SAINT PETERSBURG, RABU – Gol teramung bek Samuel Umtiti pada menit ke-51 membawa satu kaki Perancis ke podium juara Piala Dunia Rusia 2018 setelah mengalahkan Belgia di semifinal, Rabu (11/7/2018) dini hari WIB. Ini merupakan kali ketiga skuad berjuluk "Ayam Jantan" itu masuk ke final Piala Dunia.
Gol di Stadion Saint Petersburg, Saint Petersburg, itu berawal dari tendangan penjuru oleh penyerang Antoine Griezmann yang kemudian ditanduk oleh Umtiti untuk menggetarkan gawang Thibaut Courtois. Sesudah gol itu, gelandang Belgia Marouane Fellaini terlihat menyesal karena gagal mengantisipasi pergerakan Umtiti di kotak penalti dan memenangi duel udara untuk menyambut bola tendangan Griezmann itu.
Meski tidak dominan dalam penguasaan bola, gol bek Barcelona itu sudah cukup mengantar Perancis ke final. Skuad "Les Bleus" menunggu pemenang laga antara Kroasia dan Inggris yang baru akan digelar Kamis (12/7/2018) pukul 01.00 WIB di Stadion Luzhniki, Moskwa.
Final pertama bagi Perancis terjadi saat negara itu menjadi tuan rumah Piala Dunia 1998. Kala itu, Perancis juga sukses mengangkat trofi perdana mereka setelah mengalahkan Brasil, 3-0. Ketika itu, Didier Deschamps, pelatih Perancis kini, adalah kapten Perancis. Final kedua terjadi pada perhelatan tahun 2006 di Jerman, tetapi Perancis kalah dari Italia dalam drama adu penalti.
Untuk itu, final ketiga akan menjadi pembuktian bagi Perancis apakah mampu mengangkat beker kedua untuk menemani gelar 1998 atau gagal seperti tahun 2006. Satu trofi turnamen besar juga lepas saat mereka jadi tuan rumah Piala Eropa 2016. Dua tahun lalu, Perancis kalah 0-1 dari Portugal di laga final.
Dalam jumpa pers seusai laga, dikutip dari laman FIFA, pelatih Belgia Roberto Martinez mengatakan, Perancis bermain dengan mangkus dan sangkil. Meski menguasai laga dan operan lebih akurat, Belgia sulit mendekati garis pertahanan Perancis sehingga peluang mereka pun sedikit. “Perancis efektif dan cepat dalam serangan balik,” katanya.
Martinez mengakui, tidak menyangka gol lawan berasal dari situasi bola mati oleh pemain belakang, Umtiti. Belgia mencoba bangkit, sama seperti ketika tertinggal dua gol lawan Jepang di perdelapan final tetapi kemudian menang 3-2. Namun, Perancis membentuk pertahanan yang amat kokoh.
Menurut dia, ada peluang besar bagi Belgia mendapat tendangan bebas di depan kotak penalti ketika kapten Eden Hazard dijatuhkan oleh penyerang Olivier Giroud. Namun, pelanggaran yang nyata itu diabaikan oleh wasit Andres Cunha asal Uruguay. “Kami harus memberi selamat kepada Perancis dan semoga mereka sukses di final. Kami akan membangun tim ini menjadi lebih baik,” kata Martinez.
Adapun Deschamps mengatakan, Perancis harus segera mempersiapkan diri untuk menjalani final. Perancis harus mengambil pelajaran dari pengalaman pahit dua tahun silam. Mereka batal mendapat trofi ketiga Eropa karena gol teramung Portugal di babak perpanjangan waktu. “Kami harus menebusnya di sini,” katanya.
Dalam laga yang turut ditonton langsung oleh Presiden Perancis Emmanuel Macron itu, Deschamps kembali turun dengan formasi 4-2-3-1 kesukaannya. Skema ortodoks itu terbukti cespleng dalam membawa tim sejauh ini. Di penyisihan grup, Perancis menang 2-1 atas Australia, 1-0 atas Peru, dan seri 0-0 dengan Denmark sehingga menjadi juara Grup C. Di perdelapan final, Argentina digembosi dengan skor 4-3. Di perempat final, Uruguay ditekuk dengan skor 0-2.
Sementara itu, saat menghadapi Perancis, Martinez mengubah strategi dari biasanya memasang model 3-4-3 atau 3-4-1-2 menjadi 3-5-2. Belgia fokus untuk mematikan trio serang Perancis: Giroud, Griezmann, dan si pemuda cepat Kylian Mbappe. Mereka kurang memerhatikan keberadaan Umtiti yang lihai dalam duel udara untuk memanfaatkan situasi bola mati yang ternyata menjadi petaka Belgia di laga itu.
Belgia harus mengakhiri kampanye mereka untuk meraih trofi perdana. Terhenti di semifinal menyamai capaian mereka pada Piala Dunia Meksiko 1986 sebagai urutan keempat. Belgia masih bisa memperbaiki prestasi jika memenangi duel perebutan tempat ketiga dengan Inggris atau Kroasia. (AFP)