JAKARTA, KOMPAS - Perubahan perilaku warga menyambut Asian Games Ke-18 di Ibu Kota mulai dirasakan. Peralihan penggunaan kendaraan pribadi ke angkutan umum berdampak positif pada kualitas udara Jakarta. Tren perubahan ini diharapkan berlanjut setelah pesta olahraga itu berakhir.
Pekan pertama pembatasan penggunaan kendaraan pribadi dengan sistem nomor ganjil-genap mendorong peningkatan penumpang transjakarta. Pada awal pemberlakuan program terjadi peningkatan penumpang transjakarta menjadi 226.006 orang dalam sehari. Jumlah itu lebih banyak dibandingkan dengan rata-rata penumpang tansjakarta pada hari yang sama pekan sebelumnya sejumlah 201.590 orang.
Sejalan dengan perubahan ini, polusi udara di Jakarta di klaim menurun. Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Isnawa Adji mengatakan, ada penurunan konsentrasi gas karbon monoksida (CO), nitrogen monoksida (NO), dan hidrokarbon (HC) selama penerapan perluasan sistem ganjil-genap. ”Polutan jenis ini bersumber dari kendaraan bermotor,” kata Isnawa di Jakarta, Rabu (11/7/2018).
Kualitas udara di sekitar Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, mengalami penurunan konsentrasi CO sebesar 1,7 persen, konsentrasi NO 14,7 persen, dan konsentrasi HC sebesar 1,37 persen. Sementara di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, terpantau penurunan konsentrasi CO sebesar 1,15 persen, NO 7,03 persen, dan nitrogen dioksida (NO2) turun sebesar 2,01 persen. Adapun di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur, terpantau penurunan konsentrasi CO sebesar 1,12 persen dan NO sebesar 7,46 persen.
Meski demikian, kandungan debu di sejumlah tempat di Jakarta terpantau masih tinggi. Isnawa menduga hal ini terjadi karena banyaknya proyek pembangunan yang masih berlangsung. ”Proyek-proyek ini dipastikan berhenti sementara saat Asian Games sehingga tidak akan menjadi masalah,” kata Isnawa.
Perubahan positif juga terlihat di sejumlah kawasan permukiman, salah satunya di Kampung Delta di Kelurahan Serdang, Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat. Warga di kawasan tersebut membenahi wajah permukiman dengan mewarnai dinding-dinding rumah dan jalanan dengan ragam warna. Kampung ini pun semakin meriah layaknya suasana peringatan Hari Kemerdekaan
17 Agustus.
Kesan terbaik
Imam Prasodjo, sosiolog Universitas Indonesia, berpendapat, harus ada kesan positif yang dirasakan para tamu Asian Games 2018. Kesan itu bisa dimunculkan dengan terus-menerus melakukan kampanye nilai-nilai profesionalisme, keramahan, dan tanggung jawab. Nilai positif ini harus disuarakan kepada masyarakat luas sebelum dan selama penyelenggaraan acara.
”Ini semua harus dijadikan panduan, disertai dengan petunjuk langkah-langkah nyata yang bisa dilakukan,” ujar Imam Prasodjo.
Untuk menciptakan warisan kesan positif itu, kata Imam Prasodjo, adalah pekerjaan pemerintah, penyelenggara, dan warga Indonesia. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan sektoral, tetapi harus berjalan dengan gotong royong.
Alfred Sitorus, pegiat Koalisi Pejalan Kaki DKI Jakarta, mengatakan, sampai kemarin komunitasnya belum mendapat tawaran kerja sama membantu menyiapkan masyarakat. Koalisi Pejalan Kaki sudah mengingatkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menyelesaikan pekerjaan rumah, baik infrastruktur maupun manusia.
Koalisi juga mengingatkan Pemprov DKI untuk mengatur dan melarang pedagang kaki lima berjualan di trotoar. Menurut Alfred, langkah ini bagian dari upaya menata perilaku warga Jakarta menghargai trotoar. Koalisi juga ikut mengajarkan cara berkendara yang ramah lingkungan kepada sopir-sopir tamu Asian Games.
Soal tiket
Setelah menjadi perbincangan publik, Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) serta Kementerian Pemuda dan Olahraga meminta Panitia Penyelenggara Asian Games Indonesia (Inasgoc) mengkaji ulang harga tiket pembukaan, penutupan, dan pertandingan sejumlah cabang olahraga.
Wakil Ketua Komisi X DPR Ferdiansyah mengingatkan soal daya beli masyarakat. Jika tiket dijual dengan harga yang terlalu tinggi, dia khawatir tiket tersebut tidak mampu terbeli masyarakat. Jika ini yang terjadi, masyarakat tidak merasa memiliki pergelaran itu.
Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot S Dewa Broto kembali meminta adanya revisi harga tiket, terutama untuk pesta pembukaan dan penutupan. Soal ini, kata Gatot, menjadi isu sensitif di masyarakat. Harga tiket pembukaan dibanderol paling murah Rp 750.000, sedangkan penutupan paling murah Rp 450.000.
Pembina Asosiasi Bola Tangan Indonesia (ABTI), Mustafa, mengakui, harga pertandingan terlalu mahal untuk masyarakat Indonesia. Harga tiket cabang olahraga bola tangan dibanderol Rp 100.000-Rp 300.000 per orang. ”Mungkin kalau penontonnya dari Arab, China, Korea Selatan, dan Jepang, harga itu terbilang murah, tetapi untuk masyarakat Indonesia sangat berat,” katanya.