Percobaan pembunuhan itu bukan satu-satunya yang dialami mendiang Raja Hassan II. Selama 38 tahun berada di takhta (1961-1999), dia mengalami belasan kali serangan. Raja Hassan II selalu berhasil lolos. Dia meninggal tahun 1999 karena sakit dalam usia 70 tahun.
Percobaan pembunuhan yang ditulis harian ini, 47 tahun lalu (12/7/1971), merupakan salah satu yang terbanyak memakan korban. Sekitar 100 tamu undangan tewas dan 125 orang lainnya luka-luka dalam serangan yang dilakukan 2.000 prajurit saat raja sedang membuat pesta ulang tahun ke-42 dirinya di Istana Skhirat di pinggir pantai dekat ibu kota Rabat. Raja Hassan II selamat karena bersembunyi di kamar mandi.
Setahun kemudian, pada Agustus 1972, Raja Maroko ini kembali mendapat serangan saat hendak mendarat di Bandara Rabat setelah pulang dari Paris. Pesawat Boeing 727 yang ditumpanginya ditembaki pesawat tempur. Raja Hassan mengambil radio dan menyatakan, ”Berhenti menembak! Raja yang tiran sudah tewas.” Para pilot pesawat tempur pemberontak rupanya percaya sehingga mereka menghentikan penembakan.
Dari hasil penyidikan terkuak peran Jenderal Mohammad Oufkir, yang merupakan salah seorang kepercayaan raja. Oufkir, yang sebelumnya menteri dalam negeri, setelah peristiwa penyerangan di pesta ulang tahun raja, diangkat menjadi menteri pertahanan. Menurut laporan resmi pemerintah, Jenderal Oufkir melakukan bunuh diri setelah kudeta di bandara yang gagal itu. Belakangan diketahui, dia terbukti merupakan dalang dari peristiwa penyerangan sebelumnya.
Selama pemerintahannya, Raja Hassan II cukup dekat dengan Amerika Serikat. Dia dikenal sebagai salah seorang pemimpin di negara Arab yang sangat berorientasi dengan Barat. Selain fasih membaca Al Quran, dia juga menguasai bahasa Inggris, Perancis, dan Spanyol. Pembuat konstitusi pertama Maroko ini memberi ruang kepada partai oposisi dan relatif memberi kebebasan kepada pers dalam masalah kebijakan. Namun, semasa kekuasaannya, kritik terhadap kerajaan dilarang. (RET)