Orangtua Korban Pemerkosaan di Bogor Minta Polisi Tangkap Pelaku
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Orangtua korban pemerkosaan di Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, berharap pelaku segera tertangkap dan diadili sesuai hukum yang berlaku. Korban pemerkosaan, FN, meninggal seminggu setelah diperkosa. Ia diduga menderita depresi berat.
”Anak saya meninggal Selasa minggu lalu di pangkuan saya sekitar pukul 04.30. Hari itu juga saya bawa ke Rumah Sakit Bhayangkara, Bogor, untuk diotopsi,” kata ECP (36), orangtua korban, Selasa (10/7/2018).
Orangtua korban mendapat informasi dari teman dekat korban sebelum meninggal, FN pernah bercerita kepada kawannya bahwa ia diperkosa sekitar delapan orang.
Mengetahui hal tersebut, orangtua FN langsung melaporkannya ke Kepolisian Sektor Citeureup karena diduga tempat kejadian ada di wilayah itu. Sampai saat ini, pihaknya belum mendapat laporan perkembangan dari penyidik.
”Saya berharap pelaku segera tertangkap. Kami sudah menunggu terlalu lama. Kami juga tidak menerima laporan perkembangan proses penyidikan. Saya mau tahu penyebab anak saya meninggal,” kata ECP.
Ia mengatakan, pihak keluarga berharap kasus semacam ini harus diusut tuntas dan tidak ditunda-tunda.
”Saya ingin kejadian ini tidak terjadi lagi di kemudian hari dan tidak dialami lagi oleh anak lainnya,” kata ECP.
Depresi berat
ECP mengatakan, putrinya mulai terlihat aneh pada Senin (2/7/2018) siang. Saat itu, tatapan mata FN kosong. Ia terbaring seharian di tempat tidur.
Hari itu, FN tidak berbicara sama sekali. Ketika diajak bicara, ia hanya membolak-balik badan ke kanan dan ke kiri. ”Ketika disuapi makanan dan minuman, dia keluarkan lagi. Dia juga tidak mau bicara,” kata ECP.
Hal tersebut membuat keluarga khawatir. Akhirnya, pihak keluarga berniat membawanya ke klinik terdekat. Namun, ketika diangkat dari kasur, tubuh FN lemas tidak bertenaga. Ia terjatuh kembali ke kasur. Hal tersebut terjadi beberapa kali.
Dari sana, pihak keluarga mengetahui bahwa darah keluar dari kemaluan FN. Pihak keluarga curiga bahwa itu bukan darah haid karena masa haid korban sudah lewat.
”Setelah diperiksa di klinik, katanya anak saya depresi berat dan butuh pendampingan khusus,” kata ECP.
Setelah itu, pihak keluarga membawanya kembali ke rumah. Mereka berniat membawa ke rumah sakit keesokan harinya.
Di rumah, FN masih bungkam, tidak mau bicara dan tidak mau makan. Ia hanya mengeluarkan suara ketika punggungnya dikerik oleh ayahnya. Saat itu, FN merintih pelan. Hanya itu suara yang keluar dari mulut FN.
Dilecehkan
ECP kemudian menghubungi adik iparnya. Ia meminta adik iparnya untuk mengabarkan keadaan tersebut kepada kawan terdekat FN. Adik ipar ECP kemudian mendapatkan cerita tak terduga dari kawan terdekat FN.
Kawan terdekatnya itu mengatakan, FN pernah bercerita bahwa ia dilecehkan oleh sekitar 8 orang pada Selasa (26/6/2018). Adik ipar ECP kemudian menyampaikan hal itu kepada orangtuanya.
Mendengar hal itu, orangtua ECP berniat memvisum putrinya pada keesokan harinya. Namun, niat itu tidak terwujud karena FN mengembuskan napas terakhir pada Selasa (3/7/2018) sekitar pukul 04.30.
Pihak keluarga baru bisa membawa FN ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk divisum sekitar pukul 09.00 pada hari itu ketika FN sudah tak bernyawa.
Ketika dimintai konfirmasi, Kepala Polsek Citeureup Komisaris Darwan mengatakan, pelaku yang berhasil ditangkap oleh Polsek Citeureup sudah dikirim ke Polres Bogor pada hari itu. Ia enggan memberikan keterangan lebih lanjut karena kasus sudah diserahkan ke Polres Bogor.
Kepala Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Polres Bogor Ipda Irine, ketika dihubungi Kompas, mengatakan bahwa beberapa pelaku sudah dikirim ke Polres Bogor. Namun, ia juga enggan memberi keterangan lebih lanjut dengan alasan kasus masih didalami.
Lokasi kejadian pemerkosaan diperkirakan di sebuah rumah kosong di Kampung Bojong Engsel RT 002 RW 005, Kelurahan Tarikolot, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor. Ini melengkapi informasi resmi dari Polsek Citeureup sebelumnya. Kemarin, tempat kejadian sudah disterilkan oleh pihak Polres Cituereup dan dipasangi garis polisi.
Kompas berusaha menelusuri tempat tersebut. Kasus ini sudah menyebar cukup luas. Meski masih samar, warga sekitar tempat kejadian mengetahui dari mulut ke mulut.
Ketua RT 002 RW 001 Kampung Tonggoh, Kelurahan Gunungsari, Citeureup, Kabupaten Bogor, Boman (52), menceritakan, ia mendapat kabar itu pertama kali dari grup Whatsapp perangkat Kelurahan Gunungsari.
”Ada kasus begitu. Dikasih tahu di grup WA kelurahan hari Minggu (8/7/2018). Kita biasa kalau di kelurahan ada rapat yang penting begitu, dikasih tahu lebih dulu lewat grup, baru undangannya belakangan,” katanya.
Namun, ia tidak tahu secara jelas tindak lanjut masalah itu. Kampung Tonggoh, kata Boman, bersebelahan dengan Kampung Bojong Engsel. Ia mengatakan, Kampung Bojong Engsel dan Kampung Gunungsari dilintasi saluran conveyer milik PT Indocement yang mengalirkan bahan baku pasir. (SUCIPTO/AGUIDO ADRI/R RONY SETIAWAN)