibat gas yang terbuang. (BAY/APO/ARN/CAS)