Ada pemandangan menarik dalam latihan resmi timnas sepak bola Inggris menjelang duel kontra Kroasia di semifinal Piala Dunia Rusia. Pada Selasa (10/7/2018) pagi, pasukan ”Tiga Singa” yang gagah justru bermain dengan mainan karet yang menyerupai ayam di tengah lapangan Stadion Spartak Zelenogorsk, Saint Petersburg.
Mainan karet itu diberikan saat pemanasan menjelang latihan timnas Inggris pagi itu. Dua mainan karet itu diberikan staf pelatih kepada para pemain Tiga Singa yang dibagi dalam dua kelompok besar. Para pemain yang mendapatkan tugas berjaga dalam permainan itu berusaha memukul lawan dengan menggunakan ayam karet itu.
Praktis, sepanjang sesi pemanasan latihan itu, para pemain Inggris tidak berhenti tertawa. Salah satu yang tertawa lepas adalah Jordan Henderson, gelandang yang juga kapten timnas Inggris. Pemain klub Liverpool itu sempat terancam absen pada laga semifinal kontra Kroasia akibat cedera. Namun, nyatanya, ia ikut berlatih dan berlari lincah bersama rekan-rekannya.
Metode latihan dengan menggunakan mainan tiruan ayam itu mengundang penasaran para jurnalis dari sejumlah negara. Pola pemanasan latihan itu memang tak lazim, apalagi dilakukan semifinalis yang menanti laga terpenting, yaitu duel menuju partai puncak. Pada umumnya, pemanasan latihan dilakukan dengan berlari keliling lapangan atau joging ringan.
”Apa maksud dari latihan menggunakan mainan ayam itu, Gareth (Southgate, Pelatih Inggris)?” tanya seorang jurnalis Bild, majalah asal Jerman, dalam jumpa pers di Stadion Luzhniki, Moskwa, kemarin sore.
”(Pertanyaan) itu juga yang saya ajukan kepada pelatih fisik,” jawab Southgate yang disambut tawa para jurnalis yang memenuhi ruangan jumpa pers itu.
”Itu sebetulnya untuk menstimulus fisik pemain, yaitu agar mereka lebih menikmati suasana. Pemanasan kami buat senyaman mungkin dan menyenangkan,” ungkap Southgate.
Keceriaan, kebersamaan, dan kekompakan memang menjadi modal dasar tim Tiga Singa dalam mengarungi Piala Dunia di Rusia. Kolektivitas itu kembali diusung mereka saat menghadapi Kroasia, tim yang kaya pengalaman. Meskipun dicap tim ”bau kencur” karena minim jam terbang internasional dan rata-rata usia pemainnya sangat muda, yaitu 26 tahun, Inggris menatap Kroasia dengan kepercayaan diri tinggi.
”Anda bisa lihat sendiri betapa kuatnya kebersamaan kami. Jujur saja, ini tim Inggris paling kompak dan menyenangkan yang pernah saya ikuti. Perubahannya sangat masif (sejak Gareth Southgate bergabung). Kroasia memang memiliki sejumlah pemain hebat, seperti (Luka) Modric. Namun, kami kini telah di semifinal. Kami ingin terus menang,” ujar Henderson dalam jumpa pers itu.
Bersama Perancis, Inggris tergolong sebagai tim muda paling berbahaya dan melesat di Rusia. Mereka mengemas total 11 gol dari lima laga. Koleksi gol mereka itu hanya kalah dari Belgia, semifinalis lainnya yang memiliki barisan pemain cemerlang macam Kevin de Bruyne, Romelu Lukaku, dan Eden Hazard. Belgia mengemas total 14 gol, sedangkan Kroasia 10 gol.
Menghapus luka batin
Menariknya, terakhir kali Inggris mengemas 11 gol di Piala Dunia adalah ketika mereka pertama dan terakhir kalinya menjadi juara dunia, yaitu pada 1966. Tak ayal, tingginya produktivitas gol itu membuat publik Inggris kian yakin, anak-anak muda Tiga Singa kali ini bisa membawa pulang trofi Piala Dunia, sekaligus membasuh luka batin dan kekecewaan yang terjalin selama puluhan tahun.
”Jujur, Football is Coming Home adalah lagu yang tidak bisa saya dengar selama 20 tahun hingga saat ini,” ujar Southgate.
Tak ayal, seperti dikabarkan sejumlah media Inggris, seperti dikabarkan The Times, akan lebih banyak pendukung Tiga Singa yang datang dari Inggris untuk menyaksikan laga kontra Kroasia di Luzhniki, Kamis (12/7/2018) pukul 01.00 WIB itu.
Pada laga ini, bola-bola mati agaknya bakal kembali menjadi andalan Inggris. Dari total 11 gol yang dicetak tim ini, 73 persen atau delapan gol tercipta pada situasi bola mati. Sebaliknya, Kroasia sangatlah rentan terhadap bola-bola mati. Dari empat gol kebobolan tim itu, tiga gol dicetak lawan melalui situasi bola mati.
Namun, Kroasia tak kehilangan optimisme. ”Ini kesempatan sekali seumur hidup. Tidak ada yang lelah. Kami sangat menunggu laga ini,” ujar Andrej Kramaric, striker Kroasia.