Keikhlasan Keluarga dan Ketenangan Danau Toba
Setelah 15 hari, operasi SAR KM Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba resmi berakhir Selasa (3/7/2018) dan akan dilanjutkan dalam skala lokal. Jiwa dan raga keluarga seakan tidak letih menanti. Namun, mereka akhirnya ikhlas melepas sang terkasih pergi selamanya.
Di atas beton bibir dermaga yang sudah terserak kembang, Ngat (41) berjongkok. Bersama sekitar 20 anggota keluarganya dari Kota Pematangsiantar, dia berdoa untuk kepergian putra sulungnya, Luky Pratama (17). Ini pertama kalinya dia ke pelabuhan.
Iringan doa dalam bahasa Arab yang dibacakan salah seorang anggota keluarga membuat Ngat, ibu tiga anak itu semakin teringat akan kedekatannya dengan Luky. Air mata jatuh bercucuran. Hingga akhirnya Ngat terkulai lemas dan mesti dibopong ke posko.
Irgi Pangaribuan (36), adik Ngat, mengatakan bahwa kakaknya sangat dekat dengan Luky. Selama masa pencarian, Ngat tak berani ke Pelabuhan Tigaras karena kenangan bersama putranya itu kerap membayangi. Sementara dia cenderung mudah pingsan.
Pada Selasa, Ngat memberanikan diri ke pelabuhan, agar bisa mendoakan dan melepas kepergian Luky dengan tenang. "Kami sekeluarga ikhlas. Namun, kami masih berharap jenazah ditemukan. Semoga masih ada upaya pencarian meski oleh tim SAR lokal," kata Irgi.
Di sudut lain pelabuhan, mata Maryanto (37), asal Simalungun, tampak memerah saat membacakan doa untuk anaknya Mutiara Oktaviani (17). Tangannya bergetar dan raut wajahnya menunjukkan ekspresi tak percaya putrinya kesayangannya tersebut telah tiada.
Setelah menabur bunga di tepi danau, Maryanto memgambil botol air mineral kosong dan meminta anggota Basarnas mengisikannya dengan air Danau Toba. Sebatas kenang-kenangan, yang menunjukkan, di danau yang tenang itu putrinya mengakhiri hidup.
Suasana haru juga terasa di titik peletakan batu pertama monumen KM Sinar Bangun, di tanah Pemkab Simalungun, sekitar 25 meter dari Pelabuhan Tigaras. Keluarga korban satu per satu dipersilakan menaruh batu atau barang apapun di lokasi pembangunan.
Sri Santika (25), korban selamat insiden KM Sinar Bangun, memberanikan diri melangkahkan kakinya ke galian tanah. Perempuan yang tengah hamil dua bulan itu hendak mengucapkan salam terakhir kepada suaminya, M Irfan (22), korban hilang KM Sinar Bangun.
"Mas, yang tenang di sana ya. Awak janji akan membesarkan anak kita dengan baik. Awak akan ceritakan semua kenangan kita kepada anak kita," kata Sri terbata-bata. Beberapa hari terakhir, Sri terlihat tegar. Namun, dia tak kuasa menahan tangis di momen itu.
Saat kejadian berlangsung, sebelum terjun ke air, Sri sempat mengatakan kepada suaminya untuk membuka jaket dan sepatu agar mudah berenang. Dia juga meyakinkan suaminya bahwa mereka bisa sama-sama selamat. Namun, Irfan hilang, sedangkan Sri selamat karena berpegangan pada pelampung dan helm.
Pada Senin (2/7) pagi, tabur bunga dilakukan di titik lokasi tenggelamnya KM Sinar Bangun. Sejumlah keluarga korban menaiki feri menuju lokasi. Pelampung jenis life jacket dikenakan. Suasana haru sudah terasa sejak tali kapal dilepaskan dari Pelabuhan Tigaras.
Saat feri hendak sampai di titik lokasi penaburan bunga, Mardianto Panggabean (30) berdiri di sisi geladak kapal sambil menghadap danau. Tangan ia angkat sejajar dada, sambil mengucap doa demi doa untuk adiknya, Veri Panggabean (27) yang menjadi salah satu korban.
Bunga demi bunga pu kemudian tertabur di Danau Toba yang pagi itu dalam keadaan tenang. Kesedihan tampak nyata dari wajah Mardianto. Namun, saat diajak berbincang, dia tegar. Dia yakin, adiknya sudah tenang di alam sana.
Mardianto mengatakan, dia dan keluarga ikhlas, meski tetap tetap ada secuil harapan agar pencarian berlanjut. "Sejak hari ketujuh pun kami sudah ikhlas. Namun, harapan tumbuh lagi saat ada pemberitaan tentang gambar-gambar yang dipotret di dasar danau." katanya.
Veri, kata Mardianto, berangkat ke Pulau Samosir bersama kekasihnya, Mey Apriana Saragih (27). Menurut rencana, keduanya akan melangsungkan lamaran pada 29 Juni. Veri, yang bekerja di Jakarta, sengaja pulang ke Pematangsiantar untuk acara itu.
Pada 18 Juni, Veri, yang hobi fotografi, hendak hunting foto di salah satu bukit di Pulau Samosir untuk diikutkan dalam sebuah kontes foto. Mey ikut serta karena selama ini kerap menjadi model dalam setiap karya fotonya. Saat hendak pulang ke Pematangsiantar, mereka menyeberang dengan KM Sinar Bangun.
Menurut Mardianto, Veri dan Mey sudah menyiapkan acara lamaran dengan matang. "Kami merinding saat mengetahui ternyata kebaya dan batik, dan beberapa seserahan sudah mereka siapkan. Pakaian disimpan di rumah Mey. Sementara cincin, ibu saya sendiri yang mengantar Veri membelinya di Pasar Horas," ucapnya.
Selasa lalu memang menjadi momen mengharukan di Tigaras. Para keluarga korban diundang Pemkab Simalungun untuk meletakkan batu pertama monumen, doa bersama, dan tabur bunga. Keluarga dari umat Kristiani melaksanakan kebaktian. Secara terpisah, umat Islam melaksanakan salat gaib.
Pada hari yang sama, operasi SAR korban KM Sinar Bangun resmi diakhiri oleh Basarnas. Itu dilakukan setelah 15 hari operasi, kendala selalu dihadapi. Keterbatasan alat serta kedalaman danau yang mencapai 453-455 m membuat evakuasi sulit dilakukan. Hingga Rabu, 164 dilaporkan hilang, 21 selamat, dan 3 meninggal.
Kepala Kantor SAR Medan, Budiawan, memastikan, pemantauan tetap dilakukan oleh tim dari Pos SAR Parapat, dibantu TNI Polri. "Selain dengan Pemda, kami juga berkoordinasi dengan warga. Apabila menemukan sesuatu terkait KM Sinar Bangun, warga diharapkan segera melapor ke Pos SAR Parapat," katanya.
Adapun monumen yang dibangun oleh Pemkab Simalungun ditujukan agar para keluarga korban tahu ke mana ketika mereka ingin mengenang, menabur bunga, atau berziarah. Bupati Simalungun JR Saragih mengatakan, di monumen yang posisinya menghadap Danau Toba itu, akan tertulis nama-nama korban KM Sinar Bangun.
Tak hanya itu, monumen tersebut juga diharapkan dapat menjadi pengingat akan sebuah pembelajaran penting dalam pelayaran di Danau Toba. Pembelajaran tentang pentingnya kesadaran keselamatan saat berlayar, yang disertai sistem pengawasan yang baik.