Minim, Investasi Langsung dari Negara-negara Eropa
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) dari negara-negara Eropa masih minim. Membaiknya iklim investasi dan bertumbuhnya jumlah kelas menengah di Indonesia bisa jadi modal untuk menarik investasi dari negara-negara Eropa.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) per Juli 2018, lima besar negara yang berinvestasi di Indonesia selama tahun 2013-kuartal I 2018 adalah Singapura, Jepang, Korea Selatan, China, dan Malaysia. Singapura menduduki peringkat tertinggi dengan total investasi 36,67 miliar dollar AS.
Sedangkan untuk peringkat 10 besar, hanya ada dua negara Eropa yang masuk sebagai investor terbesar Indonesia. Kedua negara itu adalah Belanda (7,1 miliar dollar AS) dan Inggris (4,29 miliar dollar AS).
Duta Besar Spanyol untuk Indonesia, Jose Maria Matres Manso, di Jakarta, Jumat (23/2), mengakui, Spanyol masih belum terlalu banyak berinvestasi di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
“Kami menyadari hal itu, tetapi kami menyadari tantangan dan kesempatan berinvestasi yang dimiliki Indonesia,” tutur Manso ketika membuka Indonesia-Spain Business Meeting. Adapun Spanyol menduduki posisi ke-28 negara terbesar yang berinvestasi di Indonesia sebesar 138,2 juta dollar AS.
Di sisi lain Indonesia bertengger di posisi 48 sebagai negara tujuan investasi Spanyol. Investasi kebanyakan dilakukan kepada energi terbarukan (31 persen), telekomunikasi (17 persen), serta hotel dan pariwisata (12 persen).
Ia menegaskan, baik pemerintah dan pebisnis Spanyol sangat ingin berbisnis dengan Indonesia. Ia berharap dengan diskusi dan dialog yang intens antarnegara dapat membuka kesempatan itu.
Deputi Bidang Pengembangan Iklim Investasi BKPM Farah Ratnadewi Indriani, menambahkan, 61 persen foreign direct investment (FDI) masih berasal dari negara Asia. “Masih banyak ruang investasi bagi negara Eropa yang tertarik,” ujarnya.
Ia melanjutkan, iklim investasi Indonesia semakin membaik selama beberapa tahun terakhir. Peringkat Ease of Doing Business di Indonesia naik 19 peringkat ke posisi 72 pada 2018 dibandingkan tahun lalu.
Sedangkan Investment Grade dari Standard and Poor’s memberi peringkat BBB kepada Indonesia. Bahkan, Global Competitiveness Index naik dari posisi 91 ke peringkat 36 pada 2017-2018.
Hambatan
Berbagai sektor dinilai dapat menjadi awal permulaan investasi antara Indonesia dan Spanyol. Misalnya telekomunikasi, transportasi, manufaktur, pembangunan kota cerdas (smart city), perbankan, penanganan limbah, dan pariwisata.
Data Kementerian Perdagangan menyebutkan, total perdagangan antara Indonesia dan Spanyol pada Januari-April 2018 mencapai 979,95 miliar dollar AS. Jumlah itu naik 12,46 persen jika dibandingkan pada tahun 2017.
Menurut Manso, hal yang perlu segera dibenahi pemerintah adalah masalah birokrasi yang memperlambat proses perizinan investasi.
“Pemerintah pada bulan ini telah meresmikan Sistem Online Single Submission (OSS) untuk perizinan,” kata Farah. Ia berharap, sistem itu akan memudahkan dan mempercepat proses perizinan bagi para investor.
Hambatan lainnya menurut Farah adalah FDI asing kebanyakan berkonsentrasi untuk investasi di wilayah Pulau Jawa. Investasi di Pulau Jawa mencapai 85,04 miliar dollar AS selama 2003-kuartal I 2018.