Muatan Lebih dan Membahayakan, KM Jelatik 8 Ditahan di Dumai
Oleh
SYAHNAN RANGKUTI
·3 menit baca
PEKANBARU, KOMPAS – Kapal Motor Jelatik 8 yang membawa penumpang melebihi kapasitas dan tidak sesuai manifes ditahan di Dumai, Provinsi Riau untuk pemeriksaan lebih lanjut. Kapal tersebut tidak diperkenankan beroperasi sampai pemeriksaan selesai dan kelengkapan keselamatan dipenuhi pemilik kapal.
“Kapal kami bawa ke Dumai untuk memudahkan proses pemeriksaan. Kami tidak memiliki personel yang cukup untuk menjaga kapal itu di Pekanbaru. Kami mengharuskan kapal itu mengikuti seluruh aturan keselamatan sebelum dapat diizinkan berlayar kembali,” ujar Komandan Pangkalan TNI AL Dumai, Kolonel Yose Aldino, Kamis (12/7/2018).
Kapal Motor Jelatik 8, sebelumnya dihentikan oleh Kapal TNI Angkatan Laut KRI Pulau Rusa 726 di Perairan Kuala Siak, Kabupaten Siak pada Selasa (11/7/2018), karena membawa muatan tidak sesuai manifes. Kapal kayu yang melayari rute Pekanbaru-Selat Panjang (Kepulauan Meranti) itu membawa 273 penumpang. Namun daftar penumpang dalam manifes hanya 113 orang. Padahal kapasitas yang diperbolehkan hanya 165 orang. Nakhoda AR beserta mualim DJ dan YN masih diperiksa.
“Kapal itu membahayakan pelayaran karena mengangkut penumpang berlebih yang tidak sesuai manifes. Kapal itu juga membawa alat-alat keselamatan yang tidak sesuai standar. Dua hal itu melanggar pasal 18 dan 287 jo pasal 27 UU No 27/2008 tentang Pelayaran,” kata Yose Aldino, Rabu kemarin.
Kapal tua
KM Jelatik 8 merupakan kapal berusia lebih dari 30 tahun. Kapal itu awalnya merupakan kapal barang yang berfungsi mengangkut barang dagangan para pedagang dari Pekanbaru ke Selat Panjang -sekarang ibukota Kabupaten Kepulauan Meranti- dan sebaliknya. Namun, pengelola kapal tidak menolak mengangkut penumpang yang bukan pedagang untuk ikut serta.
Perjalanan dengan kapal kayu ini terbilang lambat. Dari Pekanbaru ke Selat Panjang ditempuh dalam tempo 12 jam. Adapun menggunakan kapal cepat hanya 4 jam sampai 5 jam. Namun trayek kapal cepat cukup merepotkan penumpang karena rutenya tidak langsung sampai ke tempat tujuan.
Kapal cepat awalnya berlayar sampai ke Perawang, Siak, melalui jalur Sungai Siak, selama 45 menit. Kemudian penumpang akan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan bus menuju Pelabuhan Buton, Siak selama 1,5 jam sampai 2 jam. Dari pelabuhan Buton, penumpang kembali berpindah moda ke kapal cepat lain yang akan membawa ke Selat Panjang selama 1,5 jam.
Perpaduan moda angkutan sungai dan bus merupakan alternatif transportasi tercepat menuju Selat Panjang. Kapal cepat dapat saja langsung berlayar menyusuri Sungai Siak menuju Selat Bengkalis dan kemudian berlayar ke Selat Pulau Padang menuju Selat Panjang, namun perjalanan akan menjadi dua kali lebih lama. Biaya pun dipastikan akan lebih mahal.
Sementara KM Jelatik memang berjalan lambat. Namun kapal itu berlayar pada malam hari. Di dalam kapal terdapat dek kayu yang disekat, sehingga penumpang dapat tidur sepanjang perjalanan. Ketika pagi tiba, kapal sudah sampai di tujuan. Kapal Jelatik, ibarat bus malam dari Jakarta menuju Surabaya.
Jadi pilihan
Keunggulan lainnya, penumpang KM Jelatik diperbolehkan membawa barang-barang dalam jumlah besar, yang tidak mungkin dibawa menggunakan kapal cepat. Pada musim liburan panjang, sebagian penumpang dapat membawa sepeda motor dalam perjalanan mudik.
“Setiap Lebaran saya pasti mudik menggunakan (kapal) Jelatik. Saya membawa sepeda motor untuk memudahkan transportasi selama di kampung. Jelatik sangat membantu kami yang mudik. Saya berharap, pemeriksaan kapal Jelatik cepat selesai dan kapal itu diperkenankan berlayar lagi. Warga Meranti (Kepulauan Meranti) sangat tergantung dengan Jelatik,” kata Surya Maulana, mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Pekanbaru.
Dari segi harga, tiket kapal Jelatik Pekanbaru-Selat Panjang sebesar Rp 120.000. Adapun tiket kapal cepat mencapai Rp 175.000.
Kepala Dinas Perhubungan Riau, Taufiq OS mengapresiasi langkah TNI AL ikut membenahi pelayaran rakyat di Riau. Ia berharap, seluruh kapal rakyat di Riau berbenah untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan para penumpang.
“Kami akan membentuk tim terpadu untuk membenahi pelayaran rakyat di Riau. Jangan sampai ada kecelakaan pelayaran rakyat di Riau seperti terjadi di Danau Toba,” kata Taufiq.