DEPOK, KOMPAS --Marthen Lay Raga (38), sopir truk yang meninggal akibat terkena benda yang diduga peluru nyasar saat melintas di jalan tol lingkar luar Jakarta (JORR) Kilometer 184, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, merupakan tulang punggung keluarga. Keluarga berharap kasus korban peluru nyasar ini dapat diusut tuntas oleh kepolisian agar tidak terjadi peristiwa serupa.
Abner Lay Raga, kakak kandung korban, Rabu, (11/7/2018) yang ditemui Kompas di Tapos, Depok, Jawa Barat mengungkapkan, Marthen merupakan sosok pekerja keras, bertanggung jawab, dan mengutamakan keluarga di atas segalanya. Abner menuturkan keluarganya terpukul karena peristiwa ini, namun keluarga berbesar hati mengikhlaskan kepergian Marthen.
“Kami ikhlas. Semoga polisi mengusut tuntas kasus ini. Sehingga tidak ada lagi korban berikutnya. Anak-anak Marthen masih kecil," ucap lelaki asal Sumba Timur, NTT.
Marthen Lay Raga tewas meninggalkan dua orang anak. Anak pertamanya bernama Grisela Lay Raga (6), sedangkan anak kedua, Reta Lay Raga, saat ini baru berusia 8 bulan.
Fransiska Wiwin Andriyani (30), istri Marthen mengatakan suaminya sosok penyayang keluarga. Ia tidak menyangka, Senin 9 Juli 2018 pagi merupakan pertemuan terakhir dengan suaminya. “Bapak orangnya penyayang keluarga. Dia bekerja keras untuk keluarganya," ucap Wiwin berurai air mata.
Wiwin menuturkan pagi itu, sebelum berangkat kerja ,ia berpamitan kepada Wiwin dan anak-anaknya seperti yang dilakukan setiap pagi. Wiwin mengaku mendapat informasi awal mengenai musibah itu dari salah satu rekan suaminya yang juga sopir truk di PT Eureka Logistics.
Saksi mata
Suasana rumah duka hening saat Azim, saksi mata yang saat itu bersama korban melintas di jalan lingkar Luar Jakarta, mendapatkan kesempatan menjelaskan langsung kejadian yang terjadi saat itu. Keluarga Marthen menyimak dengan berurai air mata, saat Azim bercerita saat Marthen terjatuh setelah terdengar suara letusan yang menyerupai ledakan korek gas.
Azim hadir di tempat itu atas inisiatif pribadi untuk menjelaskan langsung kepada keluarga Marthen tentang peristiwa 9 Juli 2018 saat dia dan Marthen melintas di jalan tol JORR, Kilometer 184, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Setelah selesai ibadah perkabungan, Azim mulai bercerita. Menurut Azim, pagi itu, sekitar pukul 08.00, dia dihubungi Marthen untuk menemaninya mengantar kursi bioskop. Rencananya, setelah kursi bioskop itu diantar, dia dan Marthen akan mengantar muatan lain ke Surabaya.
Saat kami tiba di sekitar lampu merah Pasar Rebo, Marthen minta tukar posisi. Dia mau minum kopi, makanya saya ambil alih kemudi
“Saat kami tiba di sekitar lampu merah Pasar Rebo, Marthen minta tukar posisi. Dia mau minum kopi, makanya saya ambil alih kemudi,” kata pria asal Jakarta ini.
Saat melintas di jalan tol JORR, di dekat proyek pembangunan Apartemen Izzara Pasar Mingggu, Azim mendengar suara letusan. “Suaranya seperti ledakan korek gas, dan Marthen diam, lalu jatuh ke sebelah kanan. Beberapa detik kemudian kepala bagian kirinya keluar darah,” jelas Azim.
Azim kemudian mengguncang tubuh Marten dan bertanya “Marthen kamu kenapa?” Meskipun saat itu, tubuh Marthen tidak bergerak, namun Azim mengatakan Marthen masih bernafas. Azim lalu membawanya ke Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan, dan langsung mendapat pertolongan dari pihak rumah sakit.
Azim mengakui sebelum kejadian, kaca pintu mobil dalam keadaan terbuka. Ia juga memastikan bunyi letusan itu bukan berasal dari suara korek api, karena ia maupun Marthen saat itu tidak merokok.
Tidak ada masalah
Agung Saputra (30), pegawai Divisi Marketing PT Eureka Logistics mengatakan Marthen tidak memiliki persoalan dengan siapapun di tempat kerjanya. Agung menuturkan, korban merupakan orang yang mudah bergaul dan akrab dengan siapapun.
“Dia open banget. Tidak ada persoalan di tempat kerja. Saya pernah jadi pimpinannya waktu masih di divisi operasional. Setiap hari berhubungan langsung dengan Marthen, jadi saya tahu dia orangnya seperti apa,” tutur pria asal Jakarta ini.
Hal yang sama juga diakui oleh Bernadus Mbulu (54), salah satu sahabatnya yang pada tahun 2000 mengajak korban bekerja ke Jakarta. Ia mengatakan, korban merupakan sosok yang sangat mudah bergaul dengan siapapun tanpa memandang status.
“Dengan siapa saja dia cepat akrab. Yang saya tahu dengan keluarga, atau teman juga tidak pernah ada masalah,” kata pria asal Flores, NTT ini. (STEFANUS ATO)